backup og meta

10 Bahaya Diet Ketat bagi Kesehatan Tubuh

Banyak orang berkeinginan untuk memiliki berat badan ideal hingga memaksakan diri menjalani diet ketat. Diet ketat mungkin bisa saja mengurangi berat badan secara signifikan, tetapi ada sejumlah bahaya kesehatan di baliknya. 

10 Bahaya Diet Ketat bagi Kesehatan Tubuh

Beragam bahaya diet ketat bagi kesehatan tubuh

Di bawah ini adalah beberapa efek samping menjalani diet ketat bagi kesehatan.

1. Metabolisme melambat

Diet ketat biasanya dilakukan dengan mengurangi asupan kalori secara drastis. 

Sebagai contoh, asupan kalori harian yang semula 3.000 kkal per hari dibatasi hingga 1.500 kkal. 

Jika Anda langsung mengurangi jumlah asupan harian, tubuh mengenali kondisi ini sebagai tanda kekurangan kalori.

Tubuh memasuki mode kelaparan sehingga metabolisme akan melambat untuk membantu menghemat energi.

Melambatnya metabolisme justru menyebabkan berat badan bertambah dibandingkan sebelumnya.

2. Kehilangan massa otot

ikan tilapia bantu turunkan berat badan

Saat Anda mengurangi asupan kalori secara drastis, tidak hanya lemak yang Anda hilangkan, Anda juga kehilangan massa otot.

Padahal, lebih sulit untuk menurunkan berat badan ketika Anda tidak memiliki massa otot yang cukup, lantaran otot membantu membakar lebih banyak kalori.

Selain itu, kehilangan massa otot memperlambat metabolisme yang mengakibatkan tubuh mudah lemas, kelelahan, dan berat badan bertambah.

The American Journal of Clinical Nutrition mencatat pola diet ketat mengakibatkan penurunan massa otot berlebih. Jumlah massa otot yang hilang bisa mencapai 5% dari massa otot secara keseluruhan.

Penting Anda ketahui

Konsumsi makanan kaya protein saat diet membantu menjaga massa otot sehingga laju metabolisme tetap normal.

3. Gangguan makan

Diet ketat yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang bisa menimbulkan efek samping berupa gangguan makan. 

Sulitnya menjalani diet ketat bisa membuat Anda mudah menyalahkan diri sendiri, cemas, stres, sulit berkonsentrasi, serta mudah marah.

Ketika berat badan ideal tidak kunjung terwujud, Anda pun mulai merasa tidak percaya diri pada penampilan tubuh.

Jika terus berlanjut, Anda semakin terobsesi mengurangi asupan makan dan memiliki bentuk tubuh langsing. Akibatnya, Anda bisa mengalami anoreksia atau bulimia.

4. Lebih gampang lapar

Bahaya lain ketika menjalani diet ketat rendah kalori adalah hormon leptin yang mengontrol rasa lapar dan kenyang akan menjadi tidak stabil.

Hormon leptin memberikan sinyal pada otak bahwa tubuh sudah mendapatkan cukup makanan. 

Penelitian dalam Physiological research menemukan kadar leptin yang tidak seimbang bisa mendorong obsesi pada makanan. 

Anda mungkin menjadi lebih rakus, lapar, dan cenderung makan berlebihan ketika menjalani diet ketat.

5. Gampang dehidrasi

Saat menjalani diet ketat, Anda mungkin mendapati  berat badan menurun sedikit lebih cepat dalam dua minggu pertama.

Sebenarnya, berat badan yang hilang ini adalah berat air dalam tubuh. Hal ini normal terjadi ketika Anda menjalani diet ketogenik (rendah karbohidrat).

Masalahnya, kehilangan air terlalu cepat dapat menyebabkan dehidrasi dan sejumlah efek samping kesehatan, misalnya sembelit, sakit kepala, kram otot, dan kekurangan energi.

6. Malnutrisi

Diet ketat umumnya dilakukan dengan membatasi atau berhenti mengonsumsi jenis makanan tertentu, yang mengandung zat gizi penting.

Hal tersebut bisa menyebabkan Anda kekurangan zat gizi, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan, bahkan memicu kondisi malnutrisi.

Menjalani diet rendah kalori yang ketat bisa membuat Anda kekurangan asupan kalsium, vitamin D, vitamin B-12, folat, dan zat besi.

7. Rambut rontok

efek samping lapatinib rambut rontok

Sebagai akibat kekurangan zat gizi tertentu, rambut bisa menjadi rapuh dan gampang rontok.

Penelitian dari dalam Dermatology practical & conceptual (2015) menjelaskan bahwa kekurangan protein dan asam amino bisa menyebabkan rambut menipis dan mudah rontok. 

Selain itu, ketika kadar vitamin B12 yang rendah akan membuat folikel rambut Anda tidak dapat menumbuhkan rambut baru.

Kekurangan vitamin B12 juga dapat menyebabkan gejala anemia yang dipicu oleh kadar zat besi rendah. Ini mengakibatkan penipisan rambut dan kerontokan rambut.

8. Sistem imun menurun

Setiap harinya, Anda perlu memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) seperti yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 

Saat tubuh kekurangan nutrisi tertentu, baik vitamin dan mineral, sistem imun tubuh tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. 

Tubuh lebih mudah terinfeksi penyakit saat kekurangan protein. Kurang asupan protein juga menyebabkan infeksi penyakit dapat berlangsung lebih lama dari biasanya. 

9. Pembentukan batu empedu

Risiko terbentuknya batu empedu bisa meningkat ketika Anda mengalami penurunan berat badan secara drastis karena menjalani diet ketat rendah kalori.

Ketika tubuh kekurangan asupan kalori, tubuh akan membakar lebih banyak lemak untuk menghasilkan energi. Proses pembakaran lemak bisa meningkatkan produksi kolesterol di dalam empedu.

Akibatnya, kolesterol yang berlebih ini akan mengendap, lalu mengkristal menjadi batu empedu.

10. Gangguan ginjal dan jantung

Beberapa penelitian mulai menunjukkan adanya hubungan diet minim kalori dengan gangguan fungsi organ-organ vital, seperti ginjal dan jantung.

Diet rendah kalori bisa menyebabkan perubahan metabolisme yang membuat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit.

Kadar elektrolit yang tidak seimbang di dalam tubuh bisa mengakibatkan stres pada ginjal dan jantung sehingga fungsi kedua organ ini menurun.

Ada juga risiko lain yang bisa dialami saat menjalani diet ketat yaitu gangguan menstruasi, tubuh lemas, gampang pusing dan sakit kepala, dan gangguan kesehatan mental.

Jadi, sebelum menjalani diet apa pun, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi terlebih dahulu. 

Dengan begitu, Anda bisa mengetahui metode diet yang sesuai dengan kondisi tubuh dan menghindari segala risiko di atas.

Kesimpulan

Diet yang sangat ketat biasanya dilakukan dengan mengurangi kalori secara drastis bisa menimbulkan bahaya kesehatan berikut.
  • Metabolisme melambat.
  • Kehilangan massa otot.
  • Gangguan makan.
  • Lebih mudah lapar.
  • Dehidrasi.
  • Malnutrisi.
  • Rambut rontok.
  • Sistem imun menurun.
  • Pembentukan batu empedu.
  • Gangguan ginjal dan jantung.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Kim, D. D., & Basu, A. (2023). Unintended consequences of dieting: How restrictive eating habits can harm your health. Current Opinion in Endocrine and Metabolic Research, 32, 100422. https://doi.org/10.1016/j.coemr.2023.100422

Ciaffi, J., Mancarella, L., Pederzani, G., Lisi, L., Brusi, V., Pignatti, F., Ricci, S., Vitali, G., Faldini, C., & Ursini, F. (2024). Efficacy, Safety, and Tolerability of a Very Low-Calorie Ketogenic Diet in Women with Obesity and Symptomatic Knee Osteoarthritis: A Pilot Interventional Study. Nutrients16(19), 3236. https://doi.org/10.3390/nu16193236

Fothergill, E., Guo, J., Howard, L., Kerns, J. C., Knuth, N. D., Brychta, R., Chen, K. Y., Skarulis, M. C., Walter, M., Walter, P. J., & Hall, K. D. (2016). Persistent metabolic adaptation 6 years after “The Biggest Loser” competition. Obesity (Silver Spring, Md.)24(8), 1612–1619. https://doi.org/10.1002/oby.21538

Guo, E. L., & Katta, R. (2017). Diet and hair loss: effects of nutrient deficiency and supplement use. Dermatology practical & conceptual7(1), 1–10. https://doi.org/10.5826/dpc.0701a01

Racette, S. B., Weiss, E. P., Villareal, D. T., Arif, H., Steger-May, K., Schechtman, K. B., Fontana, L., Klein, S., Holloszy, J. O., & Washington University School of Medicine CALERIE Group (2006). One year of caloric restriction in humans: feasibility and effects on body composition and abdominal adipose tissue. The journals of gerontology. Series A, Biological sciences and medical sciences61(9), 943–950. https://doi.org/10.1093/gerona/61.9.943

Müller, M. J., Enderle, J., Pourhassan, M., Braun, W., Eggeling, B., Lagerpusch, M., Glüer, C. C., Kehayias, J. J., Kiosz, D., & Bosy-Westphal, A. (2015). Metabolic adaptation to caloric restriction and subsequent refeeding: the Minnesota Starvation Experiment revisited. The American journal of clinical nutrition102(4), 807–819. https://doi.org/10.3945/ajcn.115.109173

Parra Guasca, M., Manafi, M., Parnham, A., & Angus, R. (2023). Use of a very low calorie diet for weight loss in a patient with acute kidney injury and class III obesity: A case study. Journal of Renal Nutrition, 33(5), 698-702. https://doi.org/10.1053/j.jrn.2023.05.005

Dangers of Dieting: Why Dieting Can Be Harmful. (2024). Lindner Center of HOPE. Retrieved November 03, 2025 from https://lindnercenterofhope.org/blog/why-dieting-can-be-harmful/

Is It Bad to Lose Weight Too Quickly?. (2025). Cleveland Clinic. Retrieved November 03, 2025 from https://health.clevelandclinic.org/risks-of-losing-weight-too-fast/

Versi Terbaru

03/11/2025

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Diet Golongan Darah A, Inilah Aturan dan Pro-Kontranya

10 Sumber Karbohidrat untuk Diet, Mana yang Paling Baik?


Ditinjau oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes. · Magister Kesehatan · None · Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Diperbarui 03/11/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan