backup og meta

7 Cara Menghadapi Masalah Keluarga agar Tidak Berlarut-larut

Masalah dalam keluarga merupakan situasi yang harus dihadapi, bukan dihindari. Jika dibiarkan berlarut, bukan tidak mungkin masalah tersebut nantinya dapat berujung pada keretakan rumah tangga. Lantas, bagaimana cara menghadapi masalah keluarga dengan tepat?

7 Cara Menghadapi Masalah Keluarga agar Tidak Berlarut-larut

Cara menghadapi masalah keluarga

Dalam menghadapi masalah keluarga, upaya penanganan tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus penuh pertimbangan.

Ketika tindakan yang Anda lakukan kurang tepat, hal tersebut malah berpotensi membuat masalah menjadi semakin besar dan runyam

Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi masalah dalam lingkup keluarga.

1. Melatih empati

Salah satu hal yang sering kali terlupakan saat menghadapi permasalahan rumah tangga adalah berempati.

Padahal, empati dibutuhkan untuk memahami alasan di balik tindakan pemicu konflik yang dilakukan pasangan atau anggota keluarga.

Sebagai contoh, pasangan Anda mungkin sering marah di rumah akibat besarnya tekanan yang diterima di tempat kerja.

Dengan empati, Anda akan lebih bisa memahami apa yang dirasakan sehingga tidak balik membalasnya dengan amarah.

2. Ajak pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi

pasangan perfeksionis

Studi yang dirilis oleh Iowa State University menyebutkan bahwa berdiskusi secara terbuka antara pihak yang terlibat merupakan salah satu cara menghadapi masalah keluarga dengan tepat.

Anda bisa memulai sesi diskusi dengan meminta masing-masing orang untuk menyampaikan apa yang dirasakannya secara jujur.

Ketika berdiskusi, jaga pembicaraan agar tetap fokus pada masalah dan tidak merembet ke topik lain. Selain itu, pastikan setiap orang mendapatkan hak mereka untuk menyampaikan pendapat.

3. Dengarkan pendapat tiap anggota keluarga

Konflik sering kali bertambah besar ketika pendapat Anda disepelekan. Maka dari itu, cobalah untuk mendengarkan pendapat anggota keluarga dengan baik ketika mereka menyampaikan keluh kesahnya.

Beri kesempatan mereka untuk menyampaikan pendapatnya hingga selesai tanpa disela agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Ketika sedang berdiskusi untuk menghadapi masalah keluarga, Anda sebaiknya melakukan hal-hal berikut.

  • Menjaga diri tetap tenang.
  • Mengendalikan emosi dengan baik.
  • Mendengarkan tiap poin yang disampaikan dengan baik.
  • Menghargai perbedaan pendapat dalam keluarga.
  • Menyampaikan pertanyaan di akhir apabila ada poin yang belum jelas.

4. Akui kesalahan dan minta maaf

Dibandingkan pada teman atau rekan kerja, mengakui kesalahan dan meminta maaf pada anggota keluarga sering kali terasa lebih sulit untuk dilakukan.

Padahal, sikap tersebut justru bisa membuat masalah dalam keluarga menjadi berkepanjangan.

Oleh karena itu, cobalah memahami seberapa besar tindakan Anda membuat orang lain sakit hati, marah, dan kecewa. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.

5. Sampaikan niat untuk memperbaiki situasi

Karena satu dan lain hal, permintaan maaf mungkin tidak cukup untuk memperbaiki suatu kesalahan.

Dalam kondisi ini, sudah sewajarnya bagi pelaku menawarkan solusi untuk memperbaiki situasi dan mencegah masalah serupa terulang kembali di dalam keluarga.

Dengan menyampaikan niat tulus untuk memperbaiki situasi, keseriusan Anda dalam menyelesaikan masalah akan terlihat.

Namun, hindari memberikan janji-janji yang tidak konkret karena ini dapat menjadi masalah baru ketika janji tersebut tak terwujud di kemudian hari.

6. Buat kesepakatan satu sama lain

masalah rumah tangga

Kesepakatan dapat membantu mencegah masalah keluarga yang sama kembali terulang di masa depan. Rundingkan konsekuensi apa saja yang akan diambil ketika masalah yang sama terjadi lagi.

Pastikan bahwa setiap pihak keluarga yang terlibat masalah menyetujui kesepakatan tersebut.

Jika ada hal yang masih belum disetujui, minta kembali usulan hingga akhirnya disepakati jalan tengah terbaik untuk semua pihak.

7. Ikuti konseling

Konseling pernikahan atau keluarga merupakan solusi terakhir yang bisa menjadi pilihan ketika Anda benar-benar merasa sudah tidak mampu menyelesaikan permasalahan.

Tenaga ahli, seperti psikolog dan psikiater dapat menjadi pihak yang netral untuk mencari jalan tengah.

Dalam konseling, terapis umumnya akan mengajak Anda mempelajari sejumlah kemampuan, seperti penyelesaian masalah, komunikasi dengan pasangan, hingga perbedaan antar anggota keluarga.

Namun, perlu diingat bahwa kunci utama keberhasilan konseling adalah keinginan kuat masing-masing individu dalam menyelesaikan masalah.

Berbagai cara penyelesaian konflik di atas mungkin memberikan hasil yang berbeda pada setiap orang. Sebab, keberhasilan penyelesaian konflik bisa didasarkan pada berbagai hal, seperti penyebab pertengkaran, watak masing-masing individu, serta niat untuk menyelesaikan konflik.

Jika Anda mulai kewalahan untuk menyelesaikan konflik dalam keluarga, jangan sungkan meminta bantuan psikolog atau psikiater. Penyelesaian masalah sedini mungkin dapat mencegah masalah Anda semakin besar.

Kesimpulan

  • Setiap ada masalah dalam keluarga, usahakan untuk segera menghadapinya. Jika tidak, kondisi ini bisa berlarut dan memicu masalah lain atau bahkan perpisahan.
  • Ketika menyelesaikan konflik, usahakan untuk tetap berempati dan mau mendengarkan pendapat dari masing-masing pihak yang terlibat.
  • Ketika semua pihak sudah menyampaikan pendapatnya, coba cari jalan tengah yang disetujui bersama. Pastikan pihak yang bersalah mau berkomitman dan siap menanggung ganjaran tertentu jika mengingkarinya.
  • Pertimbangkan untuk pergi ke konselor pernikahan jika berbagai cara di atas tidak bisa mengatasi masalah rumah tangga Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Resolving family and business conflicts | Ag decision maker. (n.d.). Iowa State University Extension and Outreach Home. Retrieved 17 June 2025, from https://www.extension.iastate.edu/agdm/wholefarm/html/c4-74.html 

Family conflict. (n.d.). Better Health Channel – Better Health Channel. Retrieved 17 June 2025, from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/family-conflict

Family conflict is normal; It’s the repair that matters. (n.d.). Greater Good. Retrieved 17 June 2025, from https://greatergood.berkeley.edu/article/item/family_conflict_is_normal_its_the_repair_that_matters

Smith, M. (2018, November 2). Dealing with difficult family relationships. HelpGuide.org. Retrieved 17 June 2025, from https://www.helpguide.org/articles/relationships-communication/dealing-with-difficult-family-relationships.htm

Versi Terbaru

19/06/2025

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi.


Artikel Terkait

7 Kunci Atasi Masalah Rumah Tangga Tanpa Bertengkar

7 Rahasia Menghindari Perceraian dalam Rumah Tangga


Ditinjau oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro · Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Diperbarui 19/06/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan