“Jauh di mata tapi dekat di hati.” Begitu kata orang-orang pejuang hubungan jarak jauh alias long distance relationship (LDR). Sayangnya kenyataan tak selalu berkata demikian. Di tengah banyak kisah sukses yang menginspirasi, tidak sedikit pula pasangan sejoli yang terpaksa harus bubar di tengah jalan akibat LDR. Nah jika saat ini Anda