backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Sunk Cost Fallacy, Memaksakan Diri Bertahan karena "Telanjur"

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/02/2024

Sunk Cost Fallacy, Memaksakan Diri Bertahan karena "Telanjur"

Segala sesuatu yang telah Anda curahkan bisa menjadi hambatan dalam membuat keputusan yang bijak. Hal ini menandakan bahwa Anda tengah terjebak dalam perangkap yang disebut sunk cost fallacy. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?

Apa itu sunk cost fallacy?

Sunk cost fallacy adalah fenomena yang membuat seseorang merasa harus terus memberikan uang, waktu, dan tenaga ke dalam suatu situasi karena sudah telanjur “tenggelam” ke dalamnya.

Christopher Olivola, asisten profesor dari Carnegie Mellon’s Tepper School of Business, AS, juga memberikan pendapatnya di dalam jurnal Psychological Science (2018).

Menurutnya, sunk cost fallacy merupakan kecenderungan umum seseorang untuk terus melanjutkan usaha bila sudah menginvestasikan banyak waktu, uang, atau tenaga.

Fenomena tersebut tentu menjadi sebuah kesalahan berpikir, terlebih bila hasil yang didapatkan nyatanya tidak memuaskan atau tidak sesuai harapan.

Bagaimana sunk cost fallacy bisa terjadi?

investasi

Amat sulit untuk meninggalkan situasi ketika Anda telah menghabiskan semua sumber daya, baik itu berupa uang, waktu, dan tenaga.

Di sinilah sunk cost fallacy dapat timbul, sebab Anda tidak ingin sumber daya tersebut terbuang percuma atau mencoba memberi lebih banyak untuk memperbaiki keadaan.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya kesalahan berpikir ini adalah sebagai berikut.

  • Ikatan emosional: adanya ikatan emosional dengan situasi tertentu menyebabkan Anda kerap membuat keputusan yang tidak rasional dan berdasarkan emosi semata.
  • Tidak nyaman akibat kehilangan: rasa takut akan kehilangan mungkin membuat Anda terus melanjutkan suatu keputusan hanya agar tidak merasa rugi.
  • Rasa kepemilikan: adanya sense of belonging pada suatu benda atau situasi membuat Anda sulit melepaskan hal tersebut meski terus-menerus membawa kerugian.

Contoh umum sunk cost fallacy dalam kehidupan

Istilah ini kerap disebutkan dalam dunia investasi, misalnya saat seseorang menambahkan dana terus-menerus pada saham yang trennya sedang menurun.

Lebih dari itu, kesalahan berpikir ini ternyata juga muncul dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya hubungan pribadi, pendidikan, hingga karier.

Berikut ini adalah beberapa contoh umum dan spesifik dari sunk cost fallacy dalam kehidupan.

  • Menyelesaikan film yang kurang bagus atau tidak disukai karena Anda sudah telanjur membayar biaya langganan untuk aplikasi tersebut.
  • Tetap menjalin hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship sebab merasa bahwa Anda dan pasangan sudah lama bersama.
  • Berusaha terus mengikuti jurusan kuliah yang dipilih meski Anda tahu bahwa itu bukan menjadi pilihan yang diinginkan.
  • Tetap loyal terhadap sebuah perusahaan selama bertahun-tahun walau perkembangan diri stagnan dan jenjang karier Anda tidak jelas.
  • Terus memakai ponsel atau komputer lama Anda karena kesulitan beradaptasi dengan teknologi maupun tidak mau mengeluarkan dana untuk sesuatu yang baru.

Tips mengatasi sunk cost fallacy

sensory processing disorder

Supaya Anda tidak terus terjebak dalam kesalahan berpikir ini, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda coba lakukan.

1. Lakukan evaluasi

Alih-alih memikirkan biaya yang telah Anda curahkan, coba tanyakan pada diri sendiri, “Apabila saya terus berinvestasi, apakah tujuan yang ingin saya raih bisa tercapai?”

Umumnya, bila situasi yang telah Anda investasikan belum memberikan manfaat positif saat ini, kemungkinan hal tersebut tidak akan terjadi pada masa depan.

Dengan melakukan evaluasi dan introspeksi diri secara rasional, hal ini bisa membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik.

2. Terima kehilangan

Menerima kehilangan menjadi salah satu langkah penting untuk menghindari sunk cost fallacy.

Selain itu, jangan menyamakan berhenti dari sesuatu yang Anda perjuangkan sebagai bentuk kegagalan. Terlebih bila hal tersebut terus merugikan diri Anda.

Menghentikan suatu investasi yang tidak menguntungkan kadang kala merupakan keputusan yang lebih bijak daripada terus melanjutkannya.

3. Pertimbangkan kesehatan mental

Berhubungan dengan orang-orang yang toksik tentu tidak baik untuk kesehatan mental Anda.

Hubungan yang tidak sehat sangat mungkin membuat Anda terus berhadapan dengan stres yang dapat meningkatkan risiko depresi dan gangguan kecemasan.

Jika masa depan dari hubungan yang Anda jalani tampak tidak cerah, menutup pintu mungkin merupakan pilihan yang terbaik.

4. Konsultasi dengan orang tepercaya

Terjebak sunk cost fallacy membuat Anda cenderung membuat keputusan yang tidak rasional. Itu sebabnya, mintalah pendapat dari orang-orang yang Anda percayai.

Pandangan dari orang lain dapat memberikan perspektif yang berbeda sehingga Anda bisa mengambil keputusan dari sudut pandang yang lebih luas.

Sunk cost fallacy adalah jebakan psikologis yang bisa memengaruhi keputusan Anda dalam berbagai aspek kehidupan. 

Ingatlah, keberanian untuk melepaskan masa lalu dapat membuka pintu untuk peluang baru dan perkembangan diri yang lebih baik.

Kesimpulan

  • Sunk cost fallacy merupakan fenomena saat seseorang terus berinvestasi pada sesuatu hanya karena sudah menghabiskan uang, waktu, dan tenaga di masa lalu.
  • Terus menonton film yang tidak disukai dan melanjutkan hubungan yang tidak sehat merupakan beberapa contoh umum dari kesalahan berpikir ini.
  • Beberapa cara untuk mengatasi kondisi ini yaitu melakukan evaluasi yang rasional, menerima kehilangan, dan berkonsultasi dengan orang tepercaya.
  • Jangan ragu untuk menutup pintu dan beralih ke peluang lain ketika kesehatan mental Anda mulai terganggu.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 21/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan