Batas usia nikah di Indonesia yang diatur dalam Pasal 7 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1974, menyebutkan ketentuan minimal usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang melakukan pernikahan dini di bawah usia yang telah ditetapkan pemerintah. Pernikahan dini ini dilarang karena dapat merugikan mental maupun fisik kedua pasangan. Apa saja bahaya akibat pernikahan dini untuk kesehatan?
Apa penyebab seseorang melakukan pernikahan dini?
Pernikahan dini, menurut UNICEF (United Nations Children’s Fund), masih dilakukan karena beberapa faktor. Faktor yang memengaruhinya antara lain:
- Kemiskinan.
- Tingkat pendidikan yang rendah.
- Anggapan bahwa menikah adalah sumber rezeki untuk mendapatkan uang.
- Anggapan bahwa menikah bisa menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.
- Norma sosial.
- Hukum adat dan agama.
- Aturan hukum pernikahan yang kurang tegas.
Pada pernikahan kedua mempelai yang masih berusia remaja, yang paling dirugikan sebenarnya adalah pihak perempuan. Pasalnya, pernikahan dini ini akan mengorbankan perkembangan fisik atau mungkin juga mental wanita. Hamil terlalu muda dan berhenti sekolah bisa membatasi kesempatan wanita untuk berkarier. Pernikahan dini juga meningkatan risiko adanya kekerasan dalam rumah tangga.
Bahaya pernikahan dini dari segi kesehatan fisik
Hamil di usia sangat muda dapat meningkatkan risiko kesehatan pada wanita dan bayinya. Hal ini karena sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil dan melahirkan. Anda yang masih sangat muda masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan, sehingga jika hamil, pertumbuhan dan perkembangan tubuh akan terganggu. Umumnya, ada empat kondisi kehamilan yang sering muncul akibat pernikahan dini, yaitu:
1. Tekanan darah tinggi
Hamil di usia sangat muda memiliki risiko yang tinggi terhadap naiknya tekanan darah. Seseorang bisa saja menderita preeklampsia, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urin, dan tanda kerusakan organ lainnya. Pengobatan harus dilakukan untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, tetapi secara bersamaan hal ini juga dapat mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan.
2. Anemia
Hamil di usia remaja juga dapat menyebabkan anemia saat kehamilan. Anemia ini disebabkan karena kurangnya zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Itu sebabnya, untuk mencegah hal ini, ibu hamil dianjurkan untuk rutin mengonsumsi tablet tambah darah setidaknya 90 tablet selama masa kehamilan.
Anemia saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan kesulitan saat melahirkan. Anemia yang sangat parah saat kehamilan juga dapat berdampak pada perkembangan bayi dalam kandungan.
3. Bayi lahir prematur dan BBLR
Kejadian bayi lahir prematur meningkat pada kehamilan di usia sangat muda. Bayi prematur ini pada umumnya mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) karena sebenarnya ia belum siap untuk dilahirkan (di usia kurang dari 37 minggu kehamilan). Bayi prematur berisiko untuk menderita gangguan sistem pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya.
4. Ibu meninggal saat melahirkan
Menurut National Health Service, perempuan di bawah usia 18 tahun yang hamil dan melahirkan berisiko mengalami kematian saat persalinan. Pasalnya, di usia belia ini tubuh mereka belum matang dan siap secara fisik untuk melahirkan. Selain itu, panggul mereka yang sempit karena belum berkembang sempurna juga dapat menjadi penyebab bayi meninggal saat dilahirkan.
Terdapat banyak masalah kesehatan lain saat hamil dan melahirkan di usia remaja
Secara fisik, usia anak atau remaja yang melahirkan berisiko mengalami kematian saat melahirkan dan sangat rentan terhadap cedera terkait kehamilan, seperti fistula obstetrik.
Tak hanya itu, perempuan remaja yang telah menikah pun kerap mendapatkan tekanan sosial. Salah satunya adalah mengenai telah berhasil hamil atau belum. Tak jarang ini juga dijadikan sebagai ajang membuktikan kesuburan diri di kalangan masyarakat.
Selain itu, bila menikah dengan suami yang lebih tua, ini bisa menyulitkan perempuan untuk menyatakan keinginan mereka dalam berhubungan seks. Terutama ketika ingin mendapatkan kepuasan dalam berhubungan seks dan rencana menggunakan KB.
Akibatnya, para perempuan lebih cenderung mengalami kehamilan awal yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jangka panjang dan dalam beberapa kasus bahkan menyebabkan kematian.
Bahaya pernikahan dini dari segi kesehatan mental
Kasus pernikahan usia dini ini umumnya sering menyebabkan terganggunya kesehatan psikis atau mental wanita. Salah satu ancamannya adalah wanita muda rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan mereka tidak memiliki pengetahuan bagaimana caranya terbebas dari kekerasan itu.
Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi dalam pernikahan dini karena belum siapnya mental dari kedua pasangan yang menikah untuk menghadapi masalah-masalah yang muncul. Selain istri yang mengalami kekerasan, anak di dalam pernikahan dini ini juga berisiko menjadi korban kekerasan rumah tangga.
Ditemukan fakta, bahwa anak-anak yang menjadi saksi mata kasus kekerasan di rumahnya akan tumbuh besar dengan mengalami kesulitan belajar dan memiliki keterampilan sosial yang terbatas. Mereka juga kerap menunjukkan perilaku nakal atau berisiko menderita depresi, PTSD, atau gangguan kecemasan yang berat.
Parahnya lagi, dampak ini akan paling berat dirasakan oleh anak-anak yang masih berusia sangat belia. Penelitian dari UNICEF juga menunjukkan bahwa KDRT lebih umum terjadi di rumah dengan anak-anak kecil daripada anak-anak remaja atau yang lebih tua.
Bagaimana cara cegah bahaya pernikahan dini?
Untuk mencegah bahaya kesehatan akibat pernikahan dini, pendidikan bisa menjadi salah satu hal yang berperan penting. Pendidikan dapat memperluas wawasan anak dan remaja serta membantu meyakinkan mereka bahwa menikah haruslah dilakukan di saat dan usia yang tepat. Menikah bukanlah sebuah paksaan dan juga bukan sebuah jalan untuk terbebas dari kemiskinan.
Pendidikan juga semata-mata bukan hanya untuk pintar dalam mata pelajaran saja. Pendidikan dapat menambah wawasan anak untuk bisa terampil dalam hidup, mengembangkan karier, dan cita-cita. Hal yang paling penting, pendidikan dapat memberi informasi mengenai tubuh dan sistem reproduksi diri sendiri ketika nanti akan menikah.