backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Chinese Restaurant Syndrome (Sindrom Restoran Cina)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 21/06/2023

Chinese Restaurant Syndrome (Sindrom Restoran Cina)

Apa itu Chinese restaurant syndrome?

Chinese restaurant syndrome adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan gejala yang dialami setelah seseorang mengonsumsi makanan dari restoran Cina.

Banyak makanan dari restoran Cina yang mengandung monosodium glutamat (MSG). MSG merupakan bahan tambahan yang digunakan sebagai penyedap rasa. 

Jadi, para ahli berpendapat bahwa sindrom ini mungkin disebabkan oleh asupan MSG yang berlebihan. 

Sayangnya, belum banyak penelitian yang memperlihatkan bukti jelas antara MSG dan gejala yang dikaitkan dengan sindrom restoran Cina. 

Seberapa umum kondisi ini? 

Chinese restaurant syndrome merupakan kondisi umum yang dapat terjadi pada siapa saja, terutama usai mengonsumsi MSG dalam jumlah banyak. 

Selain itu, ada faktor-faktor tertentu yang mungkin membuat konsumsi MSG memicu gejala-gejala dari chinese food syndrome.

Tanda dan gejala Chinese restaurant syndrome

tumpr hipofisis

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tanda dan gejala dari chinese restaurant syndrome biasanya muncul usai mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. 

Tanda-tanda dan gejala yang disebutkan dapat berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Ada pun gejala sindrom restoran Cina meliputi: 

  • sakit kepala
  • berkeringat, 
  • kulit memerah
  • mati rasa atau terbakar pada mulut dan tenggorokan, 
  • mual, dan 
  • kelelahan. 

Kemungkinan ada ciri-ciri chinese food syndrome yang tak disebutkan. Bila Anda khawatir akan sebuah gejala, segera periksakan diri ke dokter. 

Kapan saya harus ke dokter?

Pada beberapa kasus, chinese restaurant syndrome dapat menimbulkan gejala yang cukup parah, seperti yang dialami selama reaksi alergi

Beberapa gejala yang parah tersebut meliputi: 

  • nyeri dada, 
  • jantung berdebar cepat dan tidak normal, 
  • susah bernapas, serta
  • bengkak pada wajah atau tenggorokan. 

Jika Anda mengalami salah satu atau lebih gejala yang disebutkan, segera periksakan diri ke instalasi gawat darurat untuk mendapatkan penanganan. 

Penyebab Chinese restaurant syndrome

Sejauh ini, para ahli masih belum paham betul bagaimana MSG dapat menyebabkan gejala dari chinese restaurant syndrome

Hal ini dikarenakan reaksi yang dialami orang setelah mengonsumsi MSG tidak melibatkan ‘jalur’ alergi yang mengaktifkan respons imun

Selain itu, penelitian tentang MSG belum menunjukkan sebab-akibat yang jelas. Bahkan, hanya ada sedikit studi yang melaporkan reaksi ringan usai mendapat asupan MSG dalam jumlah besar. 

Itu sebabnya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana MSG menjadi penyebab dari sindrom restoran Cina. 

Diagnosis sindrom restoran Cina

Umumnya, chinese restaurant syndrome didiagnosis berdasarkan gejala yang muncul setelah konsumsi MSG. 

Dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan seperti berikut ini.

  • Pernahkah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG dalam dua jam terakhir? 
  • Apakah makan makanan lain yang mungkin mengandung monosodium glutamat dalam dua jam terakhir? 

Anda juga mungkin disarankan untuk menjalani tes diagnostik, seperti elektrokardiogram

Pengobatan chinese restaurant syndrome

istirahat karena sakit

Pada dasarnya, cara mengobati gejala sindrom restoran Cina cukup beragam, tergantung pada gejala dan tingkat keparahannya. 

Pengobatan untuk gejala ringan hingga sedang

Normalnya, orang dengan gejala chinese food syndrome yang ringan akan sembuh sendirinya tanpa pengobatan apapun. 

Meski begitu, ada cara lain yang bisa Anda coba untuk mempercepat proses pemulihan, antara lain: 

  • perbanyak istirahat, 
  • minum air agar tetap terhidrasi, 
  • minum teh jahe atau peppermint untuk mengurangi mual, dan 
  • konsumsi obat pereda nyeri jika mengalami sakit kepala. 

Pengobatan untuk gejala yang parah

Bila mengalami gejala yang parah, dokter biasanya meresepkan obat untuk meredakan gejala tersebut. Perawatan ini meliputi: 

  • obat antihistamin untuk masalah pernapasan atau detak jantung tak normal dan 
  • suntikan epinefrin (adrenalin). 

Jadi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami gejala terkait sindrom restoran Cina guna mendapatkan penanganan yang tepat.

Pencegah sindrom restoran Cina

Satu-satunya cara mencegah gejala dari sindrom restoran cina yaitu membatasi hingga berhenti mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. 

Berikut beberapa cara membatasi konsumsi MSG yang bisa Anda coba. 

Membaca label informasi gizi makanan

Orang dengan gejala yang ringan mungkin dapat mencegah chinese food syndrome dengan membatasi asupan MSG. 

Sementara itu, orang yang sensitif terhadap MSG benar-benar perlu menghindarinya dengan memeriksa informasi nilai gizi pada sebuah makanan. 

Jenis makanan yang biasanya memiliki zat MSG antara lain: 

  • daging yang sudah dikemas dan diolah, seperti hot dog
  • ekstrak daging, seperti ekstrak daging babi, 
  • sayuran kaleng, 
  • keripik kentang, serta
  • sup dan kaldu.

Selain itu, monosodium glutamat pun memiliki nama lain, yaitu E621, protein terhidrolisis, dan maltodekstrin. Bila Anda menjumpai istilah tersebut, berhati-hatilah. 

Menghindari makanan dengan glutamat alami

Tak hanya itu, orang yang sensitif terhadap MSG mungkin perlu menghindari makanan yang mengandung glutamat alami dalam jumlah banyak. 

Beberapa makanan dengan kandungan glutamat alami yakni: 

  • keju matang, 
  • daging yang diawetkan, 
  • kaldu tulang, 
  • ikan dan kerang, 
  • protein kedelai, 
  • kecap, 
  • jamur, 
  • jus anggur,
  • tomat, dan
  • kacang kenari. 

Anda mungkin merasa kesulitan menghindari glutamat alami. Itu sebabnya, dokter dan ahli diet hadir untuk membantu Anda mengembangkan pola makan rendah glutamat. 

Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter guna memahami solusi yang tepat. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 21/06/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan