Pertengkaran dalam keluarga merupakan kondisi yang wajar terjadi, tetapi lebih baik dihindari. Agar hubungan keluarga tetap harmonis, hal pertama yang harus dilakukan yaitu memahami apa saja penyebab pertengkaran itu sendiri.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Pertengkaran dalam keluarga merupakan kondisi yang wajar terjadi, tetapi lebih baik dihindari. Agar hubungan keluarga tetap harmonis, hal pertama yang harus dilakukan yaitu memahami apa saja penyebab pertengkaran itu sendiri.
Pada umumnya, pertengkaran dalam keluarga disebabkan karena perbedaan pendapat atau pandangan antara satu sama lain. Namun, beberapa faktor lain juga bisa ikut berkontribusi.
Berikut beberapa hal yang umumnya membuat anggota keluarga bertengkar.
Pola asuh anak yang berbeda dapat menjadi penyebab pertengkaran dalam keluarga. Sebagai contoh, Anda sejak kecil selalu dimanja orangtua, sedangkan pasangan diajarkan untuk mandiri.
Perbedaan pola asuh membuat Anda sering berselisih paham dengan pasangan dalam memperlakukan anak. Ini terjadi karena masing-masing pihak merasa pola asuhnya paling benar.
Saat berbeda pendapat dengan keluarga atau pasangan, Anda mungkin akan kesal karena merasa tidak mendapat dukungan. Ini merupakan sifat dasar manusia, yang berpikir argumennya paling benar.
Jika tidak ada yang mau mengalah, pertengkaran menjadi tidak terhindarkan. Bahkan, masalah yang sebenarnya kecil bisa menjadi besar karena keegoisan masing-masing.
Masalah keuangan tentu menjadi salah satu penyebab pertengkaran keluarga yang paling umum. Biasanya, konflik terjadi ketika pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran.
Selain itu, masalah seperti warisan juga sering kali memicu konflik dalam keluarga. Keinginan untuk mendapatkan bagian yang lebih besar biasanya menjadi awal mula dari keributan.
Pada umumnya, pertengkaran dalam keluarga besar juga disebabkan karena budaya yang berbeda. Contoh yang sering terjadi, misalnya wanita di keluarga Anda tidak boleh bekerja karena harus mengurus rumah tangga.
Sementara itu, pasangan mempunyai pendirian untuk tetap bekerja setelah menikah. Anda mungkin tidak mempermasalahkannya, tetapi hal tersebut bisa memicu pergunjingan dalam keluarga besar.
Kehadiran orang baru bisa menyebabkan pertengkaran dalam keluarga. Hal tersebut dijelaskan dalam studi berjudul Mothers’ attributions for estrangement from their adult children pada 2021 lalu.
Dalam studi tersebut, sebanyak 70% ibu menyebut bahwa hadirnya orang baru mengakibatkan keretakan hubungan dengan anaknya. Orang tersebut dapat berupa pacar anak atau pasangan baru ibu.
Sibling rivalry atau persaingan antarsaudara juga sering memicu konflik. Beberapa anak mungkin ingin selalu menang dari saudara mereka untuk menarik perhatian orangtua.
Situasi tersebut tidak hanya membuat anak sering bertengkar, tetapi juga menyebabkan stres pada orangtua. Kebijaksanaan orangtua diperlukan agar persaingan dalam keluarga tak terjadi lagi.
Adanya anggota keluarga yang sakit sering memicu pertikaian dalam keluarga. Sebagai contoh, Anda mungkin memiliki anggota keluarga yang mengidap masalah mental seperti gangguan bipolar.
Perubahan emosi penderita bipolar yang tidak menentu dapat membuat Anda stres dan kewalahan. Jika Anda tidak kuat menghadapinya, keributan dalam keluarga akan lebih sering terjadi.
Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga dapat membuat keluarga sering bertengkar. Tidak hanya secara fisik, ada pula bentuk kekerasan lain, seperti kekerasan verbal, emosional, hingga finansial.
Sebagai contoh, saat melihat ibu dipukul oleh ayah, Anda akan merasa tidak terima. Sebagai bentuk pembelaan, Anda mungkin saja terlibat dalam konflik dengan ikut berdebat atau memukul balik.
Setiap orang memiliki aturan dan batasan pada suatu hal. Namun, beberapa orang mungkin tidak peka dan melewati batasan yang telah dibuat, termasuk anggota keluarga Anda.
Contohnya, anak Anda sering menonton TV tetapi tidak mau mematikannya saat pergi. Padahal, Anda sudah sering mengingatkannya agar listrik tidak terbuang dengan sia-sia.
Hal tersebut dapat memunculkan perasaan tidak dihargai. Jika terjadi secara terus-menerus, situasi tersebut menjadi penyebab pertengkaran keluarga.
Saat tinggal bersama keluarga pasangan, Anda mungkin sering dikritik oleh mertua. Terkadang, kritik yang diberikan bisa jadi melewati batas dan menyebabkan sakit hati.
Jika mertua memang keras kepala dan suka mengkritik, hindari menanggapinya dengan emosi. Bila kelewat batas, bicarakan hal ini dengan pasangan untuk mencari jalan tengahnya.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar