Salah satu risiko transplantasi organ adalah penolakan tubuh terhadap organ baru yang didapatkan dari pendonor. Nah, untuk mencegah kondisi ini, biasanya dokter akan meresepkan obat penekan imun, seperti azathioprine. Yuk, kenali lebih dalam mengenai obat ini!
Golongan obat: imunosupresan
Merek dagang: Imuran
Apa itu azathioprine?
Azathioprine (azatioprin) adalah obat dengan kandungan zat aktif azathioprine dan termasuk dalam kelompok obat imunosupresan.
Artinya, obat ini dapat mengurangi kemampuan sistem kekebalan tubuh. Obat imunosupresan terkadang diperlukan untuk membantu tubuh menerima transplantasi organ.
Biasanya azatioprin digunakan bersama obat lain untuk meningkatkan efeknya. Obat ini bisa juga digunakan untuk mengobati beberapa penyakit autoimun.
Penyakit autoimun terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap sel-sel sehat di dalam tubuh, keliru menganggapnya sebagai ancaman.
Lebih jelasnya, berikut ini kegunaan dari obat azatioprin 50 mg.
- Membantu tubuh menerima transplantasi ginjal, transplantasi hati, transplantasi paru-paru, transplantasi pankreas, dan transplantasi jantung.
- Mengobati radang usus yang parah, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif.
- Meredakan gejala penyakit autoimun lain, seperrti penyakit radang parah pada kulit, hati, arteri, dan beberapa kelainan darah.
- Meringankan gejala rheumatoid arthritis yang parah.
Dosis dan sediaan azathioprine
Obat imunosupresan ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
Dosis yang dokter berikan pada Anda dan pasien lain mungkin berbeda karena disesuaikan dengan usia, tujuan pengobatan, dan tingkat kesehatan secara menyeluruh.
Meski begitu, berikut adalah aturan dosis yang biasanya digunakan.
Pengobatan radang sendi
Dewasa dan orang dewasa
- Dosis awal 1 mg/kg setiap hari dalam 1 – 2 dosis terbagi selama 6 – 8 minggu, dapat ditingkatkan 0,5 mg/kg setiap 4 minggu sampai ada respons atau hingga 2,5 mg/kg setiap hari.
- Dosis pemeliharaan kurangi dosis 0,5 mg/kg setiap 4 minggu untuk mencapai dosis efektif terendah.
Mencegah penolakan organ transplantasi
Dewasa dan anak-anak
- Dosisnya 1 – 5 mg/kg setiap hari. Dosis selanjutnya akan disesuaikan dengan respons dari pengobatan awal.
Pengobatan penyakit autoimun
Dewasa dan anak-anak
- Dosisnya 1 – 3 mg/kg setiap hari. Hentikan pengobatan jika tidak ada perbaikan setelah 3 – 6 bulan.
Aturan pakai azathioprine
Minum obat ini sesuai arahan dokter atau aturan pakai obat yang tertera di label kemasan.
Jangan menambahkan atau mengurangi dosis azatioprin yang sudah ditentukan. Jangan pula menghentikan pengobatan tanpa memberi tahu dokter.
Anda bisa minum obat dengan atau tanpa makanan. Jika Anda memiliki sistem pencernaan yang sensitif, sebaiknya minum obat ini setelah makan.
Cobalah minum azatioprin di waktu yang sama setiap harinya agar tidak melewatkan dosis.
Jika dosis terlewat dan baru menyadarinya di waktu yang berdekatan dengan jam minum obat berikutnya, jangan menggandakan dosis.
Efek samping azathioprine
Seperti obat lainnya, azatioprin dapat menyebabkan efek samping.
Efek sampingnya pada setiap orang bisa berbeda-beda, bergantung dengan respons tubuh terhadap kandungan obat.
Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah, diare, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan.
Obat ini juga dapat menyebabkan kulit Anda menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Hindari paparan sinar matahari secara langsung.
Gunakan tabir surya dan pakaian panjang jika Anda harus melakukan aktivitas di bawah sinar matahari.
Pada pasien yang menerima transplantasi ginjal, efek sampingnya bisa berupa infeksi.
Jika efek samping di atas cukup mengganggu dan tidak juga membaik dalam beberapa hari, konsultasikan ke dokter.
Anda perlu segera menghubungi tim medis jika mengalami efek samping serius berikut ini.
- Demam disertai sakit tenggorokan.
- Sariawan yang terjadi terus-menerus.
- Memar atau perdarahan yang tidak biasa.
- Menguningnya kulit dan bagian putih mata (penyakit kuning).
- Pembengkakan pada tubuh, sesak napas, dan ruam di kulit.
Peringatan dan perhatian pakai obat azathioprine
Penggunaan azatioprin dapat meningkatkan risiko kanker, terutama kanker kulit pada pasien yeng menerima transplantasi ginjal, serta limfoma pada pengidap penyakit Crohn.
Untuk menurunkan risiko tersebut, pasien dianjurkan membatasi paparan sinar matahari langsung.
Selain itu, obat ini juga bisa menimbulkan penurunan jumlah sel darah di sumsum tulang belakang. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi yang mengancam jiwa.
Jangan minum obat ini jika Anda memiliki riwayat alergi obat serupa seperti mercaptopurine.
Bila memiliki penyakit rematik dan sebelumnya pernah diobati dengan cyclophosphamide, chlorambucil, melphalan, Anda dianjurkan tidak menggunakan obat ini.
Di samping itu, Anda perlu memberi tahu dokter jika memiliki penyakit liver dan penyakit ginjal.
Seseorang yang memiliki mutasi gen NUDT15 dapat mengalami peningkatan efek samping dari obat ini, seperti gangguan sumsum tulang yang menyebabkan penurunan produksi sel darah.
Pantau tanda-tanda infeksi, seperti memar atau pendarahan yang tidak biasa. Jika terjadi, segera beri tahu dokter
Dokter mungkin akan meminta Anda untuk menjalani tes darah secara rutin untuk memeriksa respons tubuh Anda terhadap obat.
Apakah obat azathioprine aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Azatioprin hanya boleh dikonsumsi jika memang diresepkan oleh dokter.
Jika Anda sedang hamil atau merencanakan kehamilan dalam waktu dekat, minta pertimbangan dokter sebelum mengonsumsi obat.
Menurut situs Medicines, wanita yang bisa hamil dan pasangannya wajib menggunakan alat kontrasepsi selama pengobatan.
Penggunaan kontrasepsi dilanjutkan setidaknya tiga bulan setelah pengobatan dihentikan.
Penggunaan obat dapat mengganggu efektivitas alat kontrasepsi IUD. Oleh sebab itu, kontrasepsi tambahan, seperti penggunaan kondom direkomendasikan.
Anda tidak diperbolehkan menggunakan obat ini jika sedang menyusui karena dikhawatirkan obat bisa menyerap ke dalam ASI.
Interaksi obat azathioprine dengan obat lain
Beri tahu dokter jika Anda saat itu sedang menggunakan obat-obatan berikut ini.
- Obat untuk pembekuan darah misalnya warfarin.
- Obat-obatan untuk kanker seperti merkaptopurin.
- Obat untuk asam urat misalnya alopurinol.
- Obat hipertensi seperti enalapril, kaptopril, dan lisinopril.
- Obat radang usus seperti sulfasalazin, olsalazin, dan mesalazin.
- Obat infeksi bakteri contohnya kotrimoksazol.
- Obat-obatan untuk infeksi virus seperti ribavirin.
Selalu beri tahu dokter dan apoteker jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, termasuk obat tradisional Tiongkok, suplemen, dan obat-obatan yang Anda beli tanpa resep.
Ingat, azatioprin tidak boleh digunakan secara sembarangan. Penggunaannya perlu pengawasan dokter agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lain.
[embed-health-tool-bmi]