Beberapa orangtua mungkin menganggap bahwa speech delay sama dengan autis karena keduanya menunjukkan keterlambatan perkembangan bahasa. Padahal kedua kondisi ini tidak selalu sama. Mari pelajari perbedaan autis dan speech delay supaya Anda tidak keliru.
Perbedaan autis dan speech delay pada anak
Autis atau autism spectrum disorder (ASD) adalah kelainan perkembangan yang disebabkan adanya masalah di otak.
Sementara speech delay merupakan kondisi anak yang mengalami keterlambatan bicara dan berbahasa.
Sekilas kemampuan anak speech delay dan autis terlihat sama. Ini karena keterlambatan bicara bisa menjadi tanda awal autisme.
Meski begitu, ada banyak faktor yang bisa membuat seorang anak mengalami keterlambatan bicara, bukan hanya autisme.
Pada speech delay, si Kecil mungkin memiliki ketidakmampuan belajar, gangguan pendengaran, atau membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar bicara.
Selain itu, ada beberapa perbedaan lainnya yang bisa Anda lihat pada anak autis dan speech delay. Berikut berbagai perbedaan yang bisa Anda amati pada si Kecil.
1. Cara berkomunikasi
Dilansir dari Associates in Pediatric Therapy, ahli patologi bahasa dan wicara Madison Warrick menjelaskan bahwa perbedaan anak autis dan speech delay dapat dilihat dari cara mereka berkomunikasi.
Anak yang mengalami speech delay cenderung berkomunikasi dengan gestur tubuh daripada menyebutkan kata maupun kalimat.
Mereka mungkin saja menunjuk, mengangkat kedua lengannya, melambaikan jari, atau menggerakkan kepala.
Ini berbeda dengan cara komunikasi anak-anak autis yang sangat bervariasi. Mereka bisa menggunakan kata-kata, ekspresi wajah, gerak tubuh, emosi, dan bahkan teknologi bantuan.
2. Kecenderungan dalam kehidupan sosial
Perbedaan anak yang mengalami speech delay dan autis juga terlihat dari kecenderungan dalam kehidupan sosialnya.
Anak autis cenderung lebih suka bermain sendiri, menghindari kontak mata, serta tidak dapat fokus pada objek dan orang lain secara bersamaan.
Mereka sulit untuk berbagi atau mempertahankan pertemanan dengan anak seusianya.
Ini sedikit berbeda dengan anak speech delay yang lebih suka bermain bersama teman ketimbang sendirian dan menyukai permainan berkelompok.
3. Kemampuan berbicara dan berbahasa
Anak autis dapat mengeluarkan suara-suara hingga usia satu tahun. Namun setelahnya akan berhenti melakukannya. Ketika berbicara, mereka akan mengeluarkan suara yang mirip robot.
Beda dengan autis, anak dengan speech delay memiliki perkembangan bicara yang mencolok. Mereka cenderung menyebutkan kata ketimbang kalimat dan lebih suka menyebutkan kata benda ketimbang kata kerja atau sifat.
Sebagai contoh, ketika si Kecil ingin makan es krim, ia akan menyebutkan “es krim” atau “es es” tidak menyebutkan “makan es krim”.
Kondisinya ini juga menyebabkan mereka sulit untuk mempelajari kata baru maupun kata-kata yang sulit diucap.
4. Pemberian respons
Perbedaan anak autis dengan speech delay juga dapat orangtua perhatikan dari respons yang diberikan oleh si Kecil.
Anak autis kadang tidak responsif terhadap “hi” atau “bye“, tidak merespons ketika dipanggil namanya, dan sulit untuk mengikuti instruksi.
Pada anak dengan speech delay, mereka masih dapat mengikuti instruksi meski kadang tidak selalu tepat. Inilah mengapa mereka masih dapat bermain di dalam kelompok.
Pemeriksaan untuk mendiagnosis autis dan speech delay pada anak
Setelah melihat tanda-tanda anak terlambat bicara atau speech delay, jangan langsung menyimpulkan bahwa ia mengalami autisme.
Mengingat autis dan speech delay pada anak adalah hal yang beda, penting untuk mengetahui dengan tepat gangguan perkembangan yang anak Anda alami dan penyebabnya.
Untuk menegakkan diagnosis autis maupun speech delay pada anak, dibutuhkan kerja sama antara orangtua dan dokter. Terkadang, guru di sekolah juga ikut terlibat.
Orangtua perlu mengamati perkembangan bicara, kebiasaan, dan kemampuan sosial anak. Lalu, melaporkan hasil pengamatan mengenai ciri-ciri autis atau speech delay yang dialami anak pada dokter.
Untuk mendiagnosis autisme, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut.
- Tes pendengaran.
- Tes wicara.
- Mengecek kemampuan anak bersosialiasi.
- Tes genetik.
Lalu, dokter akan menilainya dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Sementara pada speech delay, dokter mungkin akan memeriksa beberapa hal berikut ini.
- Kemampuan mendengar.
- Kemampuan bicara.
- Perkembangan mental anak sesuai usianya.
Kemudian, dokter akan merujuk si Kecil untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis, misalnya dokter THT anak.
Kesimpulan
Mendeteksi autisme tidak hanya dilihat dari keterlambatan wicara anak, tapi juga perlu pemeriksaan dokter lebih mendalam. Jadi, jika Anda mendapati si Kecil menunjukkan keterlambatan wicara dan tanda mengkhawatirkan lainnya, jangan ragu untuk memeriksakan si Kecil ke dokter anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]