Pernahkah Anda merasa mendapatkan “kekuatan ajaib” saat menghadapi situasi yang mengancam, seperti ketika dikejar anjing? Kondisi ini sebenarnya merupakan hasil dari respons alami tubuh Anda yang dikenal sebagai fight-or-flight.
Untuk mengetahui bagaimana respons tersebut terbentuk dan membantu Anda melewati situasi mengancam, simak informasi berikut.
Apa itu fight-or-flight?
Fight-or-flight adalah respons alami tubuh untuk menghadapi situasi yang menyebabkan stres atau mengancam. Respons ini bisa muncul ketika Anda melihat kebakaran, mengalami kemacetan, atau dikejar anjing.
Ketika mengalami situasi tersebut, indra pada tubuh Anda akan mengirimkan rangsangan ke amigdala, bagian otak yang bertugas memproses emosi.
Amigdala kemudian akan mengartikan rangsangan yang diterima menjadi sebuah informasi.
Jika informasi tersebut berupa bahaya atau ancaman, amigdala akan mengirimkannya ke hipotalamus. Ini adalah bagian otak yang mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh melalui sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom itu sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
Setelah menerima sinyal bahaya dari amigdala, hipotalamus akan mendorong sistem saraf simpatik untuk mengaktifkan kelenjar adrenal. Ini akan merangsang produksi hormon stres epinefrin atau adrenalin.
Peningkatan hormon inilah yang menyebabkan respons fisik pada respons fight-or-flight, seperti peningkatan detak jantung dan pernapasan yang memburu.
Epinefrin juga memicu pelepasan gula darah dan lemak dari tempat penyimpanan energi tambahan bagi tubuh. Inilah mengapa Anda memiliki energi tambahan saat berada dalam bahaya.
Ketika ancaman berlalu, kinerja sistem saraf simpatik akan digantikan oleh sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf ini berfungsi meredam respons stres sehingga tubuh Anda kembali tenang.
Meski terkesan panjang dan rumit, fight-or-flight respons terjadi dengan sangat cepat. Menurut laman Harvard Health, respons ini bahkan sudah dimulai sebelum pusat penglihatan otak memproses sepenuhnya apa yang terjadi.
Itulah sebabnya seseorang mampu menghindari bahaya sebelum mereka benar-benar menyadari apa yang terjadi.
Reaksi tubuh saat mengalami respons fight-or-flight
Proses fight-or-flight mungkin tidak Anda rasakan, tetapi berbagai reaksi berikut adalah hasil dari respons tersebut.
- Peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Ini akan meningkatkan aliran darah yang berisi oksigen dan nutrisi ke otot utama sehingga energi Anda turut meningkat.
- Kulit memucat atau memerah. Aliran darah ke kulit sedang dialihkan ke otot sehingga telapak tangan atau kaki Anda terasa lebih dingin. Sementara itu, wajah Anda mungkin memerah.
- Respons nyeri terganggu. Respons fight-or-flight membuat seseorang yang mengalami kecelakaan atau cedera terlihat tidak kesakitan. Rasa sakit biasanya baru benar-benar terasa beberapa saat kemudian.
- Pupil mata melebar. Pupil mata menyerap lebih banyak cahaya supaya bisa melihat dengan lebih jelas dan menjadi lebih waspada.
- Ingatan yang terpengaruh. Beberapa orang akan sangat mengingat kondisi yang mengancamnya. Akan tetapi, tidak sedikit yang merasa blackout atau sama sekali tidak mengingatnya.
- Pendengaran menjadi lebih sensitif. Tanpa disadari, Anda akan berusaha mencari atau mendengarkan hal-hal yang mungkin berbahaya ketika merasa terancam.
- Tegang atau gemetar. Ini adalah tanda bahwa otot di tubuh Anda sudah siap untuk melawan (fight) atau lari (flight) sebagai solusi dari ancaman tersebut.
- Kendali kandung kemih. Beberapa orang mungkin kehilangan kontrol terhadap kandung kemih saat ketakutan sehingga mengompol.
Kondisi apa saja yang bisa memicu fight-or-flight?
Pada dasarnya, respons fight-or-flight bisa muncul kapan saja, saat Anda merasa ketakutan, terancam, atau melakukan aktivitas fisik yang cukup tinggi.
Contohnya adalah saat Anda mengalami kecelakaan, menghadapi pencopet atau perampok, melakukan olahraga berat yang terlalu lama, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, respons ini akan lebih mudah muncul pada seseorang yang memiliki masalah pada sistem saraf simpatik.
Contohnya adalah orang-orang dengan diabetes tipe 2, gangguan kecemasan, kanker, infeksi, disfungsi seksual, dan trauma.
Respons fight-or-flight bisa saja muncul pada kondisi yang tidak membahayakan atau mengancam, tetapi ini bukanlah hal yang wajar.
Anda yang memiliki fobia mungkin pernah mengalami respons ini saat menghadapi pemicunya. Inilah mengapa rasa takut pada orang yang memiliki fobia lebih intens dari rasa takut pada umumnya.
Cara menghadapi respons fight-or-flight
Respons fight-or-flight bukanlah kondisi yang perlu dilawan atau dihilangkan, sebab ini adalah cara alami tubuh Anda dalam menghadapi ancaman dan akan mereda dengan sendirinya setelah ancaman menghilang.
Namun, terus-menerus berada dalam kondisi fight-or-flight justru bisa membahayakan kesehatan karena ini berarti tubuh Anda selalu berada dalam kondisi terancam.
Lama-kelamaan, hal ini dapat meningkatkan risiko stres, depresi, hingga gangguan fisik. Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengelola stres dan respons fight-or-flight Anda.
- Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol.
- Berolahraga secara rutin.
- Mempelajari teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan dan mindfulness.
- Mencari dukungan mental dari orang-orang terdekat, seperti keluarga, pasangan, dan teman.
Jika berbagai kebiasaan tersebut tidak membantu Anda mengendalikan stres atau Anda selalu merasa berada dalam kondisi fight-or-flight, Anda dapat berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Fight-or-flight adalah respons alami tubuh untuk menghadapi situasi yang membuat stres atau mengancam, contohnya tekanan pekerjaan, melihat kebakaran, dan lain sebagainya.
- Sebagai hasil respons tersebut, Anda akan mengalami beberapa reaksi, seperti peningkatan detak jantung, pelebaran pupil mata, pendengaran yang lebih sensitif, hingga kehilangan kendali pada kandung kemih.
- Supaya tidak berada dalam kondisi fight-or-flight terus menerus, hindarilah penggunaan obat-obatan terlarang, olahraga rutin, dan mempelajari teknik relaksasi.