Banyak orang sering kali tidak menyadari bahwa diri mereka memiliki pola pikir survivorship bias. Padahal, hal ini bisa menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk. Lantas, bagaimana cara mengatasi pola pikir ini? Simak pembahasannya di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Banyak orang sering kali tidak menyadari bahwa diri mereka memiliki pola pikir survivorship bias. Padahal, hal ini bisa menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk. Lantas, bagaimana cara mengatasi pola pikir ini? Simak pembahasannya di bawah ini.
Survivorship bias atau bias kebertahanan adalah suatu cara berpikir yang hanya berfokus pada kelompok yang telah berhasil dan mampu bertahan hidup.
Orang dengan pola pikir ini sering menganggap bahwa keberhasilan kelompok tersebut menjadi satu-satunya “kunci” untuk meraih kesuksesan yang sama.
Namun, orang tersebut juga memiliki kecenderungan untuk mengabaikan kelompok yang gagal.
Saat melihat suatu keberhasilan, orang dengan bias bertahan hidup mungkin berpikir, “Jika mereka saja bisa, mengapa saya tidak?”
Pola pikir ini bisa menimbulkan kesan bahwa kesuksesan adalah sesuatu yang bisa Anda capai dengan mudah, padahal di baliknya ada kegagalan-kegagalan yang mesti Anda lalui.
Anda yang memiliki bias bertahan hidup lebih rentan melakukan kesalahan. Hal ini karena diri Anda hanya berfokus pada hasil, tetapi tidak memedulikan proses.
Salah satu contoh kasus paling populer dari survivorship bias terjadi selama Perang Dunia II.
Pada saat itu, militer Amerika Serikat berusaha memperkuat pesawat terbang pengebom atau bomber dengan mengevaluasi kerusakan pada unit yang kembali dari misi.
Mereka memeriksa dan menemukan bahwa bagian sayap pesawat yang berhasil kembali ke pangkalan penuh dengan lubang tembakan.
Akhirnya, mereka menyimpulkan bagian tersebut harus diperkuat agar pesawat-pesawat tidak jatuh tertembak musuh pada misi berikutnya.
Namun, Abraham Wald, matematikawan dan ahli statistik dari Columbia University, menyadari bahwa pandangan insinyur dari militer AS ini termasuk survivorship bias.
Wald menyarankan agar pesawat diperkuat pada bagian-bagian yang tidak ada bekas tembakan, yakni pada bagian kokpit, lambung, buritan, dan mesin pesawat.
Ini lantaran unit pesawa yang tidak terbang kembali ke pangkalan mungkin telah jatuh dan tertembak pada bagian-bagian tersebut.
Mengabaikan pesawat-pesawat yang hilang dalam evaluasi tentu berpotensi mengarah pada pengambilan keputusan yang fatal.
Survivorship bias dapat menimbulkan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan Anda. Berikut adalah beberapa contohnya.
Kesalahan berpikir ini menyebabkan penilaian yang tidak akurat karena Anda hanya mempertimbangkan pengalaman dari orang-orang yang sukses. Ini bisa membuat Anda berpikir terlalu positif atau optimistis.
Sebagai contoh, Anda banyak mendengar cerita orang yang mendapatkan untung besar dari saham. Alhasil, Anda terlalu optimistis bisa mendapatkan keuntungan yang sama karena banyak orang telah mengalaminya.
Melihat gambaran orang lain yang berhasil dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan pada diri sendiri. Hal ini bisa meningkatkan risiko gangguan mental, seperti stres dan depresi.
Beberapa keputusan yang diambil berdasarkan survivorship bias membuat Anda “buta” pada kemungkinan adanya tantangan. Contohnya, Anda percaya bahwa suatu usaha dengan modal kecil bisa menghasilkan untung besar.
Ini membuat persiapan Anda jadi kurang memadai sehingga Anda lebih rentan mengalami kegagalan.
Terjebak dalam bias bertahan hidup bisa menghambat pengembangan diri karena Anda hanya terinspirasi oleh keberhasilan orang lain tanpa memahami tantangan dan kegagalan yang juga dialaminya.
Akibatnya, Anda tidak memahami bagaimana cara menghadapi kegagalan dengan baik. Hal ini tentu bisa berdampak besar bagi banyak aspek kehidupan Anda.
Bias bertahan hidup merupakan suatu fenomena yang kompleks. Mengatasi hal ini memerlukan pendekatan yang lebih aktif, terutama dari diri Anda sendiri.
Berikut adalah sejumlah cara mengatasi survivorship bias dalam suatu pengambilan keputusan.
Jangan langsung mempercayai kisah sukses dari orang lain. Cobalah untuk aktif dalam mencari informasi dari sudut pandang lain tentang kegagalan dan tantangan yang mereka hadapi.
Jika perlu, konsultasikanlah masalah yang sedang Anda hadapi dengan seorang ahli. Bimbingan dari orang dengan latar belakang yang berbeda dapat membantu Anda memperoleh perspektif yang lebih luas.
Hindari klaim yang hanya didasarkan pada pengalaman orang yang berhasil. Cobalah lakukan pendekatan dengan memasukan data maupun pengalaman mereka yang gagal.
Hal ini akan membantu Anda mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai kondisi atau masalah yang hendak Anda pecahkan.
Sadari bahwa setiap orang rentan pada survivorship bias. Anda mungkin lebih mudah terfokus pada kesuksesan dan kerap kali mengabaikan kendala yang ada di baliknya.
Ketika mendengarkan cerita keberhasilan orang lain, sesekali Anda perlu bersikap kritis dan bahkan skeptis dalam menilai kendala dan rintangan yang mungkin terjadi.
Sebelum benar-benar mengambil keputusan, tanyakan berulang kali pada diri Anda, “Apakah saya sudah melihat semua sudut pandang? Apa ada risiko dan tantangan yang saya abaikan?”
Pertanyaan tersebut dapat membantu Anda mengatasi survivorship bias serta memastikan bahwa pengambilan keputusan Anda telah didasarkan pada gambaran yang lebih luas.
Dengan menjadi pemikir yang kritis dan selalu berusaha melihat dari berbagai perspektif, Anda bisa terhindar dari jebakan bias kebertahanan.
Hal ini memungkinkan Anda menjadi seseorang yang lebih bijak dan tepat saat membuat keputusan.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar