Beberapa orang percaya bahwa tubuh yang gemuk tetap bisa menjalani hidup yang sehat. Namun, benarkah demikian? Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui benarkah tubuh yang gemuk tapi tetap dapat sehat.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Beberapa orang percaya bahwa tubuh yang gemuk tetap bisa menjalani hidup yang sehat. Namun, benarkah demikian? Simak ulasan di bawah ini untuk mengetahui benarkah tubuh yang gemuk tapi tetap dapat sehat.
Kegemukan sering kali dikaitkan dengan obesitas. Itu sebabnya, tidak heran bila banyak orang yang menganggap bahwa tubuh yang gemuk merupakan pertanda dari masalah kesehatan.
Meski begitu, tidak sedikit pula yang berpikir bahwa tubuh boleh saja gemuk tapi masih menjalani hidup sehat. Faktanya, anggapan tersebut dipatahkan oleh sejumlah penelitian sejak dulu.
Sebagai contoh, penelitian oleh European Heart Journal mengamati hampir 300.000 peserta tanpa penyakit jantung. Para peserta ini dibagi menjadi berbagai kelompok, yaitu berat badan ideal (normal), kelebihan berat badan, dan obesitas.
Ketiga kelompok tersebut dibuat berdasarkan indeks massa tubuh (BMI) mereka. Setelah diteliti selama empat tahun, peneliti menemukan hubungan langsung antara BMI yang tinggi dengan risiko tinggi pada berbagai penyakit, seperti:
Bahkan, mereka juga menemukan risiko tersebut semakin meningkat akibat lemak perut yang dimiliki seseorang. Artinya, prinsip gemuk tapi sehat mungkin perlu diubah karena justru dapat mendatangkan risiko berbagai penyakit.
Dibandingkan orang yang memiliki berat badan normal, tubuh orang gemuk memiliki sel lemak yang melakukan aktivitas yang berbeda. Hal ini ternyata sudah dibuktikan melalui penelitian yang dipublikasikan di Cell Reports.
Penelitian tersebut melihat profil ekspresi gen dari hasil biopsi sel lemak pada tiga kelompok peserta, yaitu:
Hasilnya, mereka melihat bahwa ketika peserta disuntikkan dengan insulin, respons sel hampir tidak dapat dibedakan dengan kelompok obesitas. Jadi, dua tipe tubuh gemuk yang berbeda masih memperlihatkan reaksi yang mirip.
Reaksi tersebut bisa menjadi petunjuk mengapa peserta obesitas yang sensitif terhadap insulin lebih berisiko terhadap penyakit jantung dibandingkan non-obesitas.
Perlu diketahui, insulin membantu glukosa (gula) masuk ke sel-sel tubuh untuk dipecah menjadi energi. Insulin ini bisa didapat dari hormon yang diproduksi oleh tubuh maupun melalui suntik cairan.
Temuan tersebut menjadi faktor risiko dari sindrom gangguan metabolisme dan jawaban atas gagasan gemuk tapi sehat.
Nyatanya, kriteria gemuk tapi sehat dilihat berdasarkan indeks massa tubuh seseorang. Anda mungkin kelebihan berat badan 1-2 kilogram dan hal ini ternyata masih terbilang normal.
Selain itu, Anda juga bisa melihat apakah berat badan atau tubuh sudah melewati batas dari gemuk yang sehat. Salah satu cara sederhana untuk mengukur hal tersebut adalah menghitung indeks massa tubuh (BMI) atau dengan menggunakan kalkulator BMI dari Hello Sehat.
Pengukuran BMI bertujuan menilai berat badan yang relatif terhadap tinggi Anda. Ada pun kelompok angka BMI yang bisa menjadi tolak ukur apakah tubuh yang dirasa gemuk ini sudah melewati batas atau tidak.
Jadi, Anda bisa melihat apakah ‘kegemukan’ yang dialami termasuk dalam kategori sehat atau tidak melalui BMI. Selain itu, Anda bisa melihat indikator sehat atau tidaknya melalui ukuran lingkar perut dan memeriksakan diri ke dokter.
Bila Anda termasuk orang yang memiliki berat badan berlebih, artinya mungkin sudah saatnya untuk mencoba menurunkan berat badan. Hal ini bertujuan mencegah berbagai risiko penyakit seperti serangan jantung terjadi pada Anda.
Tidak hanya itu, gagasan gemuk yang sehat sebaiknya tidak digunakan sebagai pembenaran untuk memiliki kelebihan berat badan.
Itu sebabnya, kombinasi gaya hidup aktif dan menjalani pola makan sehat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Menurunkan berat badan juga membantu mengurangi risiko obesitas yang dapat memicu penyakit lainnya.
Anda bisa berkonsultasi dengan dokter gizi atau ahli diet untuk menurunkan berat badan. Pasalnya, Anda mungkin mengalami masalah kesehatan tertentu sehingga tubuh perlu menyesuaikan diri ketika menjalani diet khusus.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar