backup og meta

Mencegah Obesitas Sarcopenia di Usia Paruh Baya

Sarcopenia adalah suatu fenomena hilangnya massa dan kekuatan otot seiring dengan pertambahan usia, dan ini merupakan bagian dari proses penuaan. Meskipun sarcopenia terjadi dengan sendirinya, namun kondisi obesitas dapat memperburuk kondisi sarcopenia dan menyebabkan kematian dini akibat penyakit kardiovaskuler.

Obesitas sarcopenia merupakan suatu siklus

Obesitas sarcopenia sendiri didefinisikan sebagai adanya kondisi sarcopenia dan obesitas pada seseorang. Namun secara lebih spesifik hal ini terjadi saat seseorang mengalami penurunan massa otot dan kenaikan jaringan lemak dalam tubuh. Obesitas sarcopenia didiagnosis dengan rendahnya massa dan kekuatan otot seseorang saat ia mengalami obesitas, berdasarkan indeks massa tubuh maupun lingkar perut.

Siklus perkembangan obesitas sarcopenia dimulai saat terjadi proses penuaan, yang menyebabkan perubahan gaya hidup dan mengakibatkan penurunan massa otot, sekaligus meningkatkan lapisan lemak tubuh. Kondisi tersebut dapat memicu obesitas sehingga membatasi aktivitas fisik yang akhirnya berdampak pada penurunan msasa otot. Selanjutnya, penurunan massa otot atau kondisi sarcopenia juga akan mengurangi aktivitas fisik dan memperburuk kondisi obesitas.

Komplikasi akibat obesitas sarcopenia

Bagaimana obesitas dapat memicu hilangnya massa otot?

  1. Perubahan komposisi tubuh saat usia dewasa. Memasuki usia 30 tahun biasanya terjadi penurunan massa otot karena perubahan hormon dan aktivitas fisik, namun hal ini juga dapat diperburuk dengan pertambahan lapisan lemak. Ketidakseimbangan proporsi lemak dengan otot dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, sedangkan lemak berlebih sejak usia muda maupun dewasa menyebabkan otak kesulitan mempertahankan massa otot hingga usia lanjut.
  2. Adanya peradangan yang dipicu lapisan lemak. Lapisan lemak tubuh adalah jaringan aktif yang memproduksi protein, salah satunya pro-inflammatory cytokines, yang memiliki efek negatif dalam mempertahankan massa otot dan meningkatkan jaringan lemak lebih banyak. Protein tersebut kemungkinan menjadi pemicu utama dalam siklus obesitas sarcopenia.
  3. Memicu resistensi insulin. Protein yang dihasilkan dari jaringan lemak dapat mengganggu kerja insulin hingga menyebabkan efek resistensi. Kondisi resistensi insulin selanjutnya akan memberikan efek katabolisme atau penguraian pada otot sehingga terjadi penurunan massa dan kekuatan otot.
  4. Menghambat hormon testosteron. Salah satu fungsi hormon testosteron adalah mempertahankan dan membantu pertumbuhan otot. Tetapi biasanya kadar hormon testosteron akan mengalami penurunan pada orang yang mengalami obesitas akibat terlalu banyak asam lemak yang dihasilkan oleh jaringan lemak.

Yang perlu dilakukan untuk mengatasi obesitas sarcopenia

  • Menurunkan berat badan – merupakan upaya utama untuk mengatasi permasalahan sarcopenia dan obesitas, dan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, Menurunkan berat badan sekitar 20% saja dapat membantu mengurangi beban tulang menahan lemak dan menurunkan resistensi insulin.
  • Beraktivitas fisik – perkembangan obesitas sarcopenia sangat dipengaruhi tingkat aktivitas fisik karena aktif bergerak dapat memperkuat otot dan mencegah terjadinya obesitas. Orang dewasa membutuhkan aktivitas fisik yang dapat mempertahankan massa otot, seperti latihan ketahanan dan membakar lemak secara efektif dengan olahraga aerobik.
  • Perbaikan pola makan – proses penuaan sering kali diikuti dengan hilangnya massa otot dan perubahan pola makan, sehingga tubuh kekurangan asam amino esensial dari protein. Maka diperlukan peningkatan asupan protein untuk mengganti berbagai sel yang rusak, setara dengan 25-30 gram protein setiap waktu makan dalam sehari. Selain itu, diet rendah karbohidrat juga diperlukan terutama pada lansia karena dapat menyebabkan efek negatif dalam penyerapan protein.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Bouchonville, M. & Villareal, D., 2013. Sarcopenic Obesity – How Do We Treat It? Curr Opin Endocrinol Diabetes Obe, 20(5), p.412.

Lee, et al., 2016. Physical activity and sarcopenic obesity: definition, assessment, prevalence and mechanism. Future Science, p.028.

Stenholm, et al., 2008. Sarcopenic obesity – definition, etiology and consequences. Curr Opin Clin Nutr Metab Care, 11(6), p.693.

Versi Terbaru

18/12/2020

Ditulis oleh Kemal Al Fajar

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Shylma Na'imah


Artikel Terkait

Benarkah Wanita Lebih Cepat Gemuk daripada Pria?

9 Penyebab Lemak di Perut Bawah yang Sering Disepelekan


Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes. · Magister Kesehatan · None · Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Diperbarui 18/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan