Perbedaan eustress dan distress
Salah satu perbedaan paling jelas dari eustress dan distress adalah dampaknya pada orang yang mengalaminya.
Eustress akan membuat seseorang menjadi lebih produktif. Sementara itu, distress justru bisa mengacaukan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, eustress biasanya hanya terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Pasalnya, orang-orang yang merasakannya sebenarnya sadar bahwa mereka bisa melewati kondisi yang ada.
Sementara itu, distress bisa bertahan lebih lama, bahkan bertahun-tahun. Memang ada juga distress yang berlangsung cepat, tetapi kondisi ini biasanya terus berulang.
Karena perbedaan tersebut, distress masih bisa dibedakan menjadi acute stress yang disebabkan oleh peristiwa traumatis serta chronic stress atau stres yang berulang dan berlangsung dalam jangka panjang.
Meski begitu, pada sebuah penelitian dalam jurnal Bio Essays, diketahui bahwa eustress dan distress bisa disebabkan oleh hal yang sama.
Contohnya, ketika Anda menghadapi deadline yang padat, Anda mungkin merasa cemas dan tidak nyaman. Di sisi lain, ini juga memotivasi Anda untuk bekerja lebih keras sehingga menjadi lebih produktif.
Oleh karena itu, penting diingat bahwa eustress seharusnya hanya terjadi dalam jangka waktu yang singkat.
Jika kondisi yang awalnya memotivasi Anda lama-kelamaan membuat Anda stres atau bahkan terganggu secara fisik, ini berarti bahwa eustress sudah berubah menjadi distress.
Kabar baiknya, distress juga bisa berubah menjadi eustress. Maka dari itu, penting untuk mengetahui cara mengatasi stres yang Anda hadapi sehingga kondisi tersebut tidak semakin memburuk.
Cara menghadapi eustress dan distress

Jika eustress biasanya bisa langsung teratasi begitu Anda menemukan motivasi untuk menyelesaikan tantangan yang ada, berbeda dengan distress.
Orang yang mengalami distress mungkin memerlukan usaha lebih untuk melewati kekhawatiran yang dimilikinya.
Berikut merupakan beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi eustress dan distress.
1. Mengenali penyebab stres
Supaya bisa mengendalikannya, Anda perlu mengetahui kondisi seperti apa yang menjadi penyebab stres.
Selain itu, penting juga mengenali gejala stres Anda, baik itu peningkatan detak jantung, sesak napas, atau lainnya. Dengan begitu, Anda bisa lebih bersiap menghadapinya.
2. Latihan pernapasan
Dengan melatih pernapasan, Anda bisa memperlambat detak jantung. Teknik ini juga bisa memberi sinyal ke otak untuk menurunkan produksi hormon stres.
Untuk melakukannya, temukan dulu posisi duduk yang nyaman dan santai. Tarik napas dalam tiga detik, lalu tahan selama tiga detik sebelum diembuskan.
Ulangi terus selama 5–10 menit sambil membayangkan sesuatu yang menyenangkan bagi Anda.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar