Menyaksikan si kecil kejang untuk pertama kalinya pasti membuat Anda khawatir. Pasalnya, kejang sering kali dikaitkan dengan kondisi epilepsi. Apakah kejang selalu jadi pertanda epilepsi pada anak? Kapan kejang pada anak itu dinyatakan sebagai kondisi epilepsi? Cari tahu jawaban mengenai apa gejala epilepsi pada bayi maupun anak berikut ini.
Gejala epilepsi pada anak
Epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat yang menyebabkan aktivitas otak jadi tidak normal.
Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, kondisi merupakan gangguan sistem saraf yang paling umum dan cukup banyak dialami bayi maupun anak.
Saat epilepsi muncul, maka gejala utama yang pertama kali terlihat adalah kejang. Namun, tidak semua kejang itu menandakan kondisi epilepsi.
Anak tanpa kondisi epilepsi pun kemungkinan besar pernah mengalami kejang. Hal ini karena kejang disebabkan oleh adanya letupan listrik pada otak sehingga mengganggu aktivitas otak.
Sebagian besar anak-anak pernah mengalami kejang, normalnya hanya sekali. Biasanya kejang ini terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Saat kondisi ini terjadi, anak bisa melakukan gerakan, seperti entakkan tangan dan kaki serta hilang kesadaran sekitar 30 detik atau lebih lama sekitar 2 menit.
Gejala epilepsi lainnya pada anak adalah ketika ia mengalami dua kali atau lebih kejang secara berulang tanpa penyebab yang diketahui.
Gangguan yang terjadi akibat gejala epilepsi pada anak
Ada dua jenis epilepsi yang bisa dialami anak yang berpengaruh pada tipe kejang, yaitu sebagai berikut.
- Kejang primer, melibatkan kedua sisi otak.
- Kejang fokal, melibatkan satu sisi otak tetapi bisa menyebar ke sisi lainnya.
Hal inilah yang membuat gejala epilepsi pada anak pun bervariasi karena bergantung dengan bagian otak mana yang terpengaruh.
Berikut gangguan yang bisa terjadi akibat gejala epilepsi pada anak.
- Gangguan sensorik: kesemutan, mati rasa, hingga perubahan pada indera tertentu.
- Gangguan abnormal: postur tubuh menjadi kaku, hilang kesadaran, dan pernapasan.
- Perilaku abnormal: kebingungan dan terlihat takut.
Kapan kejang didiagnosis sebagai gejala epilepsi?
Kejang yang terjadi tanpa sebab dan lebih dari satu kali bisa dipertimbangkan sebagai gejala epilepsi pada anak.
Selain melakukan entakkan kaki atau tangan, kejang juga bisa ditandai dengan tatapan kosong yang terfokus pada satu titik.
Mungkin Anda sering melihat bahwa kejang sebagai gejala atau tanda epilepsi juga akan membuat mulut anak mengeluarkan busa.
Namun, tidak semua orang akan mengalami gejala epilepsi yang sama. Ini tergantung bagian otak mana yang mengalami gangguan.
Kemudian, kejang juga tidak selalui ditandai dengan entakan kaki atau tangan.
Ada banyak variasi kejang sebagai ciri-ciri atau tanda epilepsi yang mungkin terjadi pada anak, contohnya sebagai berikut.
- Anggota badan jadi kaku seolah tak bisa digerakkan.
- Muncul sensasi kedutan di sebelah mata atau sebagian wajah.
- Anak tampak bengong atau melamun beberapa saat kemudian hilang kesadaran.
- Anak tiba-tiba terjatuh seperti kehilangan tenaga.
- Mengalami gangguan pernapasan bahkan sampai berhenti
Bagaimana mendiagnosis gejala epilepsi pada anak?
Saat Anda melihat anak mengalami gejala epilepsi seperti kejang pertama kalinya, bawa anak ke dokter.
Anak akan mendapatkan perawatan yang tepat dan kemungkinan berbagai hal yang tidak diinginkan dapat dicegah.
Selain itu, Anda tentu jadi lebih tenang setelah melakukan konsultasi dengan ahlinya.
Pemberian obat antikejang mungkin akan diresepkan jika anak berisiko mengalami kejang kembali.
Si kecil mungkin direkomendasikan untuk melakukan tes kesehatan lebih lanjut, yaitu sebagai berikut.
- Tes darah. Memeriksa adanya tanda-tanda infeksi, kondisi genetik, atau kemungkinan penyakit lain selain epilepsi.
- Pemeriksaan neurologis (saraf). Menguji kemampuan motorik, fungsi mental, dan perilaku anak untuk menentukan jenis epilepsi.
- Elektroensefalogram (EEG). Tes paling umum mendiagnosis epilepsi dengan cara menempelkan elektroda ke kulit kepala untuk melihat aktivitas otak.
- Tes pencitraan, seperti CT scan dan MRI. Tes ini dilakukan untuk menentukan area otak mana yang mengalami masalah.
Tes kesehatan tersebut dilakukan bukan hanya untuk mendapatkan diagnosis, tapi juga menentukan jenis obat, tipe epilepsi, dan kondisi penyakitnya.
Jika si kecil dinyatakan posistif memiliki epilepsi, ia harus minum obat antikejang.
Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, sebagian besar gejala epilepsi pada anak memerlukan pengobatan selama 2 tahun hingga akhirnya bebas kejang.
Dijelaskan pula bahwa angka kekambuhan kejang akan semakin kecil jika si kecil minum obat 2 hingga 3 tahun.
Apabila pada pemeriksaan ulang EEG masih terdapat gelombang kejang, maka pengobatan epilepsi harus diteruskan hingga anak bebas dari kejang.
[embed-health-tool-vaccination-tool]