backup og meta

Teh untuk Balita, Bahaya atau Tidak?

Bolehkah?AlasanBahaya

Teh sering dianggap sebagai minuman sehat untuk orang dewasa karena kandungan antioksidannya. Namun, banyak orangtua belum menyadari bahwa tidak semua jenis teh aman untuk anak, terutama balita. Sebelum memberikan teh kepada si Kecil, penting untuk memahami bahaya minum teh untuk balita terhadap tubuhnya yang masih dalam masa pertumbuhan.

Teh untuk Balita, Bahaya atau Tidak?

Apakah boleh balita minum teh

Balita sebaiknya tidak minum teh dari daun Camellia sinensis (termasuk teh hitam, hijau, dan oolong) karena mengandung kafein.

Penelitian dalam Journal of Clinical Sleep Medicine menyimpulkan bahwa bahkan konsumsi kafein ringan mempersingkat durasi tidur anak.

Di sisi lain, teh herbal tanpa kafein seperti chamomile, peppermint, fennel, dan rooibos termasuk jenis teh sehat karena dianggap relatif aman diberikan kepada anak di atas usia 6–12 bulan (balita) dalam jumlah kecil.

Teh ini bisa diberikan sebagai minuman penghangat atau untuk membantu pencernaan, asalkan disaring dan disajikan hangat, bukan panas, dan tanpa gula.

Namun, tetap perlu berhati-hati terhadap kemungkinan alergi, kontaminasi, atau interaksi dengan obat, sehingga dianjurkan untuk konsultasi dulu kepada dokter anak.

Jadi, hindari teh berkafein dan gunakan teh herbal bebas kafein sebagai pilihan yang lebih aman untuk balita dengan pengawasan medis.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Kenapa teh bahaya untuk balita?

gambar teh hitam

Teh termasuk jenis minuman yang tidak sehat untuk balita dan bisa berbahaya karena mengandung kafein dan tanin.

Berikut bahaya teh untuk balita dari masing-masing kandungan tersebut.

1. Kafein

Teh dari Camellia sinensis, seperti teh hitam, hijau, dan oolong, mengandung kafein yang merupakan stimulan.

Studi dalam Journal of Human Nutrition and Dietetics menyimpulkan bahwa asupan tinggi kafein (> 5 mg/kg berat badan per hari) dapat memicu kecemasan dan gejala putus kafein.

Selain itu, studi lain dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menunjukkan kafein dapat menghambat perkembangan pertumbuhan dan fungsi otak, karena balita sedang dalam masa pertumbuhan cepat dan membutuhkan nutrisi serta tidur yang optimal.

2. Tanin 

Teh juga kaya tanin, senyawa yang mengikat zat besi nonheme dalam usus sehingga sulit diserap tubuh.

Penelitian dalam jurnal Nutrients pada manusia dan hewan menunjukkan penurunan penyerapan zat besi setelah minum teh bersamaan dengan makan.

Berbagai bahaya teh untuk kesehatan balita

Teh sebaiknya tidak diberikan kepada balita karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Berikut adalah dampak atau bahaya minum teh untuk balita bagi kesehatannya.

1. Menghambat penyerapan zat besi

Teh mengandung zat yang disebut tanin. Zat ini bisa menghambat tubuh anak dalam menyerap zat besi dari makanan. Padahal, zat besi penting untuk mencegah anemia pada anak.

Jika balita minum teh terlalu sering, terutama saat makan, tubuhnya bisa kekurangan zat besi. Hal ini bisa membuat anak jadi lemas, pucat, dan sulit berkonsentrasi.

2. Menyebabkan gangguan tidur dan perilaku

Teh, seperti teh hitam dan teh hijau, mengandung kafein, yaitu zat yang bisa membuat anak jadi sulit tidur, lebih gelisah, jantung berdebar, atau terlalu aktif.

Anak kecil lebih sensitif terhadap kafein dibandingkan dengan orang dewasa. Jika balita sering minum teh berkafein, tumbuh kembangnya bisa terganggu karena kurang tidur dan mudah lelah.

3. Menurunkan nafsu makan dan bisa bikin kurang minum

Bahaya teh untuk balita lainnya yaitu teh bisa membuat anak merasa kenyang atau menurunkan selera makan karena rasanya agak pahit. Selain itu, kafein dalam teh bisa membuat anak lebih sering buang air kecil.

Jika anak terlalu banyak minum teh dan sedikit minum air putih atau susu, bisa terjadi dehidrasi ringan atau kurang cairan.

4. Tidak memberikan gizi yang dibutuhkan balita

Teh tidak mengandung zat gizi penting seperti protein, vitamin, atau lemak yang dibutuhkan balita. Sebaliknya, kalori teh manis justru bisa berlebih untuk kebutuhan balita jika dikonsumsi terlalu banyak. 

Selain teh tawar, bahaya teh manis untuk balita bisa terjadi karena gula tambahan dalam teh manis, yang merupakan sumber kalori kosong dan bisa menyebabkan obesitas dan kerusakan gigi pada anak-anak.

Bahkan, minum teh juga bisa membuat penyerapan zat penting dari makanan menjadi lebih sedikit. Jadi, teh bukan minuman yang bermanfaat untuk anak kecil.

Kesimpulan

  • Bahaya teh untuk balita berasal dari kandungan kafein dan tanin yang dapat mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, serta menghambat penyerapan zat besi yang penting untuk pertumbuhan.
  • Selain tidak memenuhi kebutuhan gizi balita, efek ini dapat meningkatkan risiko anemia hingga gangguan perilaku.
  • Oleh karena itu, teh sebaiknya tidak diberikan kepada anak usia di bawah usia 5 tahun.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Entclinic. (2023). Fish bones, throat: ENT Clinic. Retrieved 24 June 2025, from https://www.entclinic.sg/blog/fish-bones-in-the-throat/

Watson, E. J., Banks, S., Coates, A. M., & Kohler, M. J. (2017). The Relationship Between Caffeine, Sleep, and Behavior in Children. Journal of clinical sleep medicine : JCSM : official publication of the American Academy of Sleep Medicine13(4), 533–543. https://doi.org/10.5664/jcsm.6536

Caffeine and Kids. (2022). Retrieved 24 June 2025, from https://www.cuimc.columbia.edu/news/caffeine-and-kids

Temple J. L. (2009). Caffeine use in children: what we know, what we have left to learn, and why we should worry. Neuroscience and biobehavioral reviews33(6), 793–806. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2009.01.001

Ruxton C. H. (2014). The suitability of caffeinated drinks for children: a systematic review of randomised controlled trials, observational studies and expert panel guidelines. Journal of human nutrition and dietetics : the official journal of the British Dietetic Association27(4), 342–357. https://doi.org/10.1111/jhn.12172

Torres-Ugalde, Y. C., Romero-Palencia, A., Román-Gutiérrez, A. D., Ojeda-Ramírez, D., & Guzmán-Saldaña, R. M. E. (2020). Caffeine Consumption in Children: Innocuous or Deleterious? A Systematic Review. International journal of environmental research and public health17(7), 2489. https://doi.org/10.3390/ijerph17072489

Atkins, L. A., Spence, A. C., & Szymlek-Gay, E. A. (2023). Iron Nutrition of Pre-Schoolers in High-Income Countries: A Review. Nutrients15(11), 2616. https://doi.org/10.3390/nu15112616

Versi Terbaru

02/07/2025

Ditulis oleh Reikha Pratiwi

Ditinjau secara medis oleh dr. Muhammad Yusra Firdaus, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Seberapa Banyak Kebutuhan Cairan Anak Balita Usia 2-5 Tahun?

Biar Makin Lahap, Ini Menu Makanan Balita Usia 1-5 Tahun yang Bisa Dicoba


Ditinjau oleh dr. Muhammad Yusra Firdaus, Sp.A · Kesehatan Anak · Rumah Sakit Tebet · Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Diperbarui 02/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan