backup og meta

Resiliensi, Kemampuan untuk Bangkit dari Kesulitan Hidup

Resiliensi, Kemampuan untuk Bangkit dari Kesulitan Hidup

Saat menghadapi kesulitan hidup, apa yang akan Anda lakukan? Apabila Anda terus berusaha untuk bangkit dan menjadi lebih baik, itu artinya Anda mempunyai resiliensi yang tinggi. Yuk, ketahui manfaat dan tips untuk membangun resiliensi diri seperti di bawah ini!

Apa itu resiliensi?

Resiliensi atau resilience adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan situasi sulit.

Orang dengan resiliensi diri yang tinggi mampu beradaptasi sehingga dapat mengatasi stres, tekanan, atau tantangan dalam kehidupan dengan cara yang sehat.

Sebagai contoh, saat memutuskan berpisah dengan pasangan, Anda dapat mengelola rasa sakit yang dialami dengan mencari dukungan dari orang dekat, seperti teman dan keluarga.

Dikutip dari American Psychological Association (APA), ada sejumlah faktor yang memengaruhi seberapa baik kemampuan seseorang untuk beradaptasi dalam keadaan sulit, meliputi:

  • cara memandang dan berinteraksi dengan dunia,
  • ketersediaan dan kualitas sumber daya sosial, seperti teman dan keluarga, serta
  • strategi yang spesifik untuk menghadapi tantangan hidup.

Dengan begitu, membangun resilience bukan berarti Anda dapat bersikap tabah dan berusaha menghadapi kesulitan yang dialami seorang diri.

Sebaliknya, kemampuan untuk berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari orang lain merupakan bagian penting dalam meningkatkan resiliensi diri.

Pentingnya membangun resiliensi

manfaat resiliensi

Resilience merupakan aspek penting dalam kehidupan. Beberapa manfaat resiliensi yang dapat Anda rasakan antara lain sebagai berikut. 

  • Mengurangi risiko gangguan mental, termasuk stres, depresi, dan kecemasan.
  • Mampu lebih cepat pulih dari kegagalan dan trauma yang dialami.
  • Menyesuaikan diri lebih cepat dengan perubahan hidup, baik positif maupun negatif.
  • Meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dan membangun hubungan yang sehat.
  • Menjaga kesehatan fisik dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Resiliensi mampu mencegah emotional numbness

Kemampuan untuk tetap tangguh saat menghadapi kesulitan dan tantangan ini bisa mencegah munculnya emotional numbness atau mati rasa secara emosional. Kondisi ini ditandai ketika seseorang tidak lagi bisa merasakan dan mengekspresikan emosinya.

Ragam cara meningkatkan resiliensi dalam diri

Melihat manfaat dari kemampuan ini, tentu akan sangat berguna bila Anda memilikinya. Berikut ini adalah beberapa cara meningkatkan resiliensi yang bisa Anda lakukan.

1. Latihlah self-talk positif

Berbicara pada diri sendiri alias self-talk dengan menggunakan afirmasi positif dapat membantu meningkatkan resiliensi saat menghadapi tantangan hidup.

Misalnya, katakan pada diri sendiri, “Saya mampu mengatasi ini,” atau “Setiap kesalahan adalah pelajaran,” untuk memperkuat keyakinan diri Anda.

2. Coba tantang diri sendiri

Jangan takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman Anda. Cobalah untuk mengambil risiko dalam situasi yang memicu ketakutan atau keraguan dalam diri sendiri.

Dengan mencoba hal-hal baru dan menghadapi ketakutan, kemampuan Anda dalam mengatasi rintangan akan semakin terasah.

3. Tetap ingat untuk menjaga diri

me time

Menjaga diri alias self-care merupakan langkah penting lain untuk meningkatkan resiliensi diri.

Hal ini mencakup merawat kesehatan fisik dan mental Anda, di antaranya dengan tidur cukup, mengonsumsi makanan sehat, dan berolahraga secara rutin.

Meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan bagi diri Anda juga akan membantu Anda mengatasi stres dengan lebih baik.

4. Mulai terhubung dengan orang dekat

Membangun hubungan yang kuat dan positif dengan orang terdekat, seperti pasangan, teman, dan keluarga, dapat membantu Anda di kala menghadapi rintangan hidup.

Mereka bisa membantu memberikan Anda dukungan selama melewati momen baik dan buruk.

Bergabung menjadi sukarelawan (volunteer) atau anggota komunitas dengan minat yang sama juga bisa membantu Anda tetap merasa terhubung dengan orang lain.

5. Kelola emosi negatif dengan baik

Seseorang dengan resiliensi tinggi bukan berarti tidak pernah mengalami emosi negatif.

Mereka akan tetap merasakan perasaan benci, marah, sedih, maupun putus asa, tetapi mampu memproses dan mengelola emosi tersebut dengan cara yang sehat.

Menerapkan pola hidup sehat yang dibarengi dengan teknik relaksasi, misalnya meditasi dan latihan pernapasan, akan membantu Anda menyingkirkan pikiran-pikiran negatif tersebut.

6. Jadikan setiap momen bermakna

liburan kesehatan mental

Pastikan untuk melakukan sesuatu yang dapat memberikan Anda makna dan tujuan setiap hari. 

Jangan lupa juga untuk menetapkan tujuan yang jelas dan dapat dicapai. Hal ini bisa membantu Anda tetap fokus dan termotivasi, bahkan dalam menghadapi situasi sulit sekalipun.

7. Belajar dari pengalaman

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Untuk meningkatkan resiliensi diri, jadikan hal ini sebagai pengalaman dan pelajaran penting dalam hidup Anda.

Dengan memahami kesalahan yang pernah diperbuat pada masa lalu, Anda dapat menentukan strategi yang lebih baik untuk mengatasi tantangan tersebut ke depannya.

Secara umum, setiap orang butuh waktu untuk membangun resiliensi diri. Janganlah berharap bahwa Anda bisa langsung tangguh menghadapi segala rintangan dalam semalam saja.

Tetaplah yakin serta percaya bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan berhasil Anda lewati.

Apabila Anda masih merasa kesulitan setelah melakukan tips-tips di atas, cobalah untuk menemui psikolog. Mereka dapat membantu mengidentifikasi masalah yang Anda hadapi.

Kesimpulan

  • Resiliensi adalah kemampuan beradaptasi dan bangkit saat menghadapi situasi sulit.
  • Membangun kemampuan ini bisa membantu Anda untuk mengatasi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan mempercepat pemulihan dari trauma.
  • Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan resiliensi diri, seperti melatih self-talk positif, memaknai setiap momen kehidupan, dan belajar dari pengalaman.
  • Konsultasikan dengan psikolog bila Anda merasa kesulitan untuk keluar dari masalah hidup meski sudah melakukan berbagai upaya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Resilience: Build skills to endure hardship. (2022). Mayo Clinic. Retrieved September 1, 2023, from https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/resilience-training/in-depth/resilience/art-20046311

Resilience. (n.d.). American Psychological Association. Retrieved September 1, 2023, from https://www.apa.org/topics/resilience

Building your resilience. (2020). American Psychological Association. Retrieved September 1, 2023, from https://www.apa.org/topics/resilience/building-your-resilience

Vaughan, E., Koczwara, B., Kemp, E., Freytag, C., Tan, W., & Beatty, L. (2019). Exploring emotion regulation as a mediator of the relationship between resilience and distress in cancer. Psycho-oncology, 28(7), 1506–1512. https://doi.org/10.1002/pon.5107

Horn, S. R., & Feder, A. (2018). Understanding Resilience and Preventing and Treating PTSD. Harvard review of psychiatry, 26(3), 158–174. https://doi.org/10.1097/HRP.0000000000000194

Versi Terbaru

15/09/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

6 Tips Manajemen Stres untuk Mental yang Lebih Sehat

Eustress


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 15/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan