Pernahkah Anda sebagai orang dewasa melihat anak kecil tumbuh besar menjadi seorang psikopat berdarah dingin? Kata psikopat dan anak memang jarang dikaitkan karena memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Anak sering digambarkan dengan kata polos meskipun nakal, sementara psikopat dianggap sebagai sifat yang sudah buruk dari sananya. Lalu, adakah ciri psikopat pada anak yang bisa dilihat oleh orang dewasa, terutama orangtuanya?
Ciri psikopat pada anak
Walaupun terdengar sulit dipercaya, anak pun dapat berperilaku kasar dan kejam layaknya yang dilihat pada orang dewasa. Mereka mungkin tidak menunjukkan kekejamannya sepanjang waktu, tetapi ternyata ada beberapa ciri psikopat yang bisa Anda lihat pada anak.
Dilansir dari kamus American Psychological Association, psikopat merupakan sebutan untuk orang yang menderita gangguan kepribadian antisosial.
Kondisi ini cukup serius karena dapat dihubungkan dengan perilaku yang berbahaya. Akan tetapi, penggunaan kata psikopat sering disalahpahami karena tidak jarang digambarkan sebagai pembunuh massal di film-film. Faktanya, tidak selalu demikian.
Lantas, bagaimana dengan anak-anak? Menurut studi dari Italian Journal of Pediatrics, anak yang tidak menunjukkan emosinya sering dianggap mengalami gangguan kepribadian.
Lalu, selama masa remajanya, mereka juga dapat didiagnosis menderita gangguan perilaku dan melibatkan kebiasaan yang melanggar hak orang lain serta mengabaikan peraturan.
Berikut ini ada beberapa ciri psikopat yang terlihat pada anak sejak usia dini:
Balita dan anak pra-sekolah (playgroup atau taman kanak-kanak)
Siapa sangka bahwa balita dan anak pra-sekolah dapat menunjukkan ciri dari psikopat? Tidak hanya orang dewasa, balita dan anak usia pra-sekolah pun dapat memperlihatkan tanda-tanda gangguan kepribadian antisosial yang dapat berkembang.
Hal ini dibuktikan melalui penelitian dari jurnal Developmental Psychology. Di dalam penelitian tersebut, para peneliti mengumpulkan data dari 731 anak berusia dua tahun dan ibu mereka. Ratusan anak tersebut diteliti hingga berusia sembilan tahun.
Para peneliti mencoba untuk fokus pada sifat anak apa yang disebut sebagai perilaku Callous-Unemotional (CU) atau ciri pra-psikopat.
Perilaku ini dilihat berdasarkan empati, rasa bersalah yang rendah, dan simpati terhadap orang lain. Batasan dari penelitian ini adalah para peserta tidak mewakili seluruh kelas sosial ekonomi karena berasal dari keluarga menengah ke bawah dan mempunyai beberapa faktor risiko.
Selama penelitian berlangsung, tim peneliti meminta orangtua peserta, orangtua lainnya, dan guru untuk menilai anak tersebut dengan beberapa kecenderungan sifat di bawah ini, yaitu:
- anak tidak merasa bersalah setelah berperilaku buruk
- hukuman tidak mengubah atau memperbaiki perilaku anak
- anak egois dan tidak mau berbagi dengan orang lain
- anak suka berbohong
- anak bersikap licik kepada orang lain, termasuk orangtuanya sendiri
Hasilnya, ciri pra-psikopat (DC) yang berkembang ditemukan lebih sering anak berusia tiga tahun. Mereka lebih sering menunjukkan masalah perilaku terbanyak dan cenderung terkait dengan psikopati di masa kanak-kanak.
Temuan tersebut mungkin dapat menjadi acuan dan bantuan bagi orangtua untuk mendeteksi apakah sifat psikopat ditunjukkan oleh anak mereka agar dapat dicegah saat beranjak dewasa.
Anak yang lebih tua (sekolah dasar hingga remaja)
Anak yang menunjukkan ciri psikopat sebenarnya sama dengan orang dewasa perlihatkan di kehidupan sehari-hari mereka. Tanda-tanda tersebut meliputi abai terhadap perasaan orang lain dan tidak merasa menyesal ketika melakukan kesalahan.
Walaupun belum ada tes khusus yang memperlihatkan apakah anak seorang psikopat atau bukan, setidaknya psikolog mempunyai beberapa penilaian untuk membantu mengukur gejala anak.
Salah satu penilaian yang paling umum adalah Youth Psychopathic Traits Inventory (YPI). Tes ini menuntut anak untuk menjalani pemeriksaan dan menjawab pertanyaan tentang diri mereka.
Hal ini bertujuan untuk mengukur sifat dan kepribadian anak yang mungkin berhubungan dengan ciri psikopat, seperti:
- tidak jujur
- kebohongan
- sombong atau angkuh
- manipulatif
- tidak memiliki perasaan
- tidak menunjukkan belas kasihan
- impulsif dan suka mencari sensasi
- tidak bertanggung jawab
Selain itu, kebanyakan anak dan remaja yang masuk dalam kategori sifat nakal lebih senang bergabung dengan teman sebayanya yang berperilaku sama. Akibatnya, mereka tidak jarang melakukan kenakalan remaja tidak jarang ketika melakukan kenakalan remaja mereka melakukannya secara berkelompok.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa anak yang memiliki ciri psikopat cenderung berhati-hati dan jarang terlihat melakukan pelanggaran hukum. Mereka lebih senang menjadi ‘ketua’ kelompok dan memengaruhi anggota kelompok lainnya untuk masuk dalam perilaku antisosial.
Apakah sifat psikopat akan hilang dengan sendirinya?
Ciri psikopat yang ditunjukkan oleh anak mungkin awalnya terlihat wajar, sehingga kebanyakan orangtua memilih untuk mengabaikannya.
Padahal, beberapa ahli berpendapat bahwa sifat-sifat yang mereka perlihatkan akan tetap stabil seiring dengan bertambahnya usia. Artinya, mereka akan beranjak dewasa dengan sifat yang sama.
Sementara itu, ada beberapa peneliti yang menunjukkan bahwa tanda-tanda psikopat akan lebih terlihat pada masa remaja. Sebagai contoh, beberapa remaja sering mencari sensasi dan sering bertindak secara naluri, tetapi bisa saja kondisi ini terkait masalah perkembangan, tidak selalu sifat psikopat.
Oleh karena itu, mendeteksi sejak dini sifat psikopat pada anak adalah langkah terbaik karena membutuhkan pengobatan agar kondisinya membaik.
Kabar baiknya, kebanyakan anak dan balita bukan psikopat meskipun menunjukkan ciri yang mirip, seperti tidak peduli atau jahat pada suatu waktu. Akan tetapi, anak yang bersifat psikopati justru kejam dan tidak selalu emosional.
Apabila Anda menemukan sifat anak yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan anak-anak seumurannya, mungkin mencari bantuan kepada psikolog anak adalah pilihan yang terbaik.
[embed-health-tool-vaccination-tool]