Epilepsi adalah penyakit yang membuat pengidapnya mengalami kejang kambuhan. Sampai saat ini, belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan epilepsi. Meski demikian, gejalanya masih bisa diatasi dengan minum obat-obatan seperti dilantin.
Golongan obat: antikonvulsan
Kandungan obat: fenitoin natrium
Apa itu Dilantin?
Dilantin adalah obat anti-epilepsi untuk meredakan gejala kejang yang biasa terjadi pada pasien epilepsi. Obat ini bekerja dengan memperlambat penghantaran sinyal di otak yang menyebabkan kejang.
Selain itu, Dilantin juga memiliki beberapa fungsi lain, yakni:
mengontrol kejang parsial kompleks (psikomotor, lobus temporal), dan
pencegahan dan pengobatan kejang yang terjadi saat atau setelah operasi saraf.
Sediaan dan dosis
Obat Dilantin tersedia dalam bentuk kapsul dan injeksi. Masing-masing obat memiliki dosis penggunaan yang berbeda.
1. Dilantin kapsul lepas lambat
Setiap botol Dilantin terdiri dari 100 kapsul. Satu kapsulnya mengandung fenitoin natrium sebesar 100 miligram. Kapsul Dilantin diproduksi oleh perusahaan farmasi Pfizer.
Berikut merupakan dosis Dilantin kapsul untuk orang dewasa dan anak-anak.
Dewasa
Dosis awal untuk pasien dewasa yang belum pernah menerima pengobatan epilepsi yaitu satu kapsul (100 mg) sebanyak 3 kali sehari. Untuk dosis pemeliharaan, obat dapat diminum sebanyak 3–4 kali sehari.
Bila kejang sudah terkendali, pasien bisa mengonsumsi obat satu kali sehari dengan dosis 300 miligram.
Bagi pasien yang dirawat di rumah sakit, dosis awal yang diberikan yaitu 1000 miligram yang terbagi menjadi tiga dosis (400 mg, 300 mg, 300 mg). Obat diberikan setiap dua jam.
Anak-anak
Untuk pengobatan epilepsi pada anak, dosis awal yang direkomendasikan adalah 5 mg/kg berat badan per hari.
Dosis maksimum yang boleh diberikan dalam sehari yaitu 300 miligram. Pemberian obat dapat dilakukan sebanyak dua sampai tiga dosis terbagi.
Dosis pemeliharaan harian biasanya berkisar antara 4–8 mg/kg berat badan dalam dosis yang terbagi rata. Anak-anak berusia di atas 6 tahun dan remaja mungkin membutuhkan dosis sebanyak 300 miligram.
2. Dilantin injeksi
Setiap ampul Dilantin injeksi berisi cairan obat sebanyak 5 mililiter (mL). Dalam 1 mL cairan injeksi, terkandung 50 miligram fenitoin. Dilantin injeksi diproduksi oleh perusahaan farmasi Pfizer.
Dilatin injeksi digunakan untuk mengobati kejang yang berkepanjangan. Obat ini hanya diberikan bila pasien tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut. Injeksi juga diberikan guna mencegah kejang selama operasi.
Berikut merupakan dosis Dilantin injeksi untuk dewasa dan anak-anak.
Dewasa: 10–15 mg/kg berat badan
Anak-anak: 15–20 mg/kg berat badan
Dosis paling maksimal yang bisa diberikan yakni 50 mg per menit.
Aturan pakai obat Dilantin
Karena termasuk dalam golongan obat keras, Anda harus meminum Dilantin sesuai aturan minum obat yang diberikan oleh dokter. Kapsul harus ditelan langsung tanpa dihancurkan, dikunyah, atau dibuka.
Pada pemberikan Dilantin injeksi, obat akan disuntikkan secara perlahan atau diberikan melalui infus ke pembuluh darah.
Pemberian obat ini akan dilakukan oleh petugas kesehatan. Bila ingin beralih dari injeksi ke bentuk oral, Anda mungkin akan memerlukan tes darah.
Anda tidak boleh menghentikan penggunaan Dilantin secara tiba-tiba tanpa sepertujuan dokter, bahkan bila kejang-kejang sudah terkendali. Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan kejang.
Efek samping Dilantin
Seperti obat-obatan pada umumnya, penggunaan Dilantin juga dapat menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping obat mengandung fenitoin yang umum mencakup:
mengantuk,
kebingungan,
gerakan mata yang tidak normal,
masalah dengan keseimbangan, koordinasi, atau gerakan otot, dan
bicara cadel.
Terkadang, Dilantin juga dapat memberikan efek psikologis seperti perubahan suasana hati, kecemasan, atau bahkan depresi dan munculnya pikiran ingin bunuh diri.
Maka dari itu, bila Anda telah memiliki depresi atau penyakit mental lainnya, Anda harus berkonsultasi kepada dokter mengenai penggunaan obat ini.
Selain itu, ada pula berbagai dampak serius atau reaksi alergi dari penggunaan Dilantin. Segera hubungi dokter bila Anda mengalami:
detak jantung tidak teratur,
nyeri dada,
pusing seperti akan pingsan,
ruam kulit,
demam,
menggigil,
sakit tenggorokan,
kelenjar bengkak,
gusi membengkak atau sariawan,
kehilangan nafsu makan, atau
perdarahan yang tak biasa.
Apakah Dilantin aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Dilantin tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Pasalnya, kandungan fenitoinnya dapat meningkatkan risiko kecacatan lahir yang dikenal sebagai Fetal Hydantoin Syndrome.
Bayi dengan sindrom ini dapat terlahir dengan beberapa masalah seperti terganggunya pertumbuhan, perkembangan yang terlambat, cacat jantung, atau kelainan pada jari tangan dan kuku.
Fenitoin dapat melewati plasenta. Obat ini dicerna dengan cara yang berbeda oleh janin sehingga janin akan menerima dosis obat yang jauh lebih tinggi daripada yang dikonsumsi oleh ibu, terutama bila ibu meminumnya selama trimester pertama kehamilan.
Sementara pada ibu menyusui, fenitoin umumnya tidak mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan bayi. Kadar fenitoin yang memasuki ASI tetap rendah, jadi jumlah yang tertelan oleh bayi cukup kecil dan biasanya tidak menimbulkan reaksi.
Kendati demikian, ada baiknya Anda tetap berkonsultasi kepada dokter untuk memastikan keamanannya.
Interaksi dengan obat lain
Bila digunakan bersamaan dengan obat atau suplemen dengan kandungan zat aktif, Dilanin dapat berinteraksi. Hal ini membuat efek dan reaksi yang diberikan dari obat kejang ini mengalami perubahan.
Interaksi bisa terjadi bila Dilantin digunakan bersamaan dengan obat-obatan di bawah ini.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar serum fenitoin, seperti amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksida, dan diazepam.
Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar fenitoin seperti karbamazepin, reserpin, dan sukralfat.
Obat antidepresan trisiklik.
Obat-obatan hormon seperti estrogen dan kontrasepsi oral.
Obat antikoagulan untuk mengencerkan darah.
Vitamin D.
Obat juga tidak boleh digunakan bersamaan dengan alkohol. Bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Dilantin (Phenytoin Sodium). (2009). FDA. Retrieved 28 October 2021, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2009/084349s060lbl.pdf
Dilantin: Uses, Dosage, Side Effects & Interactions. (2021). Drugs.com. Retrieved 28 October 2021, from https://www.drugs.com/dilantin.html
Dilantin Injection Uses, Side Effects & Warnings. (2021). Drugs.com. Retrieved 28 October 2021, from https://www.drugs.com/mtm/dilantin-injection.html
Dilantin. (n.d.). Pusat Informasi Obat Nasional. Retrieved 28 October 2021, from http://pionas.pom.go.id/obat/dilantin
Dilantin (Phenytoin) for Epilepsy. (2020). RxList. Retrieved 28 October 2021, from https://www.rxlist.com/dilantin-drug.htm#interactions
Phenytoin – Drugs and Lactation Database. (2020). LactMed. Retrieved 28 October 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK501273/
Phenytoin (Dilantin). (n.d.). Children’s Hospital of Philadelphia. Retrieved 28 October 2021, from https://www.chop.edu/conditions-diseases/phenytoin-dilantin
Versi Terbaru
25/07/2022
Ditulis oleh Winona Katyusha
Ditinjau secara medis olehApt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.