Tubuh memerlukan berbagai zat gizi untuk menjalankan fungsinya. Berbagai masalah kesehatan akan muncul saat tubuh kekurangan zat gizi tertentu. Namun, ternyata tak semua zat gizi yang ada di dalam makanan dan minuman akan dicerna dan diserap oleh tubuh. Apa saja yang memengaruhi proses penyerapan zat gizi dalam makanan?
Mengenal bioavailabilitas dalam penyerapan zat gizi
Tahukah Anda bahwa zat gizi di dalam tubuh ternyata saling berinteraksi? Interaksi yang terjadi antarzat gizi ini memengaruhi jumlah penyerapannya di dalam tubuh. Tingkat penyerapan suatu zat gizi di dalam tubuh disebut dengan bioavailabilitas.
Tubuh memiliki aturan tersendiri untuk menentukan jenis dan banyaknya zat gizi yang harus diserap. Meski demikian, ternyata ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi proses penyerapan zat gizi dari makanan atau minuman.
Contohnya, bawang putih mentah yang masih utuh memiliki bioavailabilitas rendah. Ini berarti tubuh Anda tidak dapat menyerap seluruh kandungan gizi bawang putih dengan sempurna bila kondisinya masih utuh.
Anda perlu menyiasatinya, misalnya dengan menghaluskan bawang putih. Tubuh mampu menyerap kandungan gizi bawang putih yang halus dengan lebih baik. Dengan kata lain, bioavailabilitas bawang putih meningkat setelah dihaluskan.
Selain mengubah bentuk makanan, ada banyak faktor lain yang dapat meningkatkan atau justru menurunkan bioavailabilitas suatu bahan makanan. Secara tidak langsung, hal ini dapat memengaruhi status gizi dan kesehatan Anda.
Berbagai faktor yang memengaruhi penyerapan gizi makanan
Berikut sejumlah faktor yang dapat memengaruhi penyerapan zat gizi dalam makanan Anda.
1. Kombinasi makanan dan minuman yang dilahap bersamaan
Zat gizi saling berinteraksi bahkan baru berada di dalam mulut. Setiap zat gizi yang masuk ke mulut dan tubuh Anda akan langsung mengambil peran sebagai inhibitor (penghambat), atau enhancer (pendukung) bagi zat gizi lainnya.
Jika suatu zat gizi mengambil peran inhibitor, ia akan menghambat proses penyerapan zat gizi lain dalam makanan. Sebaliknya, zat gizi yang berperan sebagai enhancer akan meningkatkan penyerapan zat gizi lainnya di dalam tubuh.
Contohnya saat Anda makan makanan sumber zat besi bersamaan dengan makanan sumber kalsium. Kalsium dapat menghalangi penyerapan zat besi. Artinya, penyerapan zat besi akan terhambat jika dikonsumsi bersamaan dengan kalsium.
Hal sebaliknya terjadi saat Anda makan makanan sumber zat besi bersamaan dengan makanan sumber vitamin C. Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Jadi, untuk meningkatkan penyerapan zat besi, jangan lupa tambah asupan vitamin C Anda.
2. Zat gizi yang menjadi pesaing
Di dalam proses penyerapan makanan ternyata juga terjadi kompetisi antarzat gizi. Beberapa zat gizi mungkin saling bersaing untuk bisa diserap lebih banyak oleh tubuh. Hal ini dapat menurunkan tingkat bioavailabilitas dari setiap zat gizi yang bersaing.
Hal ini ditunjukkan dengan persaingan antara beberapa jenis mineral seperti zat besi, tembaga, dan zinc. Jenis mineral ini harus diikat oleh zat yang sama di dalam tubuh Anda. Alhasil, ketiganya bersaing agar dapat diserap lebih banyak.
Tembaga dan zinc sama-sama bersaing untuk memasuki tempat penyerapan dalam usus halus. Jika ada lebih banyak zinc, tembaga cenderung akan kalah sehingga Anda berisiko mengalami kekurangan tembaga.