Saat si Kecil batuk orangtua tak bisa memberikan sembarang obat. Tidak semua obat batuk aman dikonsumsi oleh anak-anak, terutama bayi. Keliru memberikan obat mungkin malah akan membuat bayi tidak sembuh-sembuh. Jika demikian, apakah bayi boleh minum obat batuk? upaya penanganan seperti apa yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi batuk pada bayi?
Apakah bayi boleh minum obat batuk?
Sejak tahun 2008, Lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika (FDA) mulai melarang penggunaan obat batuk nonresep untuk bayi dan anak kecil di bawah umur 2 tahun.
Pemberian obat batuk nonresep untuk anak-anak berumur 2 sampai 11 tahun juga harus dalam dosis yang terkontrol.
Artinya, bayi boleh minum obat batuk, tetapi tetap diberikan hanya atas izin dokter dan diresepkan.
Meski demikian, FDA tidak merekomendasikan penggunaan obat batuk untuk bayi dikarenakan risiko efek samping yang berbahaya.
Dalam dunia medis, pemberian obat pilek dan batuk dengan dosis yang tidak terukur dapat menjadi penyebab kematian bayi secara tiba-tiba.
Konsumsi obat batuk nonresep yang dibuat dari banyak kandungan aktif terlalu sering dan dalam jangka waktu lama dapat berbahaya bagi bayi.
Hal tersebut membuat anak akan sangat berisiko mengalami overdosis.
Penelitian yang dipublikasikan American Academy of Pediatrics memperkirakan ada 7091 anak di bawah umur 12 tahun yang mengalami efek samping berbahaya dari penggunaan obat.
Terakhir, AAP bersama FDA menaikan batas usia pelarangan obat OTC pada anak-anak di bawah umur 4 tahun.
Selain itu, efektivitas obat nonresep untuk mengatasi batuk pada bayi juga masih diragukan.
Kebanyakan dokter anak juga keberatan untuk memberikan obat generik nonresep untuk meredakan batuk pada bayi.
Studi yang dirilis oleh BMJ tak memperoleh cukup bukti apakah obat nonresep benar-benar efektif dalam menyembuhkan batuk anak dan bayi.
Pada anak-anak, obat ini cenderung lebih efektif untuk meredakan gejala-gejala penyakit flu lainnya, tetapi tidak menyembuhkan batuk.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Obat dari dokter untuk meringankan batuk pada bayi
Sebenarnya, tidak semua batuk pada bayi membutuhkan obat. Namun, jika anak mulai sulit tidur dan bahkan membuatnya tidak nyaman, ada beberapa pilihan obat yang biasanya diberikan oleh dokter.
Akan tetapi, obat yang diberikan pun sebenarnya bukan obat yang bayi boleh minum sebagai obat batuk, melainkan untuk meredakan gejala-gejala lainnya yang menyertai batuk.
1. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen termasuk obat pereda nyeri yang biasa diresepkan dokter saat si Kecil demam.
Meski bukan obat yang bayi boleh minum sebagai obat batuk, paracetamol bisa meredakan gejala demam atau nyeri yang muncul bersamaan dengan batuk.
Paracetamol mulai bisa diberikan untuk anak usia dua bulan ke atas dalam bentuk sirup. Akan tetapi, Anda tidak diperbolehkan memberikan bayi acetaminophen yang dijual di toko obat tanpa resep.
Paracetamol bisa membahayakan jika diberikan pada bayi dengan kondisi berikut ini.
- Berusia di bawah usia dua bulan.
- Memiliki masalah hati atau ginjal.
- Mengonsumsi obat untuk epilepsi.
- Minum obat untuk tuberkulosis.
Bayi boleh minum obat ini sebagai obat batuk tetap wajib diberikan berdasarkan resep dari dokter. Pasalnya, paracetamol bisa menjadi racun bagi hati jika dikonsumsi diluar dosis yang seharusnya.
Dokter akan menyesuaikan jumlah obat yang dibutuhkan dengan berat badan bayi, bukan pada usianya.
Untuk itu, jangan sembarangan memberikan acetaminophen yang dijual bebas di pasaran tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Paracetamol jarang sekali menimbulkan efek samping jika diberikan dalam dosis yang tepat. Namun, obat pereda nyeri ini bisa bereaksi negatif dengan obat-obatan lain.
Oleh karena itu, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum memberikannya pada bayi.
2. Ibuprofen
Selain acetaminophen, ibuprofen juga biasanya diresepkan dokter untuk membantu meredakan batuk pada bayi yang disertai demam.
Biasanya, bayi boleh minum obat ini sebagai obat batuk saat berusia tiga bulan ke atas dengan berat lebih dari 5 kg dalam bentuk sirup.
Dibandingkan dengan acetaminophen, ibuprofen termasuk golongan obat yang lebih kuat.
Selain meredakan nyeri dan menurunkan demam, obat ini juga mampu mengatasi peradangan di dalam tubuh.
Ibuprofen memiliki tingkatan kekuatan yang berbeda sesuai dengan dosisnya.
Untuk itu, dosis yang diberikan dokter disesuaikan dengan usia anak. Biasanya, efek ibuprofen bisa dirasakan 20 sampai 30 menit setelah diminum.
Namun, tidak semua bayi boleh minum obat ibuprofen sebagai obat batuk atau demam. Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter jika bayi memiliki kondisi berikut ini.
- Alergi obat termasuk ibuprofen.
- Cacar air, karena dapat menimbulkan komplikasi kerusakan kulit dan jaringan lunak yang parah.
- Memiliki asma.
- Mempunyai masalah hati atau ginjal.
- Bayi memiliki penyakit radang usus seperti Crohn atau kolitis ulseratif.
Untuk anak, ibuprofen biasanya diberikan 3 sampai 4 kali sehari dengan jeda 4 sampai 6 jam setiap dosisnya.
Ibuprofen bisa menyebabkan efek samping ringan seperti sakit perut, gangguan pencernaan, dan mulas.
Penting untuk diketahui bahwa kedua jenis obat pereda nyeri ini memiliki efek samping dalam penggunaannya.
Selain itu, obat-obatan ini juga tidak secara langsung menyembuhkan batuk ataupun penyakit lain yang menyebabkan gejala batuk pada bayi.
3. Obat tetes nasal saline
Untuk bayi yang tidak boleh minum obat batuk, tetes hidung atau nasal saline yang berupa larutan air dan garam bisa menjadi cara efektif meredakan saluran napas yang tersumbat akibat infeksi virus flu.
Obat batuk untuk bayi ini membantu membersihkan lendir berlebih di saluran hidung dan sinus yang kerap memicu batuk.
Produk perawatan ini sering direkomendasikan dokter karena tidak mengandung obat aktif apa pun yang bisa membahayakan bayi.
Anda hanya perlu meneteskan obat sebanyak 2 sampai 3 kali ke masing-masing lubang hidung.
Lalu, tunggu selama 60 detik. Setelah itu, biasanya lendir akan keluar melalui proses bersin atau batuk.
Berhati-hatilah saat meneteskan obat batuk untuk bayi ini, terutama pada bayi yang masih berumur di bawah 6 bulan karena khawatir akan tersedak.
Anda bisa memakai alat bantu seperti aspirator jika kesulitan.
Obat batuk nonresep yang dilarang untuk bayi
Efek samping yang bisa ditimbulkan pada bayi yang boleh minum obat batuk nonresep oleh orangtuanya bisa meliputi kejang-kejang, kehilangan kesadaran, peningkatan detak jantung hingga kematian.
Obat-obatan yang dapat menimbulkan efek samping tersebut adalah yang memiliki kandungan aktif, seperti berikut ini.
1. Dekongestan
Obat batuk yang satu ini di pasaran dikenal dengan label masal dekongestan.
Jenis dekongestan yang umum digunakan sebagai obat batuk adalah pseudoephedrine dan phenylephrine.
Keduanya berfungsi mengencerkan mukus atau lendir yang menyebabkan penyumbatan pada saluran napas bagian atas, dengan cara meredakan peradangan yang terjadi pada membran penghasil mukus.
Jenis pseudoephedrine tak sebaiknya digunakan sebagai obat batuk untuk bayi.
Bayi yang boleh minum obat batuk ini bisa mengalami peningkatan tekanan darah dan aritmia atau detak jantung yang tidak teratur hingga kematian.
2. Ekspektoran
Ekspektoran yang biasa digunakan sebagai obat batuk mengandung zat yang bersifat mukolitik, yaitu guaifenesin.
Kandungan ini berfungsi mengurangi tingkat kepadatan atau viskositas lendir sehingga memberikan efek lega pada saluran pernapasan.
Pada bayi yang boleh minum obat batuk ini oleh orangtuanya, efek samping yang parah bisa terjadi seperti tubuh menggigil, muntah-muntah, dan kerusakan ginjal (nephroliyhiasis).
3. Antihistamin
Diphenhydramine, chlorpheniramine, and brompheniramine merupakan jenis antihistamin yang umumnya digunakan untuk meredakan gejala alergi dan flu, seperti bersin-bersin dan hidung berair.
Pada bayi yang boleh minum obat batuk ini, kandungan antihistamin dapat memicu terjadinya kondisi berikut ini.
- Halusinasi.
- Demam.
- Pelemahan saraf sentral (central nervous system depression).
- Kerusakan pada jantung.
- Gangguan perkembangan.
- Kematian.
Obat ini juga dikenal sebagai reseptor antagonis H1 yang mampu mencegah reaksi histamin.
Reaksi tersebut muncul ketika alergi berlangsung pada saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.
4. Antitusif atau pereda batuk
Jenis obat pereda batuk yang umum digunakan adalah dextromethorpan, biasanya pada kemasan ditulis dengan kode “DM”.
Obat ini bekerja secara langsung pada pusat refleks batuk, sehingga mampu menekan frekuensi batuk sekaligus melegakan otot tenggorokan yang menegang akibat batuk menerus.
Bayi yang boleh minum obat batuk ini oleh orangtuanya berisiko mengalami masalah pada sistem saraf, seperti gangguan pergerakan, ketergantungan, kelainan serotonin, mual-mual, dan kesulitan bernapas.
Beberapa jenis obat batuk yang dijual di apotek atau supermarket juga tidak hanya terdiri atas satu kandungan dari zat aktif saja.
Obat batuk tersebut merupakan obat kombinasi yang biasanya digunakan juga untuk menyembuhkan penyakit flu.
Kapan harus ke dokter?
Gejala batuk yang disebabkan oleh infeksi virus penyebab pilek dan flu biasanya akan mereda dengan sendirinya dalam waktu kurang dari seminggu.
Segera periksakan bayi ke dokter bila mengalami hal ini.
- Bayi berusia di bawah tiga bulan mengalami batuk terus-menerus.
- Batuk semakin memburuk di minggu ketiga.
- Bayi bernapas lebih cepat dari biasanya.
- Sering berkeringat di malam hari.
- Kesulitan bernapas.
- Tidak ingin makan atau menyusu.
- Dahak berwarna kuning, hijau, atau bercampur dengan darah.
- Mengalami demam 38,3 derajat Celcius untuk anak usia 3 hingga 6 bulan.
- Mengalami demam 39,4 derajat Celcius untuk anak usia 6 bulan ke atas.
- Bayi memiliki penyakit kronis seperti gangguan jantung atau paru-paru.
- Batuk sangat keras hingga muntah.
- Batuk terus menerus setelah tersedak sesuatu.
Apabila batuk pada bayi tidak kunjung berhenti selama 10 hari atau lebih, Anda perlu segera menemui dokter untuk memperoleh obat yang tepat.
Pada umumnya, anak-anak berusia di bawah 4 bulan tidak mengalami batuk terlalu sering.
Maka dari itu, batuk berkepanjangan bisa menandakan terdapatnya gangguan serius pada sistem pernapasan si kecil, seperti penyakit asma dan bronkitis.
Kesimpulan
- Bayi tidak selalu memerlukan obat batuk khusus, terutama untuk bayi di bawah usia enam bulan.
- Bayi umumnya boleh minum beberapa jenis obat sebagai obat batuk yang lebih berfokus pada meredakan gejala penyerta seperti demam dan nyeri.
- Misalnya, paracetamol (acetaminophen) mulai diberikan pada bayi usia dua bulan ke atas dan hanya dengan resep dokter karena risiko efek samping jika tidak sesuai dosis.
- Ibuprofen juga bisa digunakan untuk bayi berusia tiga bulan ke atas, tetapi hanya dengan pengawasan medis.
- Selain itu, tetes nasal saline (larutan garam) direkomendasikan sebagai cara aman untuk membersihkan lendir tanpa risiko efek samping obat aktif.