backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Psikologi Warna, Mempelajari Pengaruh Warna Terhadap Emosi Manusia

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    Psikologi Warna, Mempelajari Pengaruh Warna Terhadap Emosi Manusia

    Anda mungkin penasaran, mengapa hari kasih sayang identik dengan warna merah muda. Sementara warna hitam kerap diidentikkan dengan kematian dan duka cita. Mengapa warna bisa diasosiasikan dengan kondisi atau menggambarkan hal tertentu? Kaitan antara keduanya itu dipelajari dalam psikologi warna.

    Apa itu psikologi warna?

    Psikologi warna merupakan cabang dari ilmu psikologi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh warna terhadap perasaan, suasana hati, dan emosi. Tak hanya persoalan emosi, warna juga bisa memengaruhi perilaku manusia dan reaksi fisiologis.

    Teori tentang fungsi psikologi warna sendiri sebenarnya sudah dipelajari sejak ratusan tahun yang lalu. Kala itu Johann Wolfgang van Goethe dalam bukunya yang bertajuk Theory of Colours menyatakan bahwa setiap warna dapat memberi kesan positif atau negatif terhadap emosi seseorang.

    Sebagai contoh, ia menghubungkan kategori warna seperti kuning dan merah dengan kehangatan dan kegembiraan.

    Bagaimana warna bisa memengaruhi emosi seseorang?

    Dalam mengetahui efek warna terhadap kondisi psikologis seseorang, Anda perlu mengetahui respons otak terhadap paparan warna. Sebab, kemampuan manusia dalam menginterpretasikan warna sangat dipengaruhi oleh otak.

    Warna secara langsung menargetkan sistem saraf otonom manusia yang berfungsi mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara tak sadar, seperti bernapas, mendetakkan jantung, dan menjalani proses metabolisme.

    Sistem saraf otonom mengatur otot jantung, otot polos, organ dalam, kelenjar, dan pembuluh darah melalui sistem saraf simpatis atau sistem saraf parasimpatis.

    Sistem saraf simpatis bertujuan untuk menggerakkan tubuh saat berada pada kondisi ekstrim, misalnya ketika Anda sedang cemas, takut, atau merasa terancam.

    Dengan kata lain, sistem saraf simpatis bekerja dengan membuat respons tubuh terhadap situasi gawat darurat timbul lebih cepat. Misalnya, detak jantung dan laju pernapasan akan meningkat ketika Anda gugup.

    Sedangkan, sistem parasimpatik menjaga fungsi tubuh normal setelah ancaman berlalu. Sistem ini akan kembali memperlambat detak jantung dan laju pernapasan Anda.

    Warna dapat memengaruhi keseimbangan sistem saraf otonom, sebab panjang gelombang warna tertentu akan menciptakan impuls listrik yang sangat besar. Impuls ini mengaktifkan fotoreseptor, sel di mata yang berfungsi mendeteksi cahaya dan mengirimkannya ke otak.

    Ketika warna telah tervisualisasikan, fotoreseptor menyampaikan pesan ini ke hipotalamus pada otak. Hipotalamus mengirimkan impuls ke sumsum tulang belakang dan memicu kerja saraf simpatik.

    Kemudian muncullah efek seperti peningkatan atau penurunan denyut jantung, tergantung dari warna yang Anda lihat. Respons fisiologis ini nantinya akan diwujudkan menjadi reaksi psikologis ketika melihat warna tertentu.

    Sebagai contoh, warna merah dapat membuat jantung berdetak lebih cepat. Di sisi lain, ketika Anda memandang warna biru, melatonin yang dilepaskan ke dalam aliran darah membuat Anda jadi lebih tenang.

    Arti warna menurut teori psikologi warna

    Sebenarnya, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pada setiap warna. Akan tetapi, ada beberapa warna yang bisa memunculkan emosi yang serupa pada banyak orang. Berikut ini adalah beberapa warna beserta maknanya berdasarkan psikologis warna.

    1. Merah

    Merah identik dengan gairah, keberanian, dan kekuatan. Warna ini juga dianggap sebagai warna yang paling kuat.

    Warna merah sering digunakan pada peringatan bencana alam atau kebakaran darurat. Karena pada saat-saat tertentu, warna merah bisa membangkitkan perasaan seperti takut, cemas, atau waspada.

    Di sisi lain, merah juga erat kaitannya dengan cinta dan keinginan. Hal ini cukup menjelaskan mengapa orang yang menggunakan pakaian berwarna merah dinilai lebih menarik oleh lawan jenis.

    2. Biru

    Bisa dibilang, warna biru merupakan salah satu warna favorit banyak orang. Biru adalah warna langit dan lautan.

    Menurut psikologis warna, biru dapat melambangkan kesetiaan dan kejujuran. Maka dari itu, biru dapat menjadi pilihan warna yang aman untuk meningkatkan kepercayaan seseorang terhadap Anda, meyakinkan bahwa Anda dapat diandalkan, profesional, tenang, dan terkendali.

    Biru juga memberi efek yang menenangkan untuk tubuh. Melihat warna ini bisa membantu memperlambat detak jantung dan penurunan aliran darah.

    3. Kuning

    Berbeda dengan warna biru, warna kuning tidak terlalu menjadi favorit karena warnanya yang cerah dan intens. Bila digunakan secara berlebihan, warna kuning bisa membuat mata menjadi lelah.

    Meski demikian, warna kuning bisa menarik perhatian dan terkesan ceria. Banyak iklan yang menggunakan warna ini untuk membangkitkan rasa bahagia.

    Warna kuning juga dapat menjadi elemen yang baik pada interior dapur. Sebab, warna-warna hangat seperti kuning dipercaya bisa merangsang nafsu makan.

    4. Hijau

    Hijau melambangkan harmoni dan keseimbangan. Karena warnanya identik dengan alam, melihat warna hijau dapat menimbulkan efek yang menenangkan. Terbukti bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan yang penuh dengan lingkungan hijau dapat membantu menghilangkan stres.

    Serupa dengan warna abu-abu, warna hijau menargetkan hipotalamus anterior, bagian otak yang berkomunikasi dengan saraf parasimpatis untuk memicu efek anestesi yang membuat Anda mengantuk.

    Bisakah psikologi warna terus diterapkan pada kehidupan sehari-hari?

    Ketertarikan pada psikologi warna semakin meningkat, terutama menyangkut pengaruhnya terhadap perilaku di dunia nyata.

    Psikologi warna juga kerap digunakan oleh produsen untuk menghasilkan dan memasarkan produknya, atau digunakan oleh desainer saat sedang menata interior suatu tempat.

    Meski demikian, Anda sebaiknya tidak sepenuhnya bergantung pada teori warna ini. Karena lagi-lagi, setiap orang memiliki interpretasi akan warna yang berbeda-beda. Persepsi Anda tentang suatu warna, belum tentu sama dengan persepsi orang lain.

    Beberapa ahli bahkan menyatakan bahwa warna belum tentu memberi dampak yang signifikan pada emosi manusia. Dampak yang muncul seringkali hanya bersifat sementara.

    Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk benar-benar membuktikan apakah warna tertentu bisa menghasilkan efek terapeutik pada beberapa kondisi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 26/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan