backup og meta

Maladaptive Daydreaming Disorder

Maladaptive Daydreaming Disorder

Melamun merupakan suatu hal yang kerap dilakukan seseorang ketika tidak memikirkan apa pun. Ini sebenarnya merupakan hal yang wajar. Namun, jika Anda menghabiskan berjam-jam hanya untuk melamun, Anda mungkin telah melakukan maladaptive daydreaming.

Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya melakukan maladaptive daydreaming. Padahal, kondisi ini bisa mengganggu produktivitas sehari-hari.

Apa itu maladaptive daydreaming?

Maladaptive daydreaming atau gangguan melamun maladaptif (MD) adalah kondisi yang menyebabkan seseorang melamun secara intens.

Melamun terjadi ketika pikiran Anda terputus sejenak dari lingkungan sekitar. Lamunan biasanya terbentuk karena Anda membayangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan.

Kondisi ini bisa terjadi ketika bagian otak yang disebut korteks berada dalam mode istirahat. Korteks otak akan kembali bekerja saat Anda beraktivitas.

Pada kasus maladaptive daydreaming, Anda terdorong untuk kembali ke dalam lamunan meski sedang melakukan sesuatu. Inilah alasan mengapa MD bisa mengganggu produktivitas harian.

Tanda dan gejala maladaptive daydreaming

manfaat melamun

Lamunan seseorang dengan maladaptive daydreaming biasanya disertai dengan berbagai gejala berikut.

  • Bereaksi saat melamun, seperti perubahan mimik wajah atau berbicara sendiri.
  • Melakukan gerakan berulang secara tidak sadar, seperti menyentakkan kaki atau tangan saat melamun.
  • Kesal saat lamunannya terganggu.
  • Malu karena merasa tidak bisa mengontrol keinginan untuk melamun.
  • Gangguan tidur, seperti insomnia.
  • Suasana hati yang membaik setelah melamun.
  • Enggan bersosialisasi karena memilih untuk melamun.

Tidak hanya melamun dengan pikiran kosong, seseorang dengan MD bisa menciptakan gambaran yang jelas untuk lamunannya.

Tahukah Anda?

Maladaptive daydreaming bisa membuat seseorang menghabiskan 4,5 jam setiap harinya hanya untuk melamun dan berpikir untuk melamun. 

Penyebab maladaptive daydreaming

Sampai saat ini, penyebab gangguan melamun maladaptif belum diketahui secara pasti.

Namun, kondisi ini diduga muncul dari keinginan melamun yang disengaja sebagai coping mechanism atau teknik untuk menghadapi stres.

Beberapa kondisi berikut juga bisa membuat seseorang menghabiskan lebih banyak waktu untuk melamun.

  • Sedang menghadapi perubahan besar dalam hidup.
  • Berusaha menghindari sesuatu di dunia nyata.
  • Keinginan melupakan trauma.
  • Terlalu banyak waktu luang.
  • Kesepian.

Keinginan untuk melamun sering kali muncul ketika seseorang benar-benar tertarik pada sesuatu, seperti film, game, atau suasana tertentu.

Pada dasarnya, melamun memang kerap digunakan sebagai salah satu cara “berlari” dari kenyataan. Akan tetapi, tentu saja pelarian ini seharusnya hanya bersifat sementara.

Faktor risiko maladaptive daydreaming

Kebiasan melamun memang bisa dimiliki siapa saja. Namun, beberapa gangguan mental berikut bisa meningkatkan keinginan untuk seseorang melamun sehingga menimbulkan maladaptive daydreaming.

  • Depresi: terus merasa sedih dan kehilangan minat pada sesuatu yang disukai.
  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): gangguan perkembangan saraf yang membuat seseorang sulit fokus, hiperaktif, dan impulsif.
  • Gangguan obsesif-kompulsif (OCD): gangguan kecemasan yang menimbulkan pikiran tidak terkendali sehingga menyebabkan perilaku kompulsif atau berulang.
  • Disosiasi: kondisi yang membuat seseorang terlepas dari kenyataan dan tenggelam dalam fantasinya.

Usia juga bisa menjadi faktor risiko pada risiko gangguan melamun. Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada seseorang yang menginjak fase dewasa.

Diagnosis maladaptive daydreaming

Belum ada metode khusus untuk mendiagnosis gangguan melamun adaptif. Namun, dokter biasanya menggunakan Maladaptive Daydreaming Scale (MDS) sebagai acuan.

MDS terdiri dari 14 pertanyaan terkait kebiasaan melamun pasien. Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan tersebut.

  • Seberapa sering Anda melamun?
  • Bagaimana isi lamunan Anda secara detail?
  • Apa dampak buruk yang Anda rasakan terkait kebiasaan melamun?
  • Apa manfaat yang Anda dapatkan setelah melamun?
  • Bagaimana perasaan Anda ketika lamunan Anda terganggu?

Selain berbagai pertanyaan tersebut, dokter juga akan memeriksa gejala lain yang mungkin Anda alami.

Sejauh ini, gangguan melamun maladaptif memang belum dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental. Namun, keduanya tidak dapat dipisahkan.

Ini karena lebih dari 50% orang dengan gangguan melamun maladaptif juga memiliki gangguan mental.

Cara mengatasi maladaptive daydreaming

olahraga saat menstruasi

Tidak ada standar pengobatan untuk menangani gangguan melamun adaptif. Namun, dokter biasanya menyarankan beberapa perawatan berikut untuk mengurangi kebiasaan melamun.

  • Atur jadwal tidur, pastikan Anda mendapatkan waktu tidur yang cukup.
  • Hindari faktor pemicu, seperti film, game, atau suasana tertentu yang membuat Anda melamun.
  • Catat semua gejala yang Anda rasakan.
  • Ikuti psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengetahui penyebab Anda melamun dan cara menghentikannya.

Karena kondisi ini sering kali disertai dengan gangguan mental, dokter mungkin juga memberikan Anda obat-obatan, seperti fluvoxamine sebagai antidepresan.

Pencegahan maladaptive daydreaming

Gangguan melamun maladaptif merupakan kondisi yang sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui.

Namun, Anda bisa mengendalikan kebiasaan melamun dengan banyak hal. Salah satunya dengan cara mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu.

Jika hanya dilakukan sesekali, melamun bisa memberikan manfaat berupa meringankan stres dan meningkatkan kemampuan Anda untuk berimajinasi.

Namun, jika Anda tidak bisa mengendalikan keinginan untuk melamun atau bahkan merasa terganggu karenanya, tak ada salahnya mempertimbangkan untuk pergi mengunjungi psikolog.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Pietkiewicz, I. J., Nęcki, S., Bańbura, A., & Tomalski, R. (2018). Maladaptive daydreaming as a new form of behavioral addiction. Journal of Behavioral Addictions7(3), 838-843. Retrieved 01 December 2023 from https://doi.org/10.1556/2006.7.2018.95.

Somer, E., Lehrfeld, J., Bigelsen, J., & Jopp, D. S. (2016). Development and validation of the maladaptive daydreaming scale (MDS). Consciousness and Cognition39, 77-91. Retrieved 01 December 2023 from https://doi.org/10.1016/j.concog.2015.12.001.

Soffer-Dudek, N., & Somer, E. (2018). Trapped in a daydream: Daily elevations in maladaptive daydreaming are associated with daily Psychopathological symptoms. Frontiers in Psychiatry9. Retrieved 01 December 2023 from https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00194.

Daydreaming can have a dark side. (n.d.). Association for Psychological Science – APS. Retrieved 01 December 2023 from https://www.psychologicalscience.org/news/minds-business/daydreaming-can-have-a-dark-side.html.

Marchetti, I., Koster, E. H., Klinger, E., & Alloy, L. B. (2016). Spontaneous thought and vulnerability to mood disorders. Clinical Psychological Science4(5), 835-857. Retrieved 01 December 2023 from https://doi.org/10.1177/2167702615622383.

Summer, J. (2023, September 22). Maladaptive daydreaming: Symptoms, diagnosis, and tips. Sleep Foundation. Retrieved 01 December 2023 from https://www.sleepfoundation.org/mental-health/maladaptive-daydreaming.

Versi Terbaru

14/12/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Sering Berpikiran Negatif? Hati-hati, Anda Rentan Kena Gangguan Mental

Delusi dan Halusinasi, Apa Bedanya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 14/12/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan