Memahami Inferiority Complex, Perasaan Lebih Rendah dari Orang Lain
Merasa tidak percaya diri atau tidak sebaik orang lain sangatlah wajar. Namun, hati-hati bila perasaan ini sudah sampai membuat Anda rendah diri dan ragu untuk melakukan banyak hal. Bisa jadi, Anda telah mengalami inferiority complex.
Apa itu inferiority complex?
Inferiority complex adalah istilah untuk menggambarkan perasaan lemah dan ketidakmampuan yang intens pada diri seseorang. Inferiority complex lebih dari sekadar rasa kecewa dan sedih saat menghadapi kegagalan.
Orang-orang yang memiliki kecenderungan ini selalu merasa bahwa pencapaian, kemampuan, daya tarik, atau kebahagiaan yang didapatkannya tidak berarti bila dibandingkan dengan orang lain.
Karena citra diri yang negatif, mereka sering pesimis dan takut tidak bisa memenuhi ekspektasi diri sendiri atau orang lain. Perasaan tidak cukup baik jadi penghalang mereka untuk mencapai impian.
Inferiority complex terbagi menjadi dua jenis, yakni inferioritas primer dan inferioritas sekunder. Inferioritas primer terjadi pada masa kanak-kanak, ketika orang tua sering membandingkan anaknya dengan anak lain.
Anak yang sering dimarahi dan diragukan kemampuannya dapat tumbuh menjadi pribadi yang merasa tidak punya harga diri.
Sementara itu, inferioritas sekunder merupakan ketidakmampuan orang dewasa untuk mencapai tujuan akibat perasaan rendah diri yang mereka miliki.
Banyak faktor yang bisa membuat inferioritas muncul saat dewasa, meliputi citra tubuh yang buruk, kondisi ekonomi yang sulit, serta lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal.
Tanda-tanda inferiority complex
Orang-orang dengan masalah inferioritas menunjukkan tanda-tanda lewat cara yang berbeda. Mereka memiliki perasaan rendah diri dengan tanda-tanda khusus yang meliputi:
cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain saat berbicara,
memiliki gaya komunikasi yang pasif,
memiliki motivasi dan energi yang rendah,
menarik diri dari keluarga, teman, dan orang lain,
mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan tidak terduga (mood swing),
terus-menerus mencari validasi dan pujian dari orang lain,
kecenderungan menganalisis pujian dan kritik secara berlebihan,
menghindar dari kegiatan yang kompetitif agar tidak dibandingkan dengan orang lain,
tidak mampu memberi pujian untuk diri sendiri, serta
menganggap remeh prestasi dan kualitas positif diri.
Terkadang, orang-orang yang memiliki inferiority complex senang membuat orang lain merasa tidak nyaman atau insecuresebagai proyeksi atas perasaan rendah diri mereka.
Dampak inferioritas terhadap kehidupan sehari-hari
Inferiority complex adalah suatu hal yang dapat mengganggu kehidupan bila terus dibiarkan. Tidak hanya merusak hubungan Anda dengan orang-orang terdekat, inferioritas bisa memicu Anda untuk melakukan pelampiasan melalui cara yang tidak sehat.
Sebuah penelitian tahun 2011 pernah menunjukkan, perasaan rendah diri yang berlarut-larut dapat meningkatkan risiko kecanduan yang berbahaya.
Seorang yang inferior bisa saja beralih mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang sebagai mekanisme koping yang akan membantunya menghindar dari kesulitan.
Terlalu khawatir tidak terlihat kompeten juga akan mengganggu fokus Anda pada pekerjaan. Alih-alih berusaha melakukan yang terbaik, Anda malah terus-terusan terpaku memikirkan hasil dan pandangan rekan kerja atau atasan tentang diri Anda.
Bukan tak mungkin, nantinya perasaan rendah diri memunculkan rasa cemas atau gangguan kecemasan, sulit tidur, bahkan berkembang menjadi depresi di kemudian hari.
Bagaimana cara mengatasi inferiority complex?
Ada kalanya kecenderungan inferiority complex datang dari gangguan mental yang Anda miliki. Untuk mengenali penyebabnya, Anda mungkin membutuhkan bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.
Bila memang ada kondisi mental yang mendasarinya, inilah yang perlu ditangani terlebih dahulu guna mengurangi dampak inferioritas. Penanganannya bisa melalui terapi maupun dengan obat-obatan.
Terlepas dari itu, melakukan konsultasi psikologi tetaplah penting, terutama bila tanda-tanda rendah diri yang Anda rasakan telah menghambat kegiatan sehari-hari.
Melalui sesi konsultasi, terapis akan mengevaluasi respons dan pola pikir Anda terhadap situasi tertentu. Setelah itu, mereka dapat menggali akar penyebab dari respons tersebut.
Selain itu, Anda juga diberi tahu cara-cara menghadapi situasi yang menjadi pemicu inferiority complex dengan efektif. Anda akan belajar untuk lebih mampu menghargai diri sendiri.
Melalui pendekatan seperti terapi perilaku dan kognitif misalnya, anggapan tentang diri yang negatif dapat diubah menjadi pandangan yang positif. Ini juga akan membantu Anda menyangkal pikiran-pikiran buruk yang muncul pada beberapa situasi.
Ingat, yang terpenting sebenarnya ialah memahami bahwa setiap manusia memiliki keunikan dan kekuatannya masing-masing.
Ada beberapa hal dari diri Anda yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Jangan ragu untuk menunjukkan kalau Anda bisa melakukan hal tersebut dengan baik.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Inferiority Complex. (2015). Good Therapy. Retrieved May 13, 2022, from https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/inferiority-complex
Inferiority Complex. (n.d.). APA Dictionary of Psychology. Retrieved May 13, 2022, from https://dictionary.apa.org/inferiority-complex
Hirao K. (2014). Comparison of Feelings of Inferiority among University Students with Autotelic, Average, and Nonautotelic Personalities. North American journal of medical sciences, 6(9), 440–444. Retrieved May 13, 2022.
Alavi H. R. (2011). The Role of Self-esteem in Tendency towards Drugs, Theft and Prostitution. Addiction & health, 3(3-4), 119–124. Retrieved May 13, 2022.
Versi Terbaru
03/06/2022
Ditulis oleh Winona Katyusha
Ditinjau secara medis olehdr. Nurul Fajriah Afiatunnisa