Muntah pada bayi adalah hal yang umum terjadi, terutama di bulan-bulan awal kehidupan. Meskipun sering kali normal dalam perkembangan sistem pencernaan bayi, muntah yang terlalu sering atau disertai gejala lain bisa menjadi tanda kondisi medis yang perlu diwaspadai. Untuk itu, ketahui penyebab hingga penanganan bayi sering muntah di bawah ini.
Penyebab bayi sering muntah
Bayi yang muntah-muntah dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, mulai dari yang ringan hingga yang perlu mendapat perhatian.
Berikut adalah beberapa penyebab umum kenapa bayi sering muntah.
1. Gastroesophageal reflux (GER)
GER adalah kondisi umum pada bayi di mana isi lambung naik kembali ke esofagus, sehingga menyebabkan muntah atau gumoh.
Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi berusia sekitar 4 bulan dan sering membaik dengan sendirinya pada usia 12 bulan.
Jika GER disertai gejala seperti penurunan berat badan, kesulitan makan, atau iritabilitas, kondisi ini disebut gastroesophageal reflux disease (GERD) pada bayi yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut.
2. Alergi protein susu sapi
Beberapa bayi mungkin mengalami alergi terhadap protein dalam susu sapi, yang dapat menyebabkan muntah setelah mengonsumsi produk susu.
Selain muntah pada bayi, gejala lainnya mungkin termasuk diare, ruam kulit, dan iritabilitas.
3. Infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis)
Infeksi virus seperti rotavirus dapat menyebabkan muntah dan diare pada bayi. Rotavirus sangat menular dan sering menyerang bayi serta anak kecil.
Gejala biasanya berlangsung selama 3 hingga 8 hari dan dapat menyebabkan dehidrasi jika tidak ditangani dengan baik.
4. Intususepsi
Intususepsi terjadi ketika satu bagian usus masuk ke bagian usus lainnya, sehingga menyebabkan obstruksi atau sumbatan.
Gejalanya termasuk muntah berulang, nyeri perut yang datang dan pergi, serta tinja berdarah. Kondisi ini memerlukan penanganan medis darurat.
5. Stenosis pilorus (pyloric stenosis)
Stenosis pilorus adalah penyempitan otot pilorus yang menghambat makanan masuk dari lambung ke usus kecil.
Gejala utamanya meliputi muntah setelah makan secara kuat (proyektil) yang biasanya muncul antara usia 2 hingga 4 minggu. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera.
6. Sindrom muntah siklis (cyclic vomiting syndrome)
Ini merupakan kondisi langka di mana si Kecil sering mengalami muntah tanpa penyebab yang jelas.
Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa jam hingga hari dan sering disertai dengan mual dan kelelahan.
Penting untuk memantau gejala yang menyertai muntah-muntah pada bayi dan berkonsultasi kepada tenaga medis untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Berapa kali muntah yang berbahaya pada bayi?
Menurut Seattle Children’s Hospital, muntah dapat dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut.
- Ringan: 1–2 kali muntah per hari.
- Sedang: 3–7 kali muntah per hari.
- Parah: Muntah segala sesuatu atau hampir segala sesuatu, atau muntah 8 kali atau lebih per hari.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Cara mengatasi bayi sering muntah
Mengatasi si Kecil yang sering muntah perlu dilakukan secara hati-hati dan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi dan penyebab yang mendasarinya.
Secara umum, ada beberapa cara mengatasi muntah pada bayi yang bisa dilakukan di rumah.
Untuk bayi yang muntah setelah minum ASI, tetap menyusui bayi setelah bayi sudah tidak muntah-muntah, dengan durasi yang lebih singkat tetapi lebih sering.
Namun, bedakan antara gumoh dan muntah pada bayi setelah menyusu untuk memberikan penanganan yang tepat.
Sementara itu, sebagai penanganan pertama setelah muntah-muntah pada bayi yang sudah makan makanan pendamping ASI (MPASI), berikan cairan rehidrasi oral dalam jumlah kecil tetapi sering untuk mencegah dehidrasi.
Jika si Kecil muntah lebih dari sekali, berikan cairan rehidrasi oral selama 8 jam. Setelah 4 jam tanpa muntah, kembali ke pemberian makan normal secara bertahap.
Perhatikan gejala seperti muntah berwarna hijau (bilious), darah dalam muntah, atau tanda dehidrasi pada bayi seperti mulut kering dan penurunan produksi urine.
Jika gejala ini muncul, segera konsultasikan kepada tenaga medis untuk penanganan lebih lanjut.
Jika muntah berlanjut atau disertai gejala lain seperti demam tinggi, diare berat, atau penurunan berat badan, pemeriksaan ke dokter juga perlu segera dilakukan.
Penanganan lebih dini memungkinkan terhindarnya risiko masalah kesehatan lain yang mungkin terjadi akibat muntah, misalnya dehidrasi.
Tanyakan langsung kepada dokter anak untuk penanganan yang lebih tepat sesuai kondisi si Kecil atau jika Anda punya pertanyaan lain.
Kesimpulan
- Bayi yang sering muntah dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari gastroesophageal reflux (GER) yang umum dan biasanya tidak berbahaya hingga masalah serius seperti stenosis pilorus, infeksi, alergi susu sapi, atau intususepsi.
- Frekuensi muntah yang dianggap berbahaya adalah lebih dari 3–8 kali per hari, terutama jika disertai gejala seperti dehidrasi, muntah berwarna hijau atau berdarah, demam tinggi, dan si Kecil tampak lemah.
- Penanganan meliputi pemberian cairan rehidrasi oral secara bertahap, penyesuaian pola makan, dan konsultasi kepada dokter.