backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Alasan Anda Perlu Melakukan Social Media Detox dan Tips Melakukannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 08/07/2021

Alasan Anda Perlu Melakukan Social Media Detox dan Tips Melakukannya

Rasa-rasanya, hampir semua orang memiliki, minimal, 1 akun media sosial. Bahkan, ada pula yang memiliki banyak sampai mengambil alih kehidupan nyata mereka. Lantas, apa perlu seseorang mengurangi penggunaan sosmed? Beberapa alasan berikut mungkin bisa jadi pertimbangan Anda melakukan detoks media sosial.

Apa itu detoks media sosial (social media detox)?

mengurangi penggunaan media sosial

Kemajuan teknologi memang sangat membantu segala aspek dalam kehidupan Anda, seperti mencari informasi dan bersosialisasi.

Akan tetapi, terlalu sering menggunakannya justru dapat mengakibatkan kecanduan media sosial yang justru akan berpengaruh pada kualitas hidup Anda.

Jika Anda mulai merasa bahwa hidup Anda terlalu sering dihabiskan untuk berselancar di sosial media, mungkin ini saatnya Anda melakukan detoks media sosial.

Social media detox biasanya dilakukan dengan mengurangi penggunaan atau bahkan mengentikannya sama sekali. Hal itu bisa membantu mereka melihat kembali apa yang sudah mereka tinggalkan di kehidupan nyata.

Mengapa Anda memerlukan detoks media sosial?

Kecanduan terhadap apa pun, termasuk media sosial dan teknologi, bisa membawa dampak buruk bagi kehidupan Anda. Mulai dari kesehatan, hubungan keluarga dan pertemanan, hingga kepribadian Anda bisa saja terpengaruh akibat ketergantungan media sosial

Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda mungkin memerlukan detoks media sosial. 

1. Memengaruhi kesehatan mental

mengatasi cemas akibat fomo

Salah satu dampak yang cukup mengkhawatirkan dari penggunaan media sosial yang berlebihan adalah meningkatkan risiko gangguan mental, seperti depresi

Sebuah penelitian dari BMC Public Health mengungkapkan anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun dan aktif di internet dapat berdampak negatif hingga mereka dewasa nanti.

Hal tersebut dikarenakan sedari kecil mereka sudah terpapar dengan standar kesuksesan atau kecantikan yang begitu tinggi dan mungkin “semu” di media sosial. 

Akibatnya, ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, mereka merasa tidak pernah puas dengan hasil yang didapat. Hal tersebut dapat berujung pada depresi. 

Detoks media sosial bertujuan untuk meminimalisir risiko Anda untuk terus menganggap standar-standar tertentu yang beredar di media sosial.

2. Mengurangi keintiman dalam hubungan apa pun

dampak media sosial

Ketika kecanduan media sosial, sadar atau tidak sebenarnya Anda sedang mengurangi kualitas waktu di dalam hubungan. Tak hanya asmara, tapi juga hubungan persaudaraan, hubungan kerja, pertemanan, dan hubungan lain.

Menurut Nels Oscar, ketua tim peneliti dari College of Engineering, media sosial bersifat sangat instan, menjangkau jutaan orang sekaligus, dan memengaruhi perilaku seseorang.

Anda mungkin mengabaikan orang yang berada di samping Anda dan fokus untuk menatap apa yang ada di layar ponsel.

Belum lagi jika Anda berinteraksi dengan teman atau siapa pun di media sosial. Kelemahan media sosial adalah adanya keterbatasan dalam berinteraksi. Salah-salah, hal ini justru dapat menimbulkan salah paham.

Misalnya, Anda mengunggah foto teman yang Anda anggap lucu. Padahal, bagi teman Anda, itu adalah foto memalukan.

Orang-orang yang kecanduan social media cenderung hanya melihat seberapa banyak tanggapan yang didapat ketika ia mengunggah sesuatu, ketimbang memikirkan dampaknya pada orang lain.

Akibatnya, Anda dan teman Anda bisa jadi salah paham hingga mengancam hubungan Anda. 

3. Mengganggu kesehatan fisik

Awas! Ini Bahayanya Jika Anda Tidur Dekat Ponsel

Tidak hanya memperburuk kesehatan mental, kesehatan fisik yang terganggu juga bisa jadi salah satu alasan yang perlu Anda pertimbangkan ketika memutuskan melakukan detoks/mengurangi penggunaan media sosial. 

Pada tahun 2014, terdapat sebuah penelitian yang menemukan bahwa orang dewasa berumur 19-32 tahun cenderung lebih sering mengecek akun media sosialnya.

Frekuensi pengecekan tersebut mencapai 30 kali dalam satu minggu. Sebanyak 57% dari orang-orang tersebut dilaporkan mengalami masalah tidur karena ketiga hal di bawah ini.

  • Lebih sering aktif di media sosial dan jaringan internet lainnya sampai larut malam.
  • Social media meningkatkan gairah emosional dan kognitif lebih tinggi pada malam hari.
  • Sinar dari layar ponsel atau gadget lainnya dapat mengganggu kualitas tidur seseorang. 

Padahal, kurang tidur sendiri diketahui dapat berisiko terhadap kesehatan, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung.

Itu sebabnya, Anda mungkin perlu mempertimbangkan melakukan detoks media sosial agar terhindar dari dampak negatifnya. 

Tips melakukan detoks media sosial

stres pemilu smartphone

Setelah mengetahui alasan betapa pentingnya melakukan detoks media sosial, mari ketahui bagaimana tips ampuh untuk mengurangi penggunaan media sosial. 

Walaupun terdengar mudah, kebiasaan ini sebenarnya cukup sulit, terlebih untuk mereka yang sudah kecanduan. Maka itu, diperlukan beberapa strategi agar Anda berhasil mencapai tujuan dari social media detox

Beberapa strategi yang mungkin dapat membantu Anda, antara lain: 

  • Rencanakan untuk menjalani detoksifikasi selama 3 minggu sampai 3 bulan lebih. 
  • Nonaktifkan akun media sosial Anda sementara waktu, seperti Instagram atau Facebook. 
  • Hapus aplikasi media sosial dari ponsel dan gadget Anda. 
  • Cari kegiatan lain yang dapat mengisi kekosongan Anda, seperti olahraga atau melanjutkan hobi yang tertunda. 

Melakukan detoks media sosial memang sulit, apalagi jika Anda sudah kecanduan dan alasan ingin berhenti tidak datang dengan sendirinya dari kesadaran Anda.

Pada saat Anda melakukan detoks media sosial, awalnya Anda mungkin akan merasa gelisah dan terus-menerus mengecek notifikasi ponsel. Namun, jika berhasil melakukannya, Anda mungkin dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik lagi.

Jika Anda merasa media sosial sudah mengambil alih kehidupan Anda, sudah saatnya untuk berhenti sejenak menatap layar dan beralih fokus ke realita. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 08/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan