backup og meta

4 Hal yang Memengaruhi Penyerapan Zat Gizi dalam Tubuh Anda

4 Hal yang Memengaruhi Penyerapan Zat Gizi dalam Tubuh Anda

Tubuh memerlukan berbagai zat gizi untuk menjalankan fungsinya. Berbagai masalah kesehatan akan muncul saat tubuh kekurangan zat gizi tertentu. Namun, ternyata tak semua zat gizi yang ada di dalam makanan dan minuman akan dicerna dan diserap oleh tubuh. Apa saja yang memengaruhi proses penyerapan zat gizi dalam makanan?

Mengenal bioavailabilitas dalam penyerapan zat gizi

Makanan tinggi lemak

Tahukah Anda bahwa zat gizi di dalam tubuh ternyata saling berinteraksi? Interaksi yang terjadi antarzat gizi ini memengaruhi jumlah penyerapannya di dalam tubuh. Tingkat penyerapan suatu zat gizi di dalam tubuh disebut dengan bioavailabilitas.

Tubuh memiliki aturan tersendiri untuk menentukan jenis dan banyaknya zat gizi yang harus diserap. Meski demikian, ternyata ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi proses penyerapan zat gizi dari makanan atau minuman.

Contohnya, bawang putih mentah yang masih utuh memiliki bioavailabilitas rendah. Ini berarti tubuh Anda tidak dapat menyerap seluruh kandungan gizi bawang putih dengan sempurna bila kondisinya masih utuh.

Anda perlu menyiasatinya, misalnya dengan menghaluskan bawang putih. Tubuh mampu menyerap kandungan gizi bawang putih yang halus dengan lebih baik. Dengan kata lain, bioavailabilitas bawang putih meningkat setelah dihaluskan.

Selain mengubah bentuk makanan, ada banyak faktor lain yang dapat meningkatkan atau justru menurunkan bioavailabilitas suatu bahan makanan. Secara tidak langsung, hal ini dapat memengaruhi status gizi dan kesehatan Anda.

Berbagai faktor yang memengaruhi penyerapan gizi makanan

definisi, sumber, fungsi protein

Berikut sejumlah faktor yang dapat memengaruhi penyerapan zat gizi dalam makanan Anda.

1. Kombinasi makanan dan minuman yang dilahap bersamaan

Zat gizi saling berinteraksi bahkan baru berada di dalam mulut. Setiap zat gizi yang masuk ke mulut dan tubuh Anda akan langsung mengambil peran sebagai inhibitor (penghambat), atau enhancer (pendukung) bagi zat gizi lainnya.

Jika suatu zat gizi mengambil peran inhibitor, ia akan menghambat proses penyerapan zat gizi lain dalam makanan. Sebaliknya, zat gizi yang berperan sebagai enhancer akan meningkatkan penyerapan zat gizi lainnya di dalam tubuh.

Contohnya saat Anda makan makanan sumber zat besi bersamaan dengan makanan sumber kalsium. Kalsium dapat menghalangi penyerapan zat besi. Artinya, penyerapan zat besi akan terhambat jika dikonsumsi bersamaan dengan kalsium.

Hal sebaliknya terjadi saat Anda makan makanan sumber zat besi bersamaan dengan makanan sumber vitamin C. Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Jadi, untuk meningkatkan penyerapan zat besi, jangan lupa tambah asupan vitamin C Anda.

2. Zat gizi yang menjadi pesaing

Di dalam proses penyerapan makanan ternyata juga terjadi kompetisi antarzat gizi. Beberapa zat gizi mungkin saling bersaing untuk bisa diserap lebih banyak oleh tubuh. Hal ini dapat menurunkan tingkat bioavailabilitas dari setiap zat gizi yang bersaing.

Hal ini ditunjukkan dengan persaingan antara beberapa jenis mineral seperti zat besi, tembaga, dan zinc. Jenis mineral ini harus diikat oleh zat yang sama di dalam tubuh Anda. Alhasil, ketiganya bersaing agar dapat diserap lebih banyak.

Tembaga dan zinc sama-sama bersaing untuk memasuki tempat penyerapan dalam usus halus. Jika ada lebih banyak zinc, tembaga cenderung akan kalah sehingga Anda berisiko mengalami kekurangan tembaga.

3. Bentuk kimia zat gizi

Bentuk kimia dari zat gizi ikut memengaruhi proses penyerapan zat gizi dari makanan. Contohnya, bentuk zat gizi yang berasal dari makanan nabati dan hewani jelas berbeda walaupun jenis zat gizinya sama.

Hal ini terjadi pada zat besi yang memiliki dua bentuk. Bentuk pertama yaitu zat besi heme yang berasal dari sumber makanan hewani. Sementara itu, zat besi pada sumber makanan nabati umumnya berbentuk non-heme.

Tubuh cenderung lebih mudah menyerap zat gizi heme dari sumber hewani. Ini pula alasan mengapa pelaku diet vegan rentan kekurangan zat besi meskipun sudah makan sayuran yang mengandung zat besi.

4. Kondisi kesehatan secara umum

Kondisi kesehatan Anda juga memengaruhi proses penyerapan zat gizi dari makanan. Contohnya saat Anda kekurangan zat gizi yang berperan sebagai enhancer. Tanpa zat gizi tersebut, proses penyerapan zat gizi lain bisa terkena imbasnya.

Begitu pun jika Anda memiliki gangguan kesehatan yang memengaruhi penyerapan zat gizi, misalnya penyakit celiac. Penderita penyakit celiac akan mengalami peradangan usus bila mengonsumsi makanan mengandung gluten.

Ketika terjadi peradangan, usus tidak akan bisa menyerap zat gizi seperti seharusnya. Dampaknya, penderita penyakit celiac rentan mengalami anemia defisiensi besi, osteoporosis akibat kekurangan kalsium, serta malnutrisi.

Proses penyerapan zat gizi suatu makanan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan memahami faktor-faktor tersebut, Anda bisa meningkatkan tingkat penyerapan zat gizi makanan (bioavailabilitas) sehingga tubuh mendapatkan manfaat yang optimal.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Nutrition’s Dynamic Duos – Harvard Health Publications – Harvard Health. (2009). Retrieved 6 July 2021, from https://www.health.harvard.edu/newsletter_article/Nutritions-dynamic-duos

Celiac disease – Symptoms and causes. (2021). Retrieved 6 July 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/celiac-disease/symptoms-causes/syc-20352220

Nutritional implications of dietary interactions: A review – UNU. (2021). Retrieved 6 July 2021, from https://archive.unu.edu/unupress/food/8F102e/8F102E03.htm

Are you absorbing the nutrients you eat? – Michigan State University. (2018). Retrieved 6 July 2021, from https://www.canr.msu.edu/news/are_you_absorbing_the_nutrients_you_eat

Hambidge, K. (2010). Micronutrient bioavailability: Dietary Reference Intakes and a future perspective. The American Journal Of Clinical Nutrition, 91(5), 1430S-1432S. doi: 10.3945/ajcn.2010.28674b

Versi Terbaru

06/07/2021

Ditulis oleh Nimas Mita Etika M

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Apa Bedanya Ahli Gizi, Dietisien, dan Dokter Gizi?

6 Masalah Gizi yang Paling Sering Terjadi di Indonesia


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nimas Mita Etika M · Tanggal diperbarui 06/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan