Hidrosefalus adalah kondisi ketika ukuran kepala bayi membesar akibat adanya penumpukan cairan di otak. Kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan anak bila tidak ditangani dengan tepat. Ketika diagnosis diberikan, operasi sering menjadi langkah utama untuk mengurangi tekanan dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Lalu, bagaimana operasi hidrosefalus dilakukan?
Apakah operasi menjadi satu-satunya pengobatan untuk menyembuhkan kondisi ini? Ketahui penjelasannya di bawah ini.
Apakah hidrosefalus bisa sembuh tanpa operasi?
Jawaban singkatnya adalah tidak. Hingga saat ini, operasi masih menjadi satu-satunya metode yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.
Pada beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi gejala yang muncul, seperti sakit kepala atau mual.
Pemberian obat juga dapat dilakukan untuk mengurangi produksi cairan serebrospinal.
Namun, penting dipahami bahwa obat-obatan ini tidak mampu mengatasi penyebab utama hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan di otak.
Pasalnya, pemberian obat hanya menjadi solusi sementara untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup dalam jangka pendek.
Oleh karena itu, melansir dari Cleveland Clinic, operasi tetap menjadi pilihan utama untuk mengatasi hidrosefalus secara efektif.
Apa saja jenis operasi hidrosefalus?
Sejauh ini, tindakan operasi menjadi jenis pengobatan yang efektif untuk mengatasi cairan di kepala bayi hidrosefalus.
Namun, ada beberapa jenis operasi hidrosefalus pada bayi yang umum dilakukan. Berikut adalah beberapa jenisnya.
1. Metode shunt
Operasi paling umum untuk mengatasi hidrosefalus adalah pemasangan sistem drainase yang disebut shunt.
Sistem ini terdiri dari tabung panjang yang fleksibel dengan katup untuk memastikan cairan dari otak mengalir ke arah yang benar dengan kecepatan yang sesuai.
Nantinya, salah satu ujung tabung diletakkan di ventrikel otak, sedangkan ujung lainnya disalurkan di bawah kulit menuju bagian tubuh lain, seperti perut atau ruang jantung, tempat cairan berlebih dapat diserap oleh tubuh.
Penderita hidrosefalus biasanya membutuhkan sistem shunt ini seumur hidup.
Oleh karena itu, diperlukan pemantauan rutin untuk memastikan shunt berfungsi dengan baik dan mencegah komplikasi.
2. Endoscopic third ventriculostomy
Prosedur alternatif selain pemasangan shunt untuk hidrosefalus adalah endoscopic third ventriculostomy (ETV).
Pada prosedur operasi hidrosefalus ini, dokter tidak menggunakan shunt, melainkan membuat lubang kecil di dasar otak untuk mengalirkan cairan serebrospinal (CSF) yang terperangkap.
Cairan ini kemudian keluar ke permukaan otak dan diserap oleh tubuh. Namun, ETV tidak cocok untuk semua penderita hidrosefalus.
Prosedur ETV ini biasanya hanya direkomendasikan bila penumpukan cairan di otak disebabkan oleh penyumbatan (hidrosefalus obstruktif).
Endoscopic third ventriculostomy adalah versi lebih canggih dari prosedur ini yang dilakukan dengan bantuan endoskopi.
Prosedur ini memiliki risiko infeksi dan komplikasi jangka panjang yang lebih rendah, seperti penyumbatan, karena tidak menggunakan shunt.
Endoscopic third ventriculostomy adalah prosedur yang dilakukan dengan bantuan endoskopi, sehingga memungkinkan dokter melakukan tindakan dengan lebih canggih dan presisi.
3. Choroid plexus cauterization
Choroid plexus cauterization (CPC) adalah prosedur bedah yang bertujuan untuk mengurangi produksi cairan serebrospinal pada penderita hidrosefalus.
Prosedur ini dilakukan dengan membakar sebagian jaringan choroid plexus, yaitu jaringan di ventrikel otak yang bertanggung jawab atas produksi CSF.
Dengan mengurangi produksi cairan, tekanan pada otak dapat dikurangi, sekaligus membantu meringankan gejala hidrosefalus.
CPC sering dilakukan bersamaan dengan endoscopic third ventriculostomy, terutama pada pasien bayi atau anak kecil.
Kombinasi prosedur ini bertujuan untuk memberikan jalur alternatif aliran cairan melalui ETV, sekaligus mengurangi jumlah cairan yang diproduksi melalui CPC.
Dalam prosedur CPC, dokter menggunakan endoskop untuk memandu alat kauter ke dalam ventrikel otak melalui lubang kecil di tengkorak.
Dengan alat tersebut, sebagian jaringan choroid plexus pada ventrikel lateral dihancurkan menggunakan energi panas yang dihasilkan dari kauter.
Adakah risiko atau efek samping dari operasi hidrosefalus?
Meski menjadi pengobatan yang efektif untuk hidrosefalus, ada beberapa risiko atau efek samping yang dapat terjadi setelah menjalani prosedur medis ini.
Berikut adalah risiko atau efek samping setelah operasi hidrosefalus yang dapat terjadi.
- Infeksi. Salah satu risiko terbesar dari pemasangan shunt adalah infeksi, baik di area luka bedah maupun di dalam sistem otak itu sendiri. Infeksi pada anak hidrosefalus bisa terjadi baik segera setelah operasi atau bertahun-tahun setelah shunt dipasang.
- Penyumbatan pada shunt. Shunt yang terpasang dapat tersumbat seiring waktu, menghalangi aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan peningkatan tekanan di otak. Penyumbatan ini mungkin memerlukan prosedur bedah tambahan untuk mengganti shunt.
- Perdarahan. Prosedur ETV atau CPC juga dapat meningkatkan risiko perdarahan ringan yang dapat terjadi selama atau setelah operasi.
Yang perlu diingat adalah meski operasi hidrosefalus dapat mengobati kondisi ini, bukan berarti prosedur ini tidak menimbulkan efek samping.
Oleh karena itu, berkonsultasi kepada dokter untuk memilih jenis operasi yang tepat adalah langkah yang sangat penting guna memahami risiko yang dapat terjadi.
Nantinya, dokter akan menyesuaikan jenis operasi bergantung pada penyebab hidrosefalus serta usia hingga riwayat kesehatan pasien.
Kesimpulan
- Hidrosefalus merupakan kondisi medis yang membutuhkan penanganan medis, dan operasi masih menjadi satu-satunya metode yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.
- Jenis operasi yang umum dilakukan meliputi pemasangan shunt, endoscopic third ventriculostomy (ETV), dan choroid plexus cauterization (CPC), yang masing-masing memiliki prosedur dan manfaat yang berbeda.
- Meskipun demikian, setiap prosedur memiliki risiko atau efek samping, seperti infeksi, penyumbatan shunt, dan perdarahan. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan jenis pengobatan yang tepat.
[embed-health-tool-vaccination-tool]