backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Interaksi Sosial Disosiatif, Contoh, dan Dampaknya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 08/12/2023

Mengenal Interaksi Sosial Disosiatif, Contoh, dan Dampaknya

Dalam era modern seperti sekarang, Anda sangat mudah terhubung dengan orang lain. Akan tetapi, terkadang interaksi sosial yang terjadi di dalamnya malah membawa dampak negatif. Fenomena inilah yang dikenal sebagai interaksi sosial disosiatif.

Apa itu interaksi sosial disosiatif?

Interaksi sosial adalah hubungan yang bersifat dinamis. Ini melibatkan hubungan antarindividu, antarkelompok masyarakat, atau antara individu dengan kelompok masyarakat.

Pada umumnya, interaksi sosial mempunyai dua pola, yang terdiri dari asosiatif atau disosiatif.

Interaksi sosial disosiatif adalah pola interaksi yang mengarah pada perselisihan antarindividu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam konteks kesehatan mental, interaksi sosial negatif ini merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk terlibat dalam komunikasi yang sehat dan bermakna.

Seseorang yang mengalami fenomena ini biasanya sulit berkomunikasi, merasa terasing, dan bahkan menghindari situasi sosial.

Penyebab interaksi sosial negatif ini bisa bervariasi, contohnya pengalaman traumatis hingga gangguan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan sosial.

Untuk sebagian orang, pola interaksi ini muncul sebagai respons terhadap stres atau tekanan yang mereka alami.

Bentuk interaksi sosial disosiatif

bullying di tempat kerja

Seperti dijelaskan di atas, interaksi sosial mengarah pada perselisihan. Hal ini dapat muncul dalam tiga bentuk, yakni kompetisi, kontravensi, dan konflik.

1. Kompetisi

Kompetisi atau persaingan terjadi saat dua atau lebih individu maupun kelompok bersaing satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

Proses sosial ini biasanya tidak melibatkan ancaman atau kekerasan di dalamnya. Tujuan yang hendak dicapai tersebut dapat berupa uang, kekuasaan, atau status sosial.

Berikut ini beberapa contoh persaingan individu atau kelompok dalam interaksi sosial disosiatif.

  • Karyawan berusaha mencapai target pekerjaan untuk mendapatkan promosi jabatan.
  • Tim-tim sepak bola bersaing dalam suatu kompetisi untuk meraih gelar juara.
  • Kelompok mahasiswa bersaing satu sama lain dalam lomba debat.

2. Kontravensi

Kontravensi merupakan interaksi sosial disosiatif yang berada di antara kompetisi dan konflik.

Proses sosial ini ditandai dengan sikap mental yang tersembunyi untuk menentang pihak lain. Namun, sikap ini tidak sampai menyebabkan timbulnya konflik atau pertentangan.

Sikap mental ini bisa berupa perasaan tidak suka atau keraguan yang disembunyikan. Berikut ini beberapa contoh kontravensi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Karyawan yang diam-diam membenci atasannya sebab merasa diperlakukan tidak adil.
  • Seseorang menyebarkan rumor yang tidak benar mengenai orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan reputasi orang tersebut.
  • 3. Konflik

    Konflik atau pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang ditandai dengan adanya usaha untuk saling mengalahkan atau menghancurkan pihak lain.

    Hal ini dilakukan dengan cara menentang individu atau kelompok lain diikuti dengan ancaman atau kekerasan. Itu sebabnya, konflik menjadi bentuk interaksi sosial yang negatif.

    Adapun, sejumlah contoh konflik dalam interaksi sosial ini antara lain sebagai berikut.

    • Perkelahian antara dua orang anak-anak untuk memperebutkan mainan kesukaannya.
    • Perselingkuhan pasangan suami-istri yang menyebabkan perceraian sehingga muncul konflik tentang hak asuh anak dan pembagian harta benda perkawinan.
    • Perang antarnegara untuk memperebutkan wilayah kekuasaan.

    Dampak interaksi sosial disosiatif

    Interaksi sosial disosiatif dapat menimbulkan konsekuensi serius pada kesehatan mental dan kualitas hidup orang yang terlibat di dalamnya secara keseluruhan.

    Misalnya, korban perundungan atau bullying mungkin mengalami kekerasan verbal atau fisik sehingga membuatnya tidak percaya diri hingga menarik diri dari lingkungan.

    Orang-orang yang terlibat dalam peperangan juga berisiko mengalami trauma psikologis dan menganggap bahwa dunia tidak lagi aman untuk dirinya.

    Salah satu dampak yang umum ialah peningkatan stres dan kecemasan. Kesepian juga bisa menjadi masalah serius untuk seseorang yang mungkin mengalami isolasi sosial.

    Dalam jangka panjang, interaksi sosial mungkin berkontribusi pada perkembangan gangguan kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi klinis atau gangguan kecemasan.

    Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi interaksi sosial negatif ini sedini mungkin. Mintalah bantuan psikolog atau psikiater bila Anda tidak bisa menanganinya sendiri.

    Kesimpulan

    • Interaksi sosial disosiatif mengarah pada perselisihan antarindividu maupun kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
    • Pola interaksi ini terbagi ke dalam tiga bentuk, yakni kompetisi, kontravensi, dan konflik.
    • Jika berlangsung dalam waktu panjang, hal ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan stres, depresi, dan gangguan kecemasan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 08/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan