backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Parental Burnout, Stres yang Tidak Biasa Saat Mengasuh Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 31/01/2022

    Parental Burnout, Stres yang Tidak Biasa Saat Mengasuh Anak

    Parental burnout bukanlah stres biasa. Kondisi ini terkait kelelahan dan stres saat mengasuh si kecil yang bisa menjadi kronis bila tidak segera mendapat penanganan.

    Tak hanya psikologis orangtua, psikologis anak juga dapat ikut terpengaruh bila orangtuanya stres. Berikut penjelasan lengkap seputar parental burnout.

    Apa itu parental burnout?

    Mengutip dari American Psychological Association (APA), parental burnout adalah kondisi kelelahan yang orangtua rasakan saat mengasuh anak.

    Terdapat empat tahapan kondisi kelelahan yang orangtua rasakan saat mengasuh anak, yaitu:

    • lelah menjalani peran sebagai orangtua,
    • perbedaan kondisi antara orangtua saat ini dan sebelumnya,
    • muak menjadi orangtua, dan
    • menjaga jarak secara emosional dengan anak.

    Bila tidak mendapat penanganan yang tepat, kondisi kelelahan ini bisa memicu depresi sampai situasi ibu dan ayah tidak semangat menjalani hari.

    Perbedaan stres dan burnout

    Burnout adalah akibat dari stres yang tidak bisa teratasi dengan baik, tetapi belum tentu sama dengan terlalu banyak stres.

    Pada umumnya, stres melibatkan banyak tekanan fisik dan mental.

    Namun, orang yang stres masih bisa membayangkan kalau ia mampu mengendalikan stres, kondisinya tentu jadi lebih baik.

    Sementara itu, burnout berbeda karena melibatkan perasaan kosong secara mental, tanpa motivasi, bahkan tidak peduli dengan sekitar.

    Stres ibarat perasaan akan tenggelam dalam tanggung jawab sebagai orangtua, burnout justru merasa kehampaan.

    Berikut perbedaan stres dan burnout atau kelelahan, mengutip dari Help Guide.

    burnout helpguide
    Sumber: Help Guide

    Meski orangtua sadar berada di bawah tekanan saat mengasuh anak, ayah dan ibu tidak selalu menyadari kalau sedang mengalami parental burnout.

    Apa gejala parental burnout?

    Stres saat mengasuh anak tidak bisa terjadi secara tiba-tiba, ada gejala yang orangtua rasakan saat sedang mendampingi si kecil. 

    Burnout adalah proses yang bertahap sehingga gejalanya sering tidak terasa oleh orangtua.

    Gejala parental burnout terbagi menjadi tiga bagian, fisik, emosional, dan perilaku, berikut penjelasannya.

    Gejala parental burnout dari sisi fisik

    • Merasa lelah.
    • Kekebalan tubuh berkurang sehingga gampang sakit.
    • Sering mengalami sakit kepala atau nyeri otot.
    • Nafsu makan berkurang.
    • Gangguan tidur.

    Gejala parental burnout dari sisi emosional

    • Merasa bersalah dan ragu dengan diri sendiri.
    • Orangtua merasa tidak berdaya dan terjebak dengan situasi.
    • Merasa sendirian.
    • Kehilangan motivasi.
    • Penuh dengan pikiran negatif.

    Gejala parental burnout dari sisi perilaku

    • Menarik diri dari orang lain.
    • Tidak bertanggung jawab dengan tugasnya.
    • Menunda atau membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sesuatu.
    • Memakai obat-obatan, makanan, atau alkohol.
    • Melampiaskan kekesalan ke orang lain.

    Saat ayah atau ibu mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, bisa bercerita dengan orang terdekat.

    Kalau sudah memasuki tahap melampiaskan kekesalan ke orang lain bahkan sampai memakai obat-obatan, segera konsultasi ke psikolog.

    parental burnout

    Apa penyebab parental burnout?

    Burnout tidak hanya terjadi pada lingkungan pekerjaan, tetapi juga saat mengasuh anak. Meski menyenangkan, tetap ada masa-masa orangtua lelah mengasuh si kecil.

    Penyebab parental burnout hampir sama dengan kelelahan saat bekerja. 

    Istilah parental burnout mulai muncul saat pandemi COVID-19 yang meningkatkan tekanan mental pada orangtua karena harus berdiam diri di rumah dalam waktu lama. 

    Penelitian oleh psikolog dari University of Melbourne menyebutkan bahwa orangtua dari anak usia sekolah mengalami tekanan mental yang lebih tinggi selama pandemi. 

    Para peneliti memperkirakan seperempat dari 1,5 juta orangtua dengan anak 5-11 tahun yang bekerja di Australia mengalami tekanan mental yang tinggi.

    Berdasarkan penelitian terbitan Clinical Psychological Science, dua pertiga wanita mengalami stres mengasuh anak dan sepertiganya adalah pria. 

    Para ibu lebih rentan mengalami stres karena tuntutan multitasking atau mengerjakan banyak hal dalam waktu yang sama.

    Cara mengatasi parental burnout

    membantu anak yang hilang pendengaran

    Saat ibu atau ayah mengalami kelelahan dalam mengasuh anak, sebaiknya tidak membiarkan kondisi ini terlalu lama agar tidak berubah menjadi depresi. 

    Ada beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mengatasi dan mencegah parental burnout menjadi lebih parah.

    1. Ceritakan kepada pasangan dan keluarga

    Rasa lelah saat mengasuh anak adalah perasaan yang normal dan sangat wajar. Ketika merasakan ini, ceritakan kepada pasangan, keluarga, atau orang terdekat.

    Orangtua yang mengalami parental burnout rentan memiliki perasaan sendiri sehingga teman cerita adalah salah satu bagian cukup penting untuk mengatasinya.

    Bila ayah atau ibu takut bercerita dengan teman dan keluarga karena khawatir judge atau dinilai buruk, bisa konsultasi dengan ahli seperti psikolog.

    2. Perbanyak istirahat

    Parental burnout terjadi ketika ayah atau ibu merasa lelah berkepanjangan.

    Bila mengalami ini, ayah atau ibu bisa istirahat dan meminta bantuan keluarga untuk mengasuh si kecil.

    Ayah atau ibu yang sedang mengalami burnout bisa melakukan me time seperti tidur lebih lama, jalan-jalan, atau makan makanan kesukaan tanpa gangguan anak.

    3. Mengevaluasi diri

    Jika ayah dan ibu merasa lelah dengan peran sebagai orangtua, tanyakan pada diri sendiri, apakah standar pola pengasuhan terlalu tinggi dan menuntut kesempurnaan?

    Ayah dan ibu bisa berdiskusi tentang pola asuh yang sudah dilakukan. Tidak perlu menuntut gaya pengasuhan seperti orangtua lain.

    Orangtua bisa menyesuaikan dengan tipe dan karakter anak, tanpa harus menuntut terlalu tinggi.

    4. Mencoba gaya pengasuhan sesuai karakter anak

    Gaya pengasuhan orangtua satu dan lain tentu berbeda sehingga ayah dan ibu tidak bisa menyamakannya.

    Bila gaya pengasuhan yang sudah pernah orangtua coba terlalu berat, coba metode yang lain.

    Untuk menemukan gaya pengasuhan lain, ayah dan ibu bisa konsultasi ke psikolog.

    Anda juga bisa mengikuti seminar atau program pengasuhan yang dapat orangtua sesuaikan dengan karakter anak.

    5. Hindari mengatakan ‘harus’

    Tuntutan dan keinginan orangtua terhadap sikap anak, justru sering membuat ayah dan ibu yang lelah sendiri. 

    Maka dari itu, kurangi ekspektasi orangtua terhadap dirinya sendiri dalam mengasuh anak.

    Ambil contoh, ayah dan ibu merasa harus terus menemani anak, padahal pergi sesekali tanpa mereka juga bukan sesuatu yang salah.

    Saat memiliki buah hati, Anda dan pasangan akan memiliki peran sebagai ayah dan ibu. Peran ini tentu melelahkan, tetapi ini perasaan yang wajar.

    Berikan waktu untuk diri sendiri sehingga ayah dan ibu bisa menghindari parental burnout menjadi lebih parah. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 31/01/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan