backup og meta

Manfaat Detoks Sosmed dan Cara Ampuh Melakukannya

Manfaat Detoks Sosmed dan Cara Ampuh Melakukannya
Manfaat Detoks Sosmed dan Cara Ampuh Melakukannya

Hati-hati bila Anda termasuk orang yang tidak bisa absen dari scrolling linimasa sosial media setiap hari. Kebiasaan ini lama-kelamaan bisa menggerogoti batin jika Anda tidak menguranginya. Apabila Anda mulai merasakannya, ini mungkin saatnya bagi Anda untuk Anda melakukan detoks sosmed.

Tanda-tanda membutuhkan detoks sosmed

Detoks sosmed adalah upaya mengurangi atau menghentikan penggunaan media sosial dalam jangka waktu tertentu untuk mengembalikan keseimbangan mental dan emosional.

Istilah social media detox sendiri berasal dari detoksifikasi, yaitu berbagai upaya yang dilakukan untuk membersihkan tubuh dari “racun”.

Dengan melakukan detoksifikasi media sosial, Anda akan lebih fokus terhadap kehidupan nyata tanpa terdistraksi oleh informasi yang berlebihan atau tekanan sosial dari dunia maya.

Jika Anda memiliki tanda-tanda berikut ini, mungkin sudah waktunya bagi Anda untuk berhenti scrolling sosmed.

  • Merasa stres atau cemas saat menggunakan media sosial.
  • Membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain di media sosial.
  • Merasa ketergantungan dan sulit lepas dari media sosial.
  • Sering menunda pekerjaan atau tugas penting lainnya karena sibuk scrolling.
  • Kehilangan minat terhadap interaksi sosial di dunia nyata, baik itu dengan rekan kerja, teman, atau keluarga.
  • Mengalami gangguan tidur akibat terlalu lama menggunakan media sosial.
  • Merasa lelah mental akibat paparan berita atau informasi negatif yang berlebihan.

Manfaat detoks media sosial

bermain media sosial

Media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, bermain sosmed dalam jangka panjang dapat mengubah pola pikir dan merugikan mental.

Berikut ini adalah beberapa manfaat melakukan detox sosmed yang bisa Anda dapatkan.

1. Meningkatkan kesehatan mental

Detoks sosmed mengurangi paparan terhadap konten negatif, perundungan siber, atau tekanan untuk mengikuti tren. Hal ini bisa menurunkan risiko gangguan mental, seperti depresi.

Penelitian dalam BMC Public Health (2018) mengungkapkan bahwa anak-anak yang berusia 10 tahun dan aktif di internet lebih rentan mengalami depresi di kemudian hari.

Paparan akan standar kesuksesan yang “semu” di media sosial sedari kecil bisa membuat anak tersebut merasa tidak puas. Hal inilah yang dapat berujung pada depresi.

2. Memperkuat hubungan sosial di dunia nyata

Ketika kecanduan sosial media, sadar atau tidak sebenarnya Anda sedang mengurangi kualitas hubungan, baik dengan keluarga, teman, rekan kerja, atau orang-orang di sekitar Anda.

Perlu dipahami bahwa media sosial bersifat sangat instan, mampu menjangkau jutaan orang sekaligus, dan sangat memengaruhi perilaku penggunanya.

Hal ini membuat Anda mudah mengabaikan orang-orang yang berada di samping Anda dan fokus untuk berinteraksi dengan siapa pun yang ada di dalam sosmed.

Dengan social media detox, Anda bisa mengurangi ketergantungan pada dunia maya dan mulai kembali memperkuat hubungan di dalam kehidupan nyata.

3. Memperbaiki kualitas tidur

Paparan layar ponsel sebelum tidur bisa mengganggu produksi melatonin, yakni hormon yang bertugas untuk mengatur siklus tidur. 

Gangguan pada produksi melatonin tentunya bisa menyebabkan masalah tidur, seperti susah tidur dan bahkan insomnia. Akibatnya, Anda menjadi kurang tidur.

Kurang tidur sendiri diketahui dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke.

Oleh karena itu, Anda mungkin perlu mempertimbangkan melakukan detoks media sosial agar terhindar dari dampak negatif dari penggunaan ponsel yang berlebihan. 

Cara ampuh melakukan detoks sosmed

cara bijak menggunakan media sosial

Berikut ini adalah beberapa cara detoks sosmed yang dapat Anda lakukan untuk mulai mengurangi kecanduan akan dunia maya.

1. Jauhkan ponsel dari jangkauan

Jika Anda memiliki banyak waktu luang, segera jauhkan ponsel dari jangkauan. Segeralah “isi” tangan kosong Anda dengan kegiatan lain, seperti membaca buku.

Jauhkan juga ponsel dari jangkauan dan ubah ke mode sunyi atau getar ketika Anda bekerja. Hal ini memudahkan Anda untuk fokus menyelesaikan tugas dengan lebih efisien.

Begitu pula saat Anda berkumpul dengan orang-orang terdekat. Ajak mereka untuk ikut berkomitmen meletakkan ponsel agar mereka lebih fokus dalam menghabiskan waktu bersama.

2. Pasang timer untuk membatasi waktu akses sosmed

Cara paling efisien untuk detoks sosmed yaitu membatasi waktu mengaksesnya. Batasan wajar bermain media sosial adalah sekitar 30 menit hingga satu jam setiap hari.

