Dokter mendiagnosis saya mengidap skizoaffektif

Saya bolak-balik menjalani rawat inap di bangsal kejiwaan sebanyak lima kali. Dari perawatan pertama hingga keempat, saya sama sekali tidak tahu dengan penyakit yang menimpa saya.
Namun, pada perawatan kelima di tahun 2010, barulah saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan, Sebenarnya, saya sakit apa?
Dokter mengatakan bahwa saya mengidap skizoaffektif, yaitu perpaduan antara skizofrenia dan gangguan bipolar, dengan fase manik – depresif yang sedikit lebih dominan. Penyakit inilah yang membuat saya mengalami waham atau delusi, paranoid, disertai juga dengan manik-depresif yang berulang.
Jujur, saya merasa asing dengan istilah skizoaffektif. Bisa jadi itu adalah pertama kalinya saya mendengar nama penyakit ini. Saya yang penasaran pun mencari tahu, dan menemukan bahwa penyakit inilah yang kerap kali menyebabkan seseorang kehilangan akal sehatnya alias menjadi gila.
Untungnya, keluarga dan perusahaan memahami kondisi saya

Mengetahui kondisi kesehatan mental saya yang terganggu, membuat saya kerap kali diliputi rasa bersedih dan kecewa.
Namun, setelah terdiagnosis penyakit ini, saya tidak berhenti untuk minum obat-obatan yang dokter resepkan. Saya juga tetap menyibukkan diri dengan bekerja, karena menurut saya aktivitas ini juga bagian dari terapi.
Selain penerimaan dan dukungan dari keluarga, ucapan mendiang istri saya adalah kekuatan bagi saya.
Ia bilang kalau saya adalah orang yang sabar, meski dengan penyakit seperti ini saya masih bisa bekerja. Ia juga selalu setia menemani saya menjalani pengobatan mulai dari zaman kami pacaran dulu, hingga sudah berkeluarga. Katanya, “Pak, jangan lupa minum obat.”
Memang kadang kala saya mengalami kesulitan, mengingat pekerjaan tidak lepas dengan yang namanya stres dan ini bisa jadi pemicu munculnya gejala skizoaffektif yang saya idap.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar