Rasa-rasanya tidak ada satu pun orang di dunia ini yang tidak pernah bohong. Faktanya, orang berbohong pun tak cukup sekali. Alasannya pun macam-macam. Yang paling klasik, sih, karena mereka menganggap bahwa lebih baik untuk berbohong saja daripada harus menyakiti orang lain. Tapi ternyata ada banyak alasan berbohong lainnya yang sering terlontar dari mulut banyak orang, mungkin termasuk Anda juga.
Alasan berbohong yang paling umum dilontarkan banyak orang
1. Berbohong demi kebaikan
Berbohong demi kebaikan adalah alasan berbohong yang paling umum terlontar dari mulut banyak orang karena tindakan yang tampak mulia. Anda memilih untuk menutupi kebenaran yang terasa pahit, daripada harus melihat orang-orang terdekat Anda terluka jika mengetahui faktanya.
Tetapi, tahukah Anda kalau sebenarnya mereka lebih memilih untuk kecewa mendengar kebenaran pahit ketimbang merasa senang karena hal yang fiktif? Toh, hal yang fiktif tersebut lama kelamaan akan ketahuan dan akhirnya tetap mengecewakan juga.
2. Terbiasa berbohong
Banyak orang yang terus menerus berbohong karena menganggap bahwa kebohongan bukanlah sesuatu yang salah atau patut dibesar-besarkan. Mereka tidak berpikir kalau berkata bohong akan membawa efek domino yang buruk, karena justru hal yang harus ditutupi itulah yang menjadi masalahnya. Makanya mereka tak masalah jika harus berbohong untuk itu agar tak terjerat masalah lain.
3. Tidak nyaman kalau tidak berbohong
Kebiasaan suka berbohong lama-lama akan membuat si pembohong merasa bangga akan keahliannya merangkai bualan yang berhasil menipu banyak orang. Kepercayaan diri inilah yang kemudian mendorongnya untuk terus melanjutkan kebohongan dengan bualan-bualan baru lainnya. Pada akhirnya, mereka akan terus berbohong karena membuatnya nyaman.
4. Untuk menutupi kebohongan sebelumnya
Sekali Anda berbohong, mau tidak mau Anda harus mempersiapkan kebohongan berikutnya untuk mendukung jalan cerita bualan agar terdengar masuk akal. Apapun alasan berbohong Anda sebelumnya, reaksi berantai ini hampir selalu akan terjadi. Pasalnya, saat kebohongan itu muncul, kemungkinan besar rekan Anda akan bertanya hal lain yang berhubungan tentang itu. Akhirnya, otak Anda kembali membuat kebohongan baru. Makin lama, kebohongan yang Anda buat akan semakin banyak.
5. Bohong ketika tidak berniat berbohong
Ketika Anda dihadapkan oleh suatu masalah yang jadi tak terkendali, wajar jika Anda merasa stres. Mulai dari rasa campur aduk antara cemas takut dan panik, keringat deras, jantung berdebar, dan seterusnya.
Respon stres alami ini kemudian akan menghidupkan satu respon lainnya, yaitu respon ‘bagaimana saya harus keluar dari masalah ini secepatnya tanpa masalah’. Salah satu caranya adalah berbohong. Ya, otak Anda akan cepat memberikan sugesti dan mencari cara tercepat untuk mengatakan hal yang fiktif, sehingga Anda bisa cepat keluar dari situasi tersebut.
6. Bohong pasif agresif untuk mencerminkan keinginan
Ada orang yang berbohong ketika ditanya oleh teman atau kerabatnya tentang kehidupan pribadinya. Familiar dengan kebohoan macam ini, “Oh maaf, pacarku nggak ikut dateng karena lagi ngejar proyek di luar negeri” — padahal sih, baru saja diputusin karena selingkuh?
Alasan berbohong seperti di atas mungkin didasari oleh rasa ketidakpuasan pribadi atas apa yang ia punya atau dapatkan saat itu, sehingga berbohong dijadikan jalan untuk “memperindah” hidupnya agar orang-orang yang mendengarnya terkesima atau menyukai dirinya. Padahal, di balik kebohongan itu sebenarnya tersimpan mimpi yang besar. Keinginan untuk memiliki kehidupan seperti yang ia sebutkan sebagai kebohongan.
Dari semua alasan berbohong ini, ayo jawab yang jujur, mana yang sering Anda gunakan ketika berbohong?
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.