backup og meta

Obat Ini Bisa Bantu Mencegah Mata Minus Semakin Parah, Tapi Apa Aman?

Obat Ini Bisa Bantu Mencegah Mata Minus Semakin Parah, Tapi Apa Aman?

Selama ini mata minus ditangani dengan anjuran penggunaan kacamata atau lensa kontak. Namun dua alat bantu ini hanya membantu Anda untuk bisa melihat lebih jelas, tidak membuat minus berkurang. Bagaimana jika ternyata ada obat mata minus yang dapat mencegah penglihatan Anda makin parah?

Sekilas tentang rabun jauh (myopia)

Diperkirakan sekitar 2.5 miliar orang akan mengalami myopia pada tahun 2020.

Rabun jauh atau mata minus sebenarnya terjadi akibat bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang melengkung terlalu curam, sehingga cahaya yang harusnya jatuh tepat di retina justru berada di depan retina mata. Akibatnya Anda tidak bisa melihat sesuatu yang berjarak jauh dengan jelas.

Selain berdampak buruk pada kualitas hidup penderitanya, myopia juga berisiko berkembang menjadi penyakit mata lain yang lebih berbahaya, seperti katarak, glaukoma, hingga kebutaan.

Atropin, obat mata minus yang dapat mencegah penglihatan makin buruk

Hingga saat ini, satu-satunya jalan untuk menyembuhkan mata minus adalah dengan operasi LASIK. Tapi ternyata ada sebuah obat yang bisa mencegah minus mata Anda bertambah parah. Obat mata minus ini adalah atropin. Atropin adalah obat yang digunakan untuk menangani kejang otot. Atropin umum digunakan untuk menangani gejala penyakit kolitis, divertikulitis, kolik bayi, kolik ginjal dan empedu, ulkus peptis, dan irritable bowel syndrome.

Atropin tersedia dalam bentuk obat tetes mata. Obat ini bekerja melumpuhkan otot akomodasi mata (otot yang mengatur ketebalan lensa mata) dan membesarkan pupil. Beberapa penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang punya mata minus dan diresepkan atropin tetes mengalami penurunan keparahan minus mata, daripada anak-anak yang tidak diberi atropin.

Jangan pakai atropin sembarangan untuk menyembuhkan mata minus

Hingga saat ini, para peneliti dan dokter masih berusaha memahami cara kerja atropin sebagai obat minus mata. Oleh karena itu, obat ini tak bisa sembarangan dipakai tanpa pengawasan dokter. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat sebelum digunakan secara luas oleh masyarakat.

Hal yang juga perlu dipertimbangkan adalah efek samping dari penggunaan tetes mata atropine. Efek samping ini mulai dari penglihatan silau (25.1%), gangguan penglihatan jarak dekat (7.5%), serta alergi (2.9%). Sebagian kecil pengguna juga dilaporkan mengalami sakit kepala, infeksi mata, hingga efek samping ke organ tubuh lain. Semakin tinggi dosis yang dipakai, semakin tinggi juga risiko efek sampingnya.

Dengan perkembangan ini, kita sepertinya masih harus bersabar untuk menunggu obat minus mata yang benar-benar bisa mencegah rabun jauh dengan efektif. Namun dengan sedikit penyempurnaan, diharapkan obat ini akan bisa kita nikmati di masa yang akan datang.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

  1. Wannan, O. (2016) Atropine offers the most hope for myopia treatment. Available at: https://www.aop.org.uk/ot/science-and-vision/research/2016/02/17/atropine-offers-the-most-hope-for-myopia-treatment (Accessed: 25 July 2017).
  2. Dang, S. (2015). Eye drops that can slow down nearsightedness in children. Available at: https://www.aao.org/eye-health/news/eye-drops-nearsighted-children (Accessed: 25 July 2017).
  3. Gong, Q., Janowski, M., Luo, M., Wei, H., Chen, B., Yang, G., Liu, L. 2017. Efficacy and adverse effects of atropine in childhood myopia: a Meta-analysis. 1;135(6):624-630

Versi Terbaru

15/11/2019

Ditulis oleh Ryan Reinardi Wijaya

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Ajeng Quamila


Artikel Terkait

Awas, Risiko Ini Mungkin Terjadi Jika Minus Mata Anda Terlalu Tinggi!

Obat Kutu Rambut yang Juga Dapat Menghilangkan Gatal di Kulit Kepala


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Ryan Reinardi Wijaya · Tanggal diperbarui 15/11/2019

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan