Flu dan batuk pilek bisa menyebabkan terjadinya radang sinus atau sinusitis. Untuk meredakan gejala tersebut, dokter mungkin akan meresepkan phenylpropanolamine. Ketahui penggunaan, dosis, dan efek samping obat ini selengkapnya.
Golongan obat: dekongestan.
Merek dagang phenylpropanolamine: Anadex, Farnirex, Ultraflu, Flutamol, Nodrof Flu Antitussive, Mesaflukin, Molexflu, Lapisiv, Brochifar, Flunax, Metacetin, Nihiza, Fluanza, Paratusin, dan lain-lain.
Phenylpropanolamine obat apa?
Phenylpropanolamine adalah obat golongan dekongestan. Obat ini berfungsi untuk menyusutkan pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh Anda.
Penyusutan pembuluh darah di sinus, hidung, dan dada akan melancarkan aliran napas, yang kemudian mengurangi hidung tersumbat.
Phenylpropanolamine (fenilpropanolamin) digunakan untuk mengobati hidung tersumbat yang disebabkan oleh alergi, demam, iritasi sinus, dan flu biasa.
Perlu diingat obat ini hanya meredakan gejala hidung tersumbat dan bukan untuk menyembuhkan penyebab penyakit seperti infeksi.
Dosis phenylpropanolamine
Perlu Anda ketahui, di Indonesia tidak ada fenilpropanolamin tunggal.
Namun, obat yang tersedia adalah kombinasi dengan zat aktif lain, seperti paracetamol dan chlorpheniramine maleate sebagai komponen obat flu dan pilek.
Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan fenilpropanolamin di Indonesia tersedia dalam kaplet dan tablet salut selaput dan sirup 60 ml.
Pemberian dosis berdasarkan kondisi dan penyakit pasien dapat dibedakan sebagai berikut.
- Dewasa (tablet atau kaplet): 1 – 2 kaplet atau tablet, tiap 4 jam. Dosis maksimal 4 – 8 kaplet/tablet per hari.
- Anak-anak usia 6 – 12 tahun (tablet atau kaplet): 1 kaplet atau tablet tiap, 4 jam. Dosis maksimal 4 kaplet per hari.
- Anak-anak usia 6 bulan – 2 tahun (sirup): 2,5 ml, 3 kali sehari.
- Anak-anak usia 3 – 5 tahun (sirup): 5 ml, 3 – 4 kali sehari.
- Anak-anak usia 6 – 12 tahun (sirup): 5 – 10 ml, 3 – 4 kali sehari.
Aturan pakai phenylpropanolamine
Gunakan phenylpropanolamine seperti yang diarahkan oleh dokter Anda atau ikuti petunjuk yang menyertai paket obat.
Jika Anda tidak mengerti, tanyakan kepada apoteker, perawat, atau dokter untuk menjelaskan aturan minum obat kepada Anda.
Konsumsi setiap dosis dengan segelas air. Telan tablet seutuhnya jangan dibelah, dihancurkan, atau dipotong.
Jangan minum obat ini dalam dosis yang lebih besar atau lebih sering daripada yang direkomendasikan.
Jika muncul gejala yang disertai dengan demam tinggi atau batuk pilek tidak membaik dalam tujuh hari, segera hubungi dokter Anda.
Efek samping phenylpropanolamine
Setiap obat pada dasarnya berpotensi menyebabkan efek samping obat. Meski begitu, tidak semua orang merasakan efek samping.
Efek samping obat ini pun dapat berkisar dari yang ringan hingga berat.
Efek samping umum
Jenis efek samping fenilpropanolamin yang sering terjadi:
- pusing, sakit kepala ringan, atau mengantuk,
- sakit kepala,
- insomnia,
- kecemasan,
- tremor (gemetar) atau gelisah,
- mual atau muntah, dan
- berkeringat.
Efek samping serius
Pada kasus yang serius, fenilpropanolamin bisa menyebabkan efek samping seperti:
- reaksi alergi,
- kejang,
- halusinasi yang tidak biasa, dan
- detak jantung tidak teratur atau cepat.
Peringatan dan perhatian
Jangan mengonsumsi phenylpropanolamine apabila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini ataupun semua bahan yang ada di dalamnya.
Beri tahu dokter apabila pasien pernah atau tengah menderita:
- hipertensi,
- aritmia,
- penyakit jantung,
- usus tersumbat,
- penyakit tiroid,
- diabetes,
- glaukoma,
- konstipasi kronis,
- pembesaran prostat,
- penyakit ginjal, atau
- penyakit hati.
Hindari aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan, seperti berkendara atau mengoperasikan mesin selama menjalani pengobatan.
Pasalnya, obat ini bisa menimbulkan rasa pusing dan mengantuk.
Beri tahu dokter apabila Anda tengah mengonsumsi obat antidepresan golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI) dalam 14 hari terakhir.
Dokter mungkin akan meresepkan obat selain phenylpropanolamine.
Hindari memberikan phenylpropanolamine kepada lansia usia berusia 60 tahun atau lebih tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Fakta obat
Apakah obat ini aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Menurut situs Pubchem, beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa penggunaan fenilpropanolamin dalam trimester pertama kehamilan mungkin bisa menyebabkan:
- hipospadia (kelainan letak lubang kencing),
- kelainan mata dan telinga,
- polidaktili (tambahan jumlah jari kaki atau tangan),
- katarak, dan
- pectus excavatum (tulang dada melesak ke dalam tubuh).
Belum ada penelitian yang mengamati dampak fenilpropanolamin pada ibu hamil.
Penggunaan obat ini selama masa kehamilan hanya diperbolehkan jika cukup jelas manfaatnya.
Namun, masih belum ada bukti mengenai ekskresi (sisa penyerapan) fenilpropanolamin di dalam air susu ibu dan pengaruhnya pada bayi.