Kesedihan, putus asa, dan kehilangan motivasi untuk menjalani aktivitas sehari-hari merupakan hal yang wajar jika Anda hanya mengalaminya sesaat. Namun, jika Anda terus merasakan emosi negatif tersebut, mungkin ini sudah waktunya menjalani tes depresi.
Pemeriksaan seperti apa yang bisa digunakan untuk mendeteksi depresi? Simak ulasan berikut untuk informasinya.
Jenis-jenis tes depresi
Sama seperti masalah fisik, diagnosis untuk gangguan mental pun perlu didahului dengan pemeriksaan oleh ahlinya.
Deteksi dini merupakan langkah terbaik untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, ingatlah untuk tidak melakukan self-diagnosis.
Berikut adalah beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi gangguan depresi. Selalu ikuti saran pemeriksaan dari dokter untuk mendapatkan hasil yang akurat.
1. Geriatric Depression Scale (GDS 15)
GDS 15 adalah tes depresi untuk orang lanjut usia menggunakan 15 buah pertanyaan dengan pilihan jawaban ya atau tidak.
Menurut laman University of Missouri, seseorang dinilai memiliki risiko depresi jika memiliki setidaknya lima jawaban ya dari total pertanyaan.
Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan dari tes Geriatric Depression Scale 15.
- Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi?
- Apakah Anda merasa mudah melupakan sesuatu dibandingkan orang lain seusia Anda?
- Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah daripada pergi keluar dan melakukan sesuatu?
Selain untuk mengetahui risiko seseorang terhadap depresi, tes ini membantu mengevaluasi tingkat keparahan gangguan mental seseorang.
2. Self-Reporting Questionnaire 20 (SRQ)
Hampir serupa dengan GDS 15, Self-Reporting Questionnaire adalah bagian dari skrining depresi menggunakan pertanyaan dengan pilihan jawaban ya atau tidak.
Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan Self-Reporting Questionnaire. Psikolog mungkin mengajukan pertanyaan yang berbeda berdasarkan kondisi pasiennya.
- Apakah Anda kesulitan untuk berpikir jernih?
- Apakah Anda pernah menyakiti diri sendiri atau terpikirkan untuk mengakhiri hidup?
- Apakah Anda kehilangan minat atas hal-hal yang sebelumnya Anda sukai?
Jawablah berbagai pertanyaan yang diajukan psikolog sesuai kondisi Anda selama 30 hari terakhir.
3. Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9)
Jenis tes lain yang bisa digunakan untuk skrining depresi adalah Patient Health Questionnaire-9.
Selain mendeteksi, PHQ-9 juga bisa menilai tingkat keparahan depresi dan memantau respons pasien terhadap pengobatan.
Sesuai namanya, PHQ-9 akan meminta Anda untuk menjawab sembilan pertanyaan pendek dengan skala 0 (tidak pernah) sampai 4 (hampir setiap hari). Berikut adalah beberapa contoh pertanyaannya.
- Apakah Anda selalu merasa kelelahan dan tidak punya energi?
- Apakah Anda kesulitan konsentrasi saat membaca atau menonton film?
- Apakah Anda sering menyalahkan diri sendiri dan merasa menjadi seseorang yang sia-sia dalam keluarga?
Pastikan untuk menjawabnya sesuai dengan kondisi Anda selama dua minggu terakhir. Anda akan dinilai mengidap depresi ringan jika memiliki nilai 5–9.
4. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Untuk diagnosis depresi, MMPI akan berisi pertanyaan seputar penilaian moral, pandangan akan masa depan, dan skala kepuasan terhadap apa yang dimiliki.
Tak hanya untuk orang dewasa, tes MMPI juga bisa diberikan pada remaja di bawah 17 tahun. Nantinya, psikolog akan menyesuaikan pertanyaan dengan usia pasien.
Tes psikologi ini juga bisa digunakan sebagai instrumen penilaian dalam proses rekrutmen profesi berisiko tinggi, seperti polisi, pilot, dan pemadam kebakaran.
5. Pemeriksaan fisik
Tak hanya mengajukan berbagai pertanyaan, dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan fisik untuk mendukung hasil diagnosis terkait depresi.
Pemeriksaan fisik dibutuhkan untuk mengesampingkan kemungkinan kondisi medis lainnya yang dapat menimbulkan gejala depresi.
Beberapa masalah medis, seperti multiple sclerosis dan gangguan endokrin, bisa menimbulkan gejala yang mirip dengan depresi.
Pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, berat badan, dan kadar gula merupakan beberapa pemeriksaan fisik yang biasanya dilakukan pada pasien berisiko depresi.
6. Children’s Depression Rating Scale (CDRS)
Jenis tes gangguan depresi yang diberikan kepada anak-anak adalah Children’s Depression Rating Scale (CDRS). Tes ini bisa diberikan pada anak-anak pada rentang usia 6–12 tahun.
Ketika melakukan skrining dengan CDRS, petugas kesehatan akan mengajukan kurang-lebih 17 pertanyaan yang harus dijawab selama kurang lebih 10–15 menit.
Pendampingan orang tua mungkin dibutuhkan selama proses skrining gangguan mental pada anak-anak.
7. Tes laboratorium atau pencitraan
Karena beberapa gangguan fisik bisa berpengaruh pada kondisi mental, Anda mungkin diminta untuk melakukan tes laboratorium atau pencitraan. Hal ini penting dilakukan untuk menyusun rencana pengobatan.
Jika gejala depresi yang Anda alami disebabkan oleh masalah fisik, dokter mungkin akan mengatasi kondisi tersebut terlebih dahulu alih-alih memberikan psikoterapi.
Tes laboratorium yang mungkin dilakukan adalah cek darah, hormon, hingga asupan gizi. Sementara itu, tes pencitraan bisa dilakukan dengan MRI, elektrokardiogram, atau electroencephalogram (EEG).
8. Pengamatan gejala dengan PPDGJ
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental/DMS) adalah pedoman penyedia perawatan kesehatan di Amerika Serikat untuk mendiagnosis penyakit mental.
Dengan fungsi serupa, Indonesia memiliki Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ).
Sama seperti DSM, PPDGJ berisikan deskripsi, gejala, dan kriteria lain untuk mendiagnosis berbagai gangguan kejiwaan, termasuk depresi.
Selain mengikuti rangkaian pemeriksaan yang disarankan oleh petugas kesehatan, pastikan bahwa Anda menjawab segala pertanyaan yang diajukan secara jujur.
Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat dan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
Diagnosis depresi bisa melibatkan wawancara langsung dengan petugas kesehatan, pemeriksaan fisik, hingga tes laboratorium atau pencitraan. Setiap orang bisa menerima tes yang berbeda sesuai dengan kondisinya. Ikuti saran pemeriksaan dari petugas kesehatan untuk mendapatkan hasil akurat.