“Babababaa…dadidididi…mamamama…” Rasanya mungkin seperti celotehan biasa, ya? Tapi bagi orangtua mungkin ini menjadi musik paling indah dari si Kecil. Itulah yang disebut dengan babbling. Babbling adalah salah satu tahap penting dalam perkembangan bicara anak. Lalu, apa itu babbling? Babbling pada bayi di usia berapa? Simak penjelasan berikut ini.
Apa itu babbling pada bayi?
Babbling adalah fase awal dalam perkembangan bahasa bayi, di mana mereka mulai mengeluarkan suara-suara seperti “ba,” “da,” atau “ma” yang menyerupai kata-kata.
Meskipun belum memiliki arti, celotehan ini merupakan cara bayi melatih otot-otot bicara serta belajar mengenali dan meniru bunyi dari lingkungan sekitar.
Babbling biasanya muncul setelah tahap cooing, yaitu suara lembut seperti “oo” atau “aa” yang umumnya mulai terdengar sejak usia 6 minggu.
Berbeda dari tahap cooing pada bayi yang bersifat refleks, fase babbling menunjukkan usaha sadar dari bayi untuk “berbicara”.
Menariknya, suara dan nada dalam babbling bisa dipengaruhi oleh bahasa yang sering didengar bayi sehari-hari.
Bahkan bayi yang tumbuh dalam lingkungan bilingual tetap akan mengoceh secara aktif dengan variasi bunyi dari kedua bahasa tersebut.
[embed-health-tool-baby-poop-tool]
Kapan bayi mulai babbling?
Melansir dari Pathways, bayi umumnya mulai babbling pada usia 4 hingga 6 bulan.
Ini adalah tahap penting dalam perkembangan bahasa bayi, di mana ia mulai mengucapkan kombinasi konsonan dan vokal seperti “babababa” atau “dadadada.”
Seperti yang sudah dijelaskan, sebelum masuk ke fase babbling ini, bayi akan mulai cooing sejak usia sekitar 2 bulan dengan mengeluarkan suara lembut bernada vokal seperti “ooo” atau “aaa.”
Setelah itu, ia akan memasuki fase babbling, yang terbagi menjadi beberapa tahap berikut.
- Canonical babbling (usia 5–10 bulan). Ini tahapan mengulang suku kata seperti “ba-ba”, “da-da.”
- Variegated babbling. Kombinasi suku kata berbeda, misalnya “ma-di-da.”
- Jargon. Celoteh seperti “ngobrol” dengan intonasi mirip orang dewasa, tapi belum berupa kata.
Perlu Anda ketahui, setiap anak memang berkembang dengan kecepatannya masing-masing. Meski begitu, babbling pada bayi merupakan tanda awal bahwa kemampuan bahasa anak berkembang.
Menariknya, bayi yang rutin diajak bicara cenderung lebih aktif babbling.
Ini artinya, babbling merupakan fase penting bagi orangtua untuk menanggapi suara bayi seperti sedang ngobrol sungguhan.
Meski berkembang dengan kecepatan yang berbeda, orangtua perlu waspada jika si Kecil belum menunjukkan tanda-tanda babbling hingga bayi usia 9 bulan sampai 10 bulan.
Ini bisa menjadi sinyal untuk melakukan evaluasi tumbuh kembang lebih lanjut dengan dokter spesialis anak.
Mengapa merespons babbling bayi itu penting?
Tips membantu bayi memulai fase babbling
Cara terbaik untuk meningkatkan perkembangan bahasa bayi, termasuk pada tahapan mengoceh ini, adalah dengan menirukan ucapan dan mengajaknya bicara.
Ini akan membantu mengembangkan keterampilan bahasa reseptif (kemampuan memahami apa yang didengar) dan bahasa ekspresif (kemampuan mengucapkan kata-kata).
Berikut adalah beberapa cara lain untuk mendorong bayi melakukan babbling.
1. Ulangi suara bayi
Ulangi suara “da-da-da” yang diucapkan bayi Anda. Jika Anda mendengar si Kecil menirukan suara yang Anda buat, ulangilah lagi dan lagi.
Meski terdengar sepele, pengulangan ini sangat menarik bagi bayi. Aktivitas ini bisa menjadi stimulasi bagi bayi, termasuk stimulasi bayi usia 5 bulan, untuk terus berlatih mengeluarkan suara mereka.
Tidak hanya itu, cara ini dapat mengajarkan si Kecil tentang cara menarik perhatian, bergiliran dalam percakapan, dan mempelajari bahwa suara bukan hanya menyenangkan untuk dihasilkan, tetapi juga merupakan alat komunikasi.
2. Melakukan kontak mata
Saat bayi mulai melakukan babbling atau mengoceh, sebaiknya tatap matanya, tersenyum, dan berusaha menanggapi.
Dengan begitu, ini dapat mengajarkan padanya bagaimana cara melakukan “percakapan” yang baik dan benar.
3. Ceritakan apa yang Anda lakukan
Ceritakan apa yang sedang Anda lakukan secara langsung. Misalnya, “Sekarang Mama sedang menonton TV” atau “Mama sedang mencuci baju, ya.”
Meskipun bayi belum memahami maknanya, mereka sedang menyerap ritme dan struktur bahasa yang Anda gunakan.
4. Ajukan pertanyaan
Untuk melatih anak melakukan babbling, Anda bisa mengajukan banyak pertanyaan. Misalnya, “Kita mau jalan-jalan ke taman, ya?”. Lalu, lanjutkan dengan jawaban Anda “Iya, kita mau pergi ke taman.
Walaupun seperti berbicara sendiri, Anda sebenarnya sedang mencontohkan pola tanya-jawab dalam sebuah percakapan.
5. Bacakan buku
Perlu dipahami bahwa pada dasarnya, buku adalah sumber ilmu, termasuk bagi anak bayi. Untuk melatihnya melalui fase babbling, Anda bisa membacakan buku untuk si Kecil.
Ini juga dapat membantu memperkaya kosakata dan mempererat ikatan emosional Anda dan si Kecil.
6. Bernyanyi
Tak perlu memiliki suara yang merdu, menyanyikan lagu untuk bayi secara berulang-ulang bisa membuat bayi tertarik untuk ikut serta “bernyanyi”.
Jadi cobalah nyanyikan sebuah lagu untuk si Kecil, terutama lagu-lagu lucu yang disertai gerakan.
7. Berikan nama pada setiap benda
Tunjukkan berbagai benda di sekitar dan sebutkan namanya, seperti bola, apel, atau jari kaki.
Anda juga bisa memberikan mainan pada bayi dan bicarakan tentang mainan tersebut. Misalnya, “Ini boneka namanya Elsa”.
8. Ajak bayi mengenali suara di sekitar
Untuk membantu kemampuan bayi dalam fase mengoceh ini, Anda bisa juga mengajaknya mengenali suara di sekitar.
Anda bisa mengatakan, “Dengar, ada kucing sedang mendengkur!” atau “Ada mobil yang melaju, brum brum!” Ini membantu mereka memahami bahwa dunia dipenuhi suara yang bisa dikenali dan ditiru.
Yang perlu orangtua pahami adalah fase babbling bukan sekadar celotehan lucu si Kecil, tetapi merupakan tonggak dalam perkembangan bahasa dan komunikasi bayi.
Melalui babbling, bayi belajar meniru, merespons, dan membangun koneksi sosial yang kelak menjadi dasar keterampilan berbicara.
Dengan memberikan stimulasi yang tepat, seperti berbicara, menyanyi, membacakan buku, dan menanggapi suara-suara mereka, orangtua dapat berperan aktif dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak, termasuk dalam perkembangan bahasa.
Ingatlah, setiap celoteh yang terdengar mungkin tampak sederhana, tapi sejatinya adalah proses belajar yang luar biasa.
Kesimpulan
- Babbling adalah fase awal perkembangan bahasa bayi yang dimulai sejak usia 4–6 bulan.
- Meskipun hanya terdengar seperti celotehan tanpa makna, babbling merupakan latihan penting bagi otot bicara dan dasar keterampilan komunikasi anak.
- Orangtua berperan besar dalam mendukung fase ini dengan rutin mengajak bayi berbicara, menyanyi, hingga membacakan buku.
- Merespons celotehan bayi bukan hanya mempererat ikatan emosional, tapi juga membantu bayi belajar ritme dan struktur bahasa sejak dini.