Awalnya, para peneliti dari Ohio State University menemukan fakta bahwa anak perempuan yang tidak terlalu dekat ayahnya cenderung diselimuti rasa kesepian hebat dibandingkan dengan anak perempuan yang punya hubungan dekat dengan ayah.
Kesimpulan ini diperoleh setelah studi yang dimuat dalam Journal of Family Psychology yang melakukan survei pada hampir 700 keluarga. Peneliti meminta kedua orangtua untuk menilai dan menjelaskan hubungan personal mereka dengan anak-anak yang berada di kelas 1, 3, 4, dan 5 sekolah dasar. Tujuannya untuk menentukan sejauh mana tingkat kedekatan serta konflik yang kerap terjadi di antara orangtua dan anaknya.
Dijelaskan oleh Julia Yan, selaku peneliti utama sekaligus mahasiswa program doktor di Ohio State University, bahwa ada tingkat kedekatan mulai menurun dan konflik semakin sering terjadi antara orangtua dan anaknya dalam rentang waktu tersebut.
Menurutnya, karena anak-anak di masa itu sedang belajar tumbuh lebih mandiri, mulai membuka pertemanan dengan teman sebayanya, hingga lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Semua hal ini memicu lahirnya konflik dalam keluarga, yang tanpa sadar menumbuhkan rasa kesepian dalam diri anak.
Setelah ditelisik lebih jauh lagi, ternyata tingkat kesepian anak-anak ini mengalami penurunan saat mereka dikelilingi oleh teman-teman terdekatnya. Bahkan, bisa benar-benar hilang pada ayah dan anak perempuan yang punya hubungan dekat.
Atas dasar ini, Xin Feng, salah seorang peneliti lainnya, mengungkapkan bahwa sosok seorang ayah memegang kunci penting dalam melindungi dan membantu mengusir rasa kesepian yang dialami anak perempuannya.