Hampir semua bayi mengalami ruam pada kulit dan mungkin ada beberapa kali yang mengalaminya. Pada gejala ringan, ruam bisa hilang dengan sendirinya. Tetapi ada juga yang disertai dengan demam, gatal, atau gejala lainnya.
Gejala umum ruam kulit adalah:
- Gatal
- Kulit memerah
- Kulit tebal dan kasar karena menggaruk area kulit yang kering, bersisik, atau mengeras
- Luka melepuh bernanah
- Infeksi area kulit yang rusak
Bila ditanya apa penyebab ruam pada bayi, jawabannya ada beragam penyebab. Salah satu penyebab terjadinya ruam kulit adalah si kecil mengalami alergi susu sapi. Pelajari lebih lanjut mengenai ruam dan alergi susu sapi.
Mengulik kaitan ruam dan penyebabnya
Ruam muncul pada area kulit yang teriritasi atau kulit yang bengkak. Ruam ini bisa mengakibatkan kulit jadi lecet hingga timbul bentolan.
Ruam pada bayi biasanya memiliki gejala umum seperti gatal, perih, kulit jadi kemerahan, dan iritasi. Karena penyebabnya mungkin tak sama, gejala ruam pada bayi terkadang memliki gejala yang berbeda.
Berikut beberapa penyebab kambuhnya ruam pada si kecil yang wajib para ibu ketahui.
1. Jerawat bayi
Ruam muncul pada jerawat yang timbul pada pipi, hidung, atau dahi sekitar sebulan setelah bayi lahir. Kondisi jerawat bisa semakin buruk jika tidak dibersihkan. Maka itu, ibu bisa membersihkan wajah bayi dengan air dan berikan moisturizer yang ringan untuk memulihkan kondisi bayi dan menyembuhkan ruam.
2. Cradle cap
Ruam akibat cradle cap muncul pada bayi dan ditandai dengan bercak kekuningan pada permukaan kulit, berminyak, serta bersisik. Biasanya ruam ini muncul pada wajah, kepala, dan area leher.
Sebetulnya cradle cap tidak begitu gatal, tetapi kondisi kulit ini bila digaruk bisa menimbulkan eksim. Ruam bayi ini bisa mereda seiring berjalannya waktu. Namun untuk pencegahan, ada baiknya membersihkan kulit kepala bayi dengan sampo bayi yang ringan.
3. Eksim
Ruam bayi yang disebabkan eksim ini biasanya terkait erat dengan alergi susu atau telur. Eksim memiliki gejala seperti kulit memerah, gatal dan ruam pada wajah, kulit kepala, dan tubuh bayi. Biasanya gejala bisa diredakan dengan krim atau salep khusus untuk eksim.
4. Ruam popok
Ruam popok bayi ini terjadi ketika kulit bayi terekspos air kencing dan kotoran feses dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan iritasi karena infeksi jamur. Sangat mudah untuk melakukan pencegahan ruam popok bayi, dengan memerhatikan kebersihan area kulit bayi yang sering terekspos.
5. Biang keringat
Biang keringat hal yang umum terjadi pada bayi. Munculnya biang keringat dikarenakan pakaian bayi yang terlalu berlapis atau lingkungan yang panas dan cenderung lembap.
Ini berdampak pada penyumbatan kelenjar keringat. Sehingga timbul bintik-bintik merah dan ruam pada bayi. Namun, biang keringat bisa hilang segera tanpa perawatan khusus.
Mengulik kaitan ruam dan alergi susu pada bayi
Munculnya ruam dapat disebabkan oleh alergi susu sapi. Salah satu reaksi yang timbul bila bayi mengalami alergi susu sapi adalah muncul nya kemerahan pada pipi ataupun lipatan – lipatan kulit.
Menurut Ikatatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), alergi susu sapi menimbulkan rekasi pada 3 organ penting yaitu kulit, pencernaan dan pernapasan. Lebih lanjut, gejala yang sering terlihat adalah ruam kulit atau kemerahan pada kulit apabila anak mengalami gejala alergi susu sapi.
Alergi pada susu sapi disebabkan tubuh sistem imunitas bayi yang menolak protein susu sapi. Tubuh melihat bahwa protein yang masuk sebagai zat asing atau alergen yang harus dilawan. Mekanisme perlindungan tubuh mencetuskan gejala alergi.
Bila terjadi demikian, ibu bisa memberikan perawatan yang terbaik dengan menggantikan susu formula sapi dengan susu formula terhidrolisa ekstensif.
Susu terhidrolisa ekstensif dapat memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan bayi. Protein dalam susu ini dipecah menjadi potongan yang lebih kecil. Sehingga saat bayi minum susu formula terhidrolisa ekstensif, tubuhnya tetap mendapat nutrisi yang tepat guna. Sistem kekebalan tubuhnya pun dapat menerima potongan protein ini dengan baik.
Susu formula terhidrolisa ekstensif juga dapat mengurangi gejala alergi, salah satunya kolik dan juga ruam bayi. Maka itu, susu ini dapat secara aman dikonsumsi oleh bayi dengan alergi susu sapi.
Selain itu, menurut tata laksana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam mengelola gejala alergi pada anak adalah dengan melakukan diet eliminasi makanan yang mengandung produk susu sapi disertai dengan pemberian susu formula terhidrolisa ekstensif dalam kurun 2-4 minggu.
Ibu bisa memberikan susu formula alternatif paling tidak 6 bulan atau hingga anak berusia 9-12 bulan. Kemudian, ibu bisa memberikan kembali susu sapi untuk melihat kekambuhan gejala. Bila gejala alergi tidak muncul, konsumsi susu sapi masih bisa dilanjutkan.
Tapi jika gejala alergi muncul, cobalah untuk kembali melanjutkan pemberian susu formula alternatif hingga 6-12 bulan. Mengutip dari IDAI, alergi susu sapi pada anak akan sembuh pada usia balita.
Setidaknya 50% anak akan toleran susu sapi saat berusia 1 tahun, lebih dari 75% dapat sembuh pada usia 3 tahun, serta lebih dari 90% anak bisa toleran saat beranjak 6 tahun.
Jangan lupa untuk konsultasikan alergi susu sapi ke dokter
Ruam dan gejala alergi lainnya yang timbul karena konsumsi susu sapi serta seputar susu formula terhidrolisa ekstensif perlu ibu konsultasikan ke dokter.
Bagaimanapun penting untuk mengetahuinya langsung lewat diagnosis dokter, sehingga ia bisa memberikan rekomendasi perawatan.
Alergi susu sapi dapat didiagnosis melalui rangkaian cek alergi, seperti uji kulit alergi atau pemeriksaan kadar IgE (Immunoglobulin E). Dengan begitu, dokter akan memberikan saran tepat kepada ibu untuk memberikan perawatan dan penanganan mengatasi alergi, serta ruam yang muncul pada bayi.
[embed-health-tool-vaccination-tool]