Anda bisa membagi total satu jam tersebut dalam beberapa “sesi” untuk seharian, misalnya 15 menit pada pagi hari, 15 menit setelah makan siang, 15 menit saat perjalanan pulang di angkutan umum, dan 15 menit saat makan malam.

Pasanglah timer untuk segera logout dari akun sosmed. Anda juga bisa menggunakan aplikasi untuk membatasi akses sosmed begitu Anda mencapai batas waktu yang ditetapkan.

3. Matikan notifikasi media sosial

Matikan notifikasi semua media sosial supaya Anda tidak sebentar-sebentar tergoda mengecek ponsel untuk melihat update terbaru.

Namun, hal ini dapat dikecualikan bila memang akun tersebut digunakan untuk keperluan kerja.

Jika diperlukan, Anda bisa mengatur aplikasi apa saja yang dipasang pada tampilan depan ponsel. Usahakan untuk memasang aplikasi sosmed yang Anda perlukan saja.

4. Buat area “Bebas Gawai”

Meski terdengar konyol, tidak ada salahnya untuk mencoba cara ini. Anda bisa tentukan sendiri di area mana saja Anda tidak diperbolehkan membawa dan bermain gawai

Contohnya, Anda dapat menetapkan ruang TV atau ruang makan sebagai area “Bebas Gawai” agar semua anggota keluarga bisa fokus berkumpul bersama.

5. Tentukan jadwal “Hari Tanpa Media Sosial”

Luangkan satu hari dalam seminggu untuk momen sehari tanpa media sosial. Sebagai contoh, Anda bisa memilih hari Minggu sebagai waktu untuk benar-benar terhubung dengan dunia nyata.

Manfaatkan hari tersebut untuk bercengkrama dengan orang terdekat atau menikmati hobi yang tertunda. Dengan begitu, Anda bisa menikmati momen berharga dalam kehidupan.

6. Hapus aplikasi media sosial

Salah satu cara ekstrem yang dapat dilakukan untuk detox sosmed adalah dengan menghapus aplikasinya. 

Cara terakhir ini mau tidak mau menjadi solusi terakhir bila Anda masih saja “bandel” membuka media sosial setelah melakukan berbagai tips di atas.

Tak harus semuanya dihapus. Pilihlah satu atau dua aplikasi media sosial yang membuat Anda menghabiskan banyak waktu di sana.

Kalau belum siap, Anda dapat menghapus aplikasi tersebut selama beberapa hari untuk merasakan manfaatnya. Unduh ulang bila ingin memakainya, lalu hapus lagi bila urusannya sudah selesai.

Perpanjang waktu hiatus tersebut dari waktu ke waktu bila Anda sudah mulai terbiasa. Terakhir, barulah Anda bisa menghapus total aplikasi tersebut.

Kesimpulan

  • Detoks sosmed dapat membantu Anda meningkatkan kesehatan mental, memperkuat hubungan dengan orang terdekat, dan memperbaiki kualitas tidur.
  • Jika Anda merasa cemas saat bermain sosmed, kerap menunda pekerjaan, serta hilang minat dengan interaksi sosial di dunia nyata, ini menjadi tanda bahwa Anda butuh detox sosmed.
  • Hal ini dapat dilakukan dengan menjauhkan ponsel dari jangkauan, mematikan notifikasi sosmed, hingga menghapus aplikasi tersebut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Why social media detox might improve your mental well-being. (n.d.). HealthHub. Retrieved February 27, 2025, from https://www.healthhub.sg/live-healthy/disconnect-to-reconnect-why-a-social-media-detox-might-be-good-for-you

Need a break from social media? Here’s why you should — and how to do it. (2023). Harvard Summer School. Retrieved February 27, 2025, from https://summer.harvard.edu/blog/need-a-break-from-social-media-heres-why-you-should-and-how-to-do-it/

What are sleep deprivation and deficiency? (2022). National Heart, Lung, and Blood Institute. Retrieved February 27, 2025, from https://www.nhlbi.nih.gov/health/sleep-deprivation

El-Khoury, J., Haidar, R., Kanj, R. R., Bou Ali, L., & Majari, G. (2020). Characteristics of social media ‘detoxification’ in university students. Libyan Journal of Medicine, 16(1). https://doi.org/10.1080/19932820.2020.1846861

Booker, C. L., Kelly, Y. J., & Sacker, A. (2018). Gender differences in the associations between age trends of social media interaction and well-being among 10-15 year Olds in the UK. BMC Public Health, 18(1). https://doi.org/10.1186/s12889-018-5220-4

Pantic, I. (2014). Online social networking and mental health. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 17(10), 652-657. https://doi.org/10.1089/cyber.2014.0070

Levenson, J. C., Shensa, A., Sidani, J. E., Colditz, J. B., & Primack, B. A. (2016). The association between social media use and sleep disturbance among young adults. Preventive medicine, 85, 36–41. https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2016.01.001

Versi Terbaru

10/03/2025

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Benarkah Pasangan yang Umbar Kemesraan di Media Sosial Lebih Bahagia?

Hati-hati, Main HP Saat BAB Berisiko Terkena Ambeien


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan