Pada awal peradaban manusia, selalu ada risiko untuk ditangkap atau dibunuh oleh kelompok lain yang lebih kuat.
Mendekatkan diri dengan kelompok tersebut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Teori lainnya menyatakan bahwa sindrom Stockholm muncul ketika seorang korban mendapatkan perilaku yang positif atau baik dari penculiknya.
Mereka merasakan perasaan aman dan bahkan cinta karena sang pelaku kekerasan karena tidak melakukan kekerasan terhadapnya.
Selain itu, beberapa kondisi berikut juga dinilai bisa membuat seseorang mengalami sindrom Stockholm.
- Penculikan, penyanderaan, atau kekerasan berlangsung cukup lama.
- Korban dan pelaku berada dalam kondisi yang sama, misalnya di tempat sempit sehingga sama-sama merasa tidak nyaman secara fisik.
- Korban sangat bergantung pada pelaku untuk memenuhi kebutuhan dasar.
- Korban merasa bergantung pada pelaku, misalnya pernah mendapat makanan saat menjadi sandera.
- Pelaku tidak bertindak manipulatif atau melukai.
Stockholm syndrome memang tidak dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental. Namun, kondisi ini sering kali muncul dengan disertai masalah mental, terutama PTSD.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar