backup og meta

Mengenali Bahaya Kesepian dan Cara Menghadapinya

Mengenali Bahaya Kesepian dan Cara Menghadapinya

Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk bertahan hidup. Saat kebutuhan itu tidak terpenuhi, salah satu dampaknya ialah kesepian. Perasaan kesepian yang terus dibiarkan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Bahaya kesepian bagi kesehatan fisik dan mental

Kesepian adalah perasaan terisolasi atau terputus dari orang lain. Kesepian yang bersifat sementara sebenarnya tidak berbahaya karena ini adalah perasaan yang wajar dialami banyak orang.

Namun, jika perasaan kesepian itu tidak pernah hilang dari dalam diri Anda, atau justru terus memburuk, berikut adalah beberapa dampak negatif yang bisa timbul.

1. Penurunan fungsi otak

merasa kesepian

Kesepian dapat memberikan efek buruk terhadap kemampuan kognitif seseorang. Ini lantaran ketika Anda kesepian, level kortisol yang merupakan hormon stres akan meningkat.

Kortisol yang berlebih dapat menimbulkan respons peradangan di dalam tubuh, tak terkecuali otak. Hal ini dapat mengganggu fungsi otak dalam menjalankan kemampuan kognitif.

Penurunan fungsi kognitif akan membuat seseorang yang kesepian kesulitan untuk berpikir, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah.

2. Bahaya kesepian berupa gangguan tidur

Perasaan cemas, terasingkan, dan terpisahkan dari orang sekitar saat kesepian bisa membuat seseorang kesulitan untuk terlelap.

Tidak hanya menyebabkan susah tidur, kesepian juga bisa membuat Anda sering mimpi buruk dan terbangun di tengah tidur.

Perlu diingat bahwa kekurangan waktu tidur tidak hanya membuat Anda mengantuk di pagi hari. Jika dijadikan kebiasaan, kurang tidur juga bisa berdampak bagi kesehatan fisik dan mental.

Beberapa efek negatifnya yaitu penurunan fungsi seksual, peningkatan risiko penyakit jantung, hingga peningkatan risiko gangguan mental.

3. Stres

Salah satu efek dari kesepian kronis ialah meningkatnya produksi hormon kortisol. Hal ini akan turut mengaktifkan respons fight-or-flight di sistem saraf simpatik.

Respons tersebut sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi karena tubuh sedang berusaha mempertahankan diri dari situasi penuh tekanan.

Namun, jika dibiarkan secara terus menerus, kombinasi antara hormon stres dan respons fight-or-flight saat kesepian bisa menimbulkan bahaya berupa stres kronis.

Tahukah Anda?

Fight-or-flight adalah sistem respons tubuh untuk memilih antara melawan atau bertahan ketika bertemu situasi yang mengancam.

4. Meningkatnya penyakit kardiovaskular

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh European Society of Cardiology di Inggris menunjukkan bahwa seseorang yang kesepian memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 11–26 persen.

Penyakit kardiovaskular yang muncul akibat kesepian dapat berupa tekanan darah tinggi, stroke, atau serangan jantung.

Kesepian bahkan dinilai lebih berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan kebiasaan merokok, pola makan buruk, atau kurangnya aktivitas fisik.

5. Meningkatnya risiko kanker

sulforaphane menghambat sel kanker

Stres sebagai salah satu bahaya dari kesepian bisa menimbulkan peradangan pada tubuh. Ketika ada banyak jaringan tubuh yang meradang, kekebalan tubuh akan ikut menurun.

Dengan menurunnya kekebalan tubuh, Anda akan lebih rentan terhadap radikal bebas. Radikal bebas dapat meningkatkan risiko mutasi sel abnormal sebagai penyebab kanker.

Selain itu, stres juga dapat mengganggu proses apoptosis atau “jadwal” kematian sel secara berkala dalam tubuh.

6. Kematian

Pada kondisi yang sudah parah, kesepian bahkan bisa meningkatkan risiko kematian dini atau keinginan untuk bunuh diri. Ini merupakan komplikasi dari berbagai dampak di atas.

Risiko kematian juga bisa meningkat karena selama kesepian, seseorang cenderung menerapkan pola hidup yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.

Cara mengatasi kesepian

Kesepian sangat wajar untuk dialami setiap orang. Meski demikian, perasaan ini seharusnya hanya bersifat sementara.

Jika perasaan tersebut tidak juga berkurang atau menghilang, cobalah beberapa cara berikut untuk mengatasinya.

  • Jujur pada perasaan diri Anda sendiri.
  • Pertimbangkan untuk memiliki binatang peliharaan.
  • Ikuti komunitas atau kegiatan sosial.
  • Lakukan hobi atau kegiatan yang Anda sukai.
  • Mulai berolahraga secara rutin.
  • Batasi penggunaan media sosial.
  • Lakukan meditasi.

Setiap orang bisa memiliki cara tersendiri untuk mengatasi kesepian, termasuk yang tidak tertulis di atas.

Jika rasa kesepian tidak juga berkurang atau mulai mengganggu produktivitas harian Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

The risks of social isolation. (n.d.). American Psychological Association. Retrieved 16 November 2023 from  https://www.apa.org/monitor/2019/05/ce-corner-isolation.

How loneliness affects health. (2020, October 2). Brain and Life Magazine – Trusted by Neurologists. https://www.brainandlife.org/articles/how-loneliness-affects-health

Loneliness and social isolation linked to serious health conditions. (2022, December 8). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 16 November 2023 from https://www.cdc.gov/aging/publications/features/lonely-older-adults.html.

Antipolis, S. (2023) Loneliness linked with elevated risk of cardiovascular disease in patients with diabetes. European Society of Cardiology. https://www.escardio.org/The-ESC/Press-Office/Press-releases/Loneliness-linked-with-elevated-risk-of-cardiovascular-disease-in-patients-with-diabetes.

Health risks of social isolation and loneliness. (2023, May 8). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved 16 November 2023 from https://www.cdc.gov/emotional-wellbeing/social-connectedness/loneliness.htm.

Chronic stress puts your health at risk. (2023, August 1). Mayo Clinic. Retrieved 16 November 2023 from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/stress-management/in-depth/stress/art-20046037.

Mushtaq, R. (2014). Relationship between loneliness, psychiatric disorders and physical health ? A review on the psychological aspects of loneliness. JOURNAL OF CLINICAL AND DIAGNOSTIC RESEARCH. Retrieved 16 November 2023 from https://doi.org/10.7860/jcdr/2014/10077.4828.

Versi Terbaru

23/11/2023

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

5 Mitos Keliru Tentang Orang Introvert

Orang Cerdas Suka Menyendiri dan Memiliki Sedikit Teman, Kenapa?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 23/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan