backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Apakah Anda Terlalu Cepat Jatuh Cinta? Ini Tanda-tandanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 25/03/2024

Apakah Anda Terlalu Cepat Jatuh Cinta? Ini Tanda-tandanya

Pernahkah Anda merasa terlalu cepat jatuh cinta? Sebelum berkomitmen dalam sebuah hubungan, Anda akan menjalani masa pendekatan. Dari situlah Anda akan mengenal seseorang lebih dalam.

Namun, bagi beberapa orang, jatuh cinta merupakan sesuatu yang instan. Sayangnya, terlalu cepat menyukai seseorang sering kali tidak berakhir seperti yang diinginkan.

Supaya Anda tidak terjebak di dalamnya, simak ulasan berikut.

Tanda Anda terlalu cepat jatuh cinta

Sampai saat ini, memang tidak ada aturan pasti tentang seberapa lama Anda harus menjalani masa pendekatan sebelum memutuskan menjalin hubungan.

Pasalnya, beberapa orang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa jatuh cinta, sementara yang lain bisa merasakannya pada pandangan pertama.

Namun, sebuah studi terbitan jurnal Personality and Individual Differences (2024) menyebutkan bahwa jatuh cinta yang terlalu cepat erat kaitannya dengan keinginan semata, bukan kebutuhan.

Fenomena yang disebut emophilia ini mungkin muncul karena Anda hanya penasaran dengan sosok tersebut, bukan benar-benar menyayanginya.

Nah, supaya Anda tidak terjebak di dalam hubungan yang terburu-buru ini, berikut adalah beberapa tanda bahwa Anda terlalu cepat jatuh cinta.

1. Mengabaikan red flag

dampak pasangan ocd

Ketika Anda menyimpulkan ketertarikan pada seseorang sejak pandangan pertama, bisa jadi Anda akan mengabaikan red flag yang dimilikinya.

Ini karena red flag, yaitu sikap dan perilaku yang berpotensi merusak hubungan, belum akan terlihat hanya dengan beberapa kali pertemuan.

Sayangnya, Anda mungkin sudah terbutakan oleh perasaan sendiri. Jika Anda mengalami hal ini, bercerita pada teman yang Anda percayai mungkin bisa menjadi solusinya.

2. Anda jatuh cinta karena “dikejar” oleh tuntutan

Apakah Anda sering menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti, “Mana pacarnya?” “Kapan nikah?” atau sejenisnya?

Berbagai pertanyaan tersebut bisa membuat seseorang memilih untuk jatuh cinta dengan cepat, entah secara sadar maupun tidak.

Pasalnya, pertanyaan tersebut sering kali menimbulkan tekanan, ketakutan, dan rasa tidak nyaman. Alhasil, untuk mengatasinya, Anda memilih untuk cepat-cepat jatuh cinta.

3. Menaruh terlalu banyak harapan pada orang yang baru

Memupuk harapan dengan pasangan tentu merupakan hal yang wajar. Ini bahkan merupakan aspek yang penting untuk merancang masa depan.

Namun, ketika Anda menaruh terlalu banyak harapan pada orang yang baru dikenal, artinya Anda terlalu cepat memercayainya.

Menaruh harapan pada orang baru justru bisa berakhir menjadi khayalan semata. Ini lantaran Anda belum tahu apakah mereka memiliki harapan serupa.

Bahaya terlalu cepat jatuh cinta

Ketika Anda sadar bahwa Anda sedang mengalami emophilia, sebaiknya pertimbangkan kembali hubungan yang akan Anda jalin.

Memang tidak semua hubungan yang terjalin terburu-buru akan berakhir buruk. Akan tetapi, berikut adalah beberapa risiko yang perlu Anda pertimbangkan.

1. Kehilangan diri sendiri

Jatuh cinta terlalu cepat bisa membuat Anda kehilangan diri sendiri. Pasalnya, Anda mungkin terlalu fokus mengupayakan supaya perasaan Anda terbalaskan sehingga rela melakukan berbagai hal.

Hubungan yang sehat semestinya membuat Anda menemukan sisi terbaik dalam diri Anda, bukan melupakannya.

2. Menjadi korban kekerasan dalam hubungan

Tidak tertutup kemungkinan bahwa orang yang baru Anda kenal tersebut akan memanfaatkan ketulusan Anda untuk memanfaatkan diri Anda.

Akibatnya, Anda berisiko menjadi korban kekerasan dalam hubungan, terlebih jika Anda mengabaikan red flag yang dimilikinya.

Bahkan sekalipun Anda tidak mengalami kekerasan fisik, perlu diingat bahwa kekerasan juga bisa terjadi dalam bentuk verbal, emosional, seksual, hingga finansial.

3. Hubungan tidak bertahan lama

Meski terdengar bertolak belakang, cinta dan benci bisa menjadi dua hal serupa. Keduanya merupakan emosi kuat yang bisa terjadi pada waktu yang hampir bersamaan.

Itulah mengapa ada ungkapan bahwa cepat cinta bisa cepat benci. Perasaan yang menggebu-gebu bisa berubah menjadi hal yang berkebalikan jika Anda tidak mendapatkan hasil sesuai keinginan.

Ketika perasaan tersebut sudah berubah menjadi benci, tentu saja keberlanjutan hubungan tersebut akan terancam.

Cara agar tidak mudah jatuh cinta

tips pendekatan

Cinta memang sesuatu yang sulit dikendalikan. Inilah mengapa beberapa orang melakukan hal-hal yang sulit dipahami ketika menyukai seseorang.

Supaya Anda tidak mengalami emophilia dan terburu-buru dalam menjalin hubungan, coba ikuti beberapa tips berikut.

  • Bangun personal boundaries alias batasan pribadi sehingga Anda tahu kapan harus berhenti atau melanjutkan hubungan dengan orang lain.
  • Jangan terburu-buru mencari pacar baru atau ingin cepat jatuh cinta lagi ketika baru saja mengakhiri hubungan.
  • Lakukan hobi atau aktivitas lain yang membuat Anda bahagia sehingga Anda tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain.
  • Kenali ciri-ciri red flag dari orang-orang yang mendekati Anda.
  • Bangun kepercayaan bahwa Anda tidak benar-benar sendirian di dunia ini. Selain pasangan, Anda masih memiliki keluarga dan teman.
  • Jatuh cinta merupakan sebuah proses. Artinya, Anda membutuhkan waktu untuk benar-benar memahami setiap tahapan jatuh cinta.

    Meski cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang salah, tidak ada salahnya untuk menjalani masa pendekatan terlebih dahulu agar Anda bisa mengenal satu sama lain dengan lebih baik.

    Kesimpulan

    Sejauh ini, memang tidak ada aturan tentang seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyukai seseorang. Namun, jatuh cinta terlalu cepat dikaitkan dengan risiko kehilangan diri sendiri hingga menjadi korban kekerasan. Supaya Anda tidak mengalaminya, tumbuhkanlah cinta pada diri sendiri.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 25/03/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan