Saat ada anggota keluarga dengan pola perilaku yang merugikan, hal ini bisa membuat sebuah keluarga menjadi toxic dan mengganggu kesejahteraan anggotanya.
Padahal, seharusnya keluarga adalah salah satu elemen yang akan memberikan dukungan hangat dalam kehidupan, termasuk untuk anak.
Kira-kira, apa itu keluarga toxic? Apa saja ciri-cirinya dan bagaimana menghadapi keluarga yang seperti ini? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Apa itu keluarga toxic?
Keluarga toxic atau toxic family adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah keluarga yang memiliki pola perilaku dan hubungan yang merugikan anggota keluarga lainnya.
Istilah ini berbeda dengan toxic parents yang berfokus pada perilaku tidak sehat antara orangtua dan anak.
Keluarga toxic atau toxic family mencakup semua anggota keluarga, termasuk orangtua, anak, saudara, hingga kerabat lainnya.
Perilaku ini dapat membuat lingkungan keluarga tidak harmonis serta mengganggu kesejahteraan anggotanya, termasuk anak.
Biasanya dalam keluarga toxic terjadi ketidakseimbangan kekuasaan, komunikasi yang tidak sehat, adanya manipulasi, hingga kekerasan secara fisik maupun verbal.
Anggota keluarga cenderung lebih mementingkan ego masing-masing yang akhirnya merugikan anggota lain dalam keluarga.
Padahal, melansir Payh, keluarga seharusnya menjadi tempat di mana seseorang mendapatkan dukungan, cinta, dan pemahaman.
Namun, realitanya tidak semua keluarga dapat memberikan lingkungan yang sehat dan mendukung sesama anggota keluarganya.
Hal ini bisa membuat anggota keluarga dan bahkan anak yang terlibat dalam toxic family merasa terjebak, tidak berdaya, atau bahkan merasa bersalah.
Apa saja ciri atau tanda keluarga toxic?
Seperti yang disebutkan di atas, keluarga yang toksik dapat merugikan anggota keluarga lainnya, termasuk anak. Lalu, keluarga toxic itu seperti apa?
Berikut ini adalah beberapa ciri keluarga toxic yang perlu diwaspadai berdasarkan Institute of Counseling in Nigeria.
- Anggota keluarga lainnya sering menindas, melecehkan, menghina, atau bahkan mengkritik Anda atau anak Anda.
- Persepsi anggota keluarga sering tidak sesuai dengan cara Anda memandang diri sendiri atau menerapkan pola asuh kepada anak.
- Mereka dapat menuduh Anda melakukan hal-hal yang menurut Anda tidak benar.
- Anggota keluarga yang toksik tidak bertanggung jawab atas tindakan yang merugikan.
- Pelaku dapat memanipulasi Anda untuk menimbulkan rasa bersalah.
- Anggota keluarga dapat merendahkan, mempermalukan, atau membanding-bandingkan anak Anda atau Anda sendiri.
- Anggota keluarga sering melakukan gaslighting atau menyalahkan Anda atas tindakan mereka.
- Kontrol yang berlebihan dari satu anggota keluarga.
- Komunikasi yang tidak sehat.
- Tidak adanya batasan.
Apa penyebab keluarga toxic?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kenapa hubungan keluarga menjadi toxic, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Trauma
Pengalaman traumatis seperti pelecehan, kekerasan, perceraian, atau kematian anggota keluarga dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam keluarga.
Ketidakmampuan untuk mengatasi trauma secara sehat juga dapat menyebabkan pola perilaku yang merugikan, seperti toxic family .
2. Ketidakseimbangan kekuasaan
Penyebab toxic family yang selanjutnya adalah adanya ketidakseimbangan antara anggota keluarga. Hal ini dapat menciptakan ketidakadilan, penindasan, dan perasaan tidak berdaya.
Misalnya, dominasi yang berlebihan oleh salah satu peran orangtua atau anak dalam keluarga dapat menyebabkan dinamika yang tidak seimbang.
3. Kurangnya komunikasi yang sehat
Komunikasi yang buruk atau kurangnya komunikasi yang sehat dalam keluarga dapat menyebabkan ketidakpahaman, konflik, dan penumpukan emosi.
Ketika anggota keluarga tidak mampu atau tidak mau berbicara secara terbuka dan jujur, masalah bisa terpendam dan menjadi lebih buruk.
4. Kurangnya keterampilan parenting atau peran orangtua yang tidak sehat
Orangtua yang tidak memiliki keterampilan parenting yang baik atau berperilaku tidak sehat dapat menciptakan lingkungan yang tidak baik bagi anak-anak mereka.
Perilaku atau pola asuh yang dimaksud misalnya menjadi orangtua yang otoriter, manipulatif, atau terlalu protektif terhadap anak.
5. Penyalahgunaan atau gangguan mental
Adanya penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang atau memiliki gangguan mental, seperti depresi atau gangguan kepribadian, dapat memengaruhi perilaku dan interaksi dalam keluarga.
Penyalahgunaan atau gangguan ini bisa menjadi pemicu untuk dinamika yang tidak sehat dan merugikan, seperti hubungan keluarga yang menjadi toxic.
Apa yang dilakukan saat hidup di keluarga toxic?
- Kenali dan terima realitasnya bahwa Anda berada dalam toxic family.
- Tetap tenang dan bertahan. Hindari terlibat dalam konfrontasi yang tidak produktif.
- Buat batasan yang sehat.
- Cari cara untuk menghindari atau mengurangi interaksi yang merugikan.
- Cari bantuan profesional.
Bagaimana cara menghadapi keluarga yang toxic?
Menghadapi keluarga yang toxic bisa menjadi tantangan yang besar, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya dan membangun lingkungan yang lebih positif.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi dan mengatasi toxic family.
1. Kenali pola perilaku yang tidak sehat
Pertama-tama, penting untuk mengenali pola perilaku yang merugikan dalam keluarga Anda.
Identifikasi apakah ada kekerasan, manipulasi, kontrol yang berlebihan, atau pola perilaku lain yang menyebabkan ketidaknyamanan atau kerusakan.
2. Tetap tenang dan berpikir rasional
Saat menghadapi situasi yang mungkin memicu emosi, cobalah untuk tetap tenang dan berpikir rasional.
Hindari terlibat dalam konfrontasi yang tidak produktif atau memperburuk situasi dengan reaksi yang impulsif.
3. Tetapkan batasan yang sehat
Tentukan batasan yang jelas terhadap perilaku yang tidak sehat atau merugikan.
Misalnya, jika ada anggota keluarga yang sering mengeluarkan komentar merendahkan, nyatakan dengan tegas bahwa Anda tidak akan mentolerir perlakuan semacam itu.