Solusinya, tegur anak dengan kalimat yang padat, jelas, dan singkat. Ada saatnya di mana Anda harus bicara panjang lebar dengan anak soal masalah-masalah yang agak berat. Namun, hal tersebut juga harus dilakukan dalam suasana yang mendukung dan dengan cara yang menarik supaya anak tidak mudah kehilangan fokus.
2. Nada bicara atau kata-kata yang dipilih orangtua kurang tepat
Apakah Anda sering mengomeli anak dengan nada bicara tinggi? Sesekali bicara dengan nada tinggi untuk mendisiplinkan anak memang wajar. Namun, kalau hal ini selalu Anda lakukan berulang-ulang dan omelan Anda terlalu panjang, lama-lama anak tidak tahan juga mendengarnya.
Sedangkan kalau selama ini Anda kebanyakan menggunakan kata negatif seperti “jangan”, “tidak boleh”, dan “dilarang”, anak jadi bingung apa yang harus diperbuatnya karena orangtua hanya bisa melarang, bukan memberi arahan. Begitu juga kalau orangtua mengomeli anak dengan kata-kata kasar yang merendahkan, misalnya menyebut anak “bodoh”.
Sebagai gantinya, tegaskan perintah Anda dengan arahan yang jelas dan dengan nada bicara rendah seperti, “Adik, masukkan tasmu ke kamar sekarang.” Jangan hanya mengomel dengan berkata, “Tasnya jangan ditaruh di situ, dong! Berantakan jadinya! Harus diberi tahu berapa kali, sih, kamu?”. Bila anak belum beranjak juga, Anda bisa menegaskan lagi dengan kalimat seperti, “Ibu hitung sampai tiga, tasmu sudah harus dimasukkan ke kamar.”
3. Terbiasa mengancam atau membentak anak
Hati-hati kalau orangtua terlalu sering mengancam atau membentak anak. Anak yang terbiasa diberi tahu dengan keras cenderung mengabaikan orangtua ketika mereka tidak bicara dengan nada biasa. Akibatnya, Anda harus selalu menarik urat dulu kalau ingin anak mendengarkan omelan orangtua.
Karena itu, ubah kebiasaan ini secara perlahan. Bicaralah dengan suara dan nada yang sedikit pelan tapi tetap tegas.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar