Sebagian dari Anda mungkin penasaran mengapa hari kasih sayang identik dengan warna pink alias merah muda. Sementara itu, warna hitam kerap dikaitkan dengan kematian dan duka cita.
Tentu ada alasan beberapa warna diasosiasikan dengan situasi atau menggambarkan kondisi tertentu. Nah, kaitan antara keduanya ini dipelajari dalam psikologi warna.
Apa itu psikologi warna?
Psikologi warna adalah cabang dari ilmu psikologi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh warna terhadap perasaan, suasana hati, dan emosi.
Tak hanya tentang emosi, warna juga bisa memengaruhi perilaku manusia dan reaksi fisiologis.
Teori psikologi warna sudah dipelajari sejak ratusan tahun yang lalu. Kala itu, Johann Wolfgang von Goethe dalam buku Theory of Colours menyatakan bahwa setiap warna bisa memberikan kesan positif atau negatif terhadap emosi seseorang.
Sebagai contoh, Goethe menghubungkan kategori warna, termasuk kuning dan merah, dengan suasana hati dan emosi yang terkait kehangatan atau kegembiraan.
Bagaimana warna bisa memengaruhi emosi seseorang?
Dalam mengetahui efek warna terhadap psikologis seseorang, Anda perlu mengetahui respons otak terhadap paparan warna.
Warna menargetkan sistem saraf otonom manusia yang bertugas mengendalikan aktivitas yang terjadi tanpa Anda sadari, seperti bernapas, detak jantung, dan proses metabolisme.
Sistem saraf otonom ini mengatur otot jantung, otot polos, organ dalam, kelenjar, dan pembuluh darah melalui sistem saraf simpatik atau parasimpatik.
Sistem saraf simpatik akan menggerakkan tubuh saat Anda stres atau menghadapi ancaman, contohnya meningkatkan detak jantung dan laju pernapasan saat Anda merasa ketakutan.
Sementara itu, sistem parasimpatik akan mengembalikan fungsi tubuh normal setelah ancaman berlalu, yakni dengan kembali memperlambat detak jantung dan laju pernapasan.
Warna dapat memengaruhi keseimbangan sistem saraf otonom. Ini karena panjang gelombang warna tertentu akan menciptakan impuls listrik yang sangat besar.
Impuls ini akan mengaktifkan fotoreseptor, yakni sel pada mata yang berfungsi mendeteksi dan mengirimkan cahaya ke otak.
Ketika warna tervisualisasikan, fotoreseptor menyampaikan pesan ke hipotalamus. Lalu, bagian otak ini mengirimkan impuls ke sumsum tulang belakang dan memicu kerja saraf simpatik.
Hal inilah yang nantinya memunculkan efek pada tubuh berdasarkan warna yang Anda lihat.
Contohnya, warna merah membuat jantung berdetak lebih cepat, sedangkan warna biru mampu merangsang pelepasan melatonin sehingga Anda menjadi lebih tenang.
Setiap orang mungkin punya persepsi yang berbeda-beda pada setiap warna. Akan tetapi, ada beberapa warna yang bisa memunculkan emosi yang serupa pada banyak orang.
Berikut ini adalah beberapa warna beserta maknanya berdasarkan psikologis warna.
1. Merah
Merah identik dengan gairah, keberanian, dan kekuatan. Tak hanya itu, warna ini juga dianggap sebagai warna yang paling kuat.
Warna merah kerap digunakan pada peringatan bencana alam atau keadaan darurat. Ini karena warna merah bisa membangkitkan perasaan takut, cemas, atau waspada.
Di sisi lain, merah juga erat kaitannya dengan cinta. Hal ini menjelaskan alasan sebagian orang memakai pakaian berwarna merah agar terlihat menarik oleh lawan jenis.
2. Biru
Biru adalah warna langit dan lautan. Menurut psikologis warna, warna biru bisa melambangkan kesetiaan dan kejujuran.
Oleh karena itu, biru menjadi pilihan warna yang aman untuk meningkatkan kepercayaan serta bisa melambangkan sikap tenang, terkendali, profesional, dan dapat diandalkan.
Warna biru juga memberikan efek menenangkan untuk tubuh. Melihat warna ini bisa memperlambat detak jantung dan aliran darah Anda.
Tahukah Anda?
Sebuah survei dari YouGov pada tahun 2015 menemukan bahwa warna biru merupakan warna favorit bagi banyak orang di seluruh dunia. Di Indonesia, 23% responden menyukai warna biru, yang selanjutnya diikuti dengan warna merah, cokelat, dan hijau. 3. Kuning
Bertolakbelakang dengan warna biru, warna kuning jarang menjadi favorit karena terlalu cerah dan intens. Bila dipakai berlebihan, warna kuning bisa membuat mata cepat lelah.
Namun, warna kuning dapat menarik perhatian dan terkesan ceria. Banyak iklan yang memakai warna ini untuk membangkitkan perasaan bahagia.
Warna kuning juga dapat menjadi elemen yang baik pada interior dapur. Ini karena kelompok warna hangat, seperti kuning, dipercaya mampu merangsang nafsu makan.
4. Hijau
Hijau melambangkan harmoni dan keseimbangan. Karena warna ini berkaitan erat dengan alam, melihat warna hijau dapat menimbulkan efek yang menenangkan.
Terbukti bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan yang penuh dengan pepohonan berwarna hijau dapat membantu Anda menghilangkan stres.
Warna hijau menargetkan hipotalamus anterior, bagian otak yang berkomunikasi dengan saraf parasimpatik untuk memicu efek anestesi yang membuat Anda mengantuk.
Bisakah psikologi warna diterapkan pada kehidupan sehari-hari?
Ketertarikan pada psikologi warna kian meningkat, terutama menyangkut pengaruh dari warna terhadap perilaku di dunia nyata.
Psikologi warna juga kerap kali digunakan oleh produsen untuk menghasilkan dan memasarkan produknya atau digunakan oleh desainer saat menata interior suatu tempat.
Meski demikian, Anda tidak perlu sepenuhnya bergantung pada teori warna ini karena lagi-lagi, setiap orang mungkin memiliki interpretasi warna yang berbeda-beda.
Bahkan, beberapa ahli menyatakan bahwa warna belum tentu memberi dampak signifikan pada emosi manusia. Dampak yang muncul sering kali hanya bersifat sementara.
Masih butuh penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah warna dapat menghasilkan efek terapeutik, seperti terapi warna untuk mengatasi kondisi tertentu.
Kesimpulan
- Psikologi warna mempelajari pengaruh warna terhadap perasaan, suasana hati, serta perilaku manusia.
- Warna tertentu dapat menimbulkan emosi dan respons fisiologis yang spesifik, seperti warna merah yang membangkitkan gairah dan warna biru yang menenangkan.
- Meskipun psikologi warna telah umum digunakan, efek terapeutik melalui terapi warna masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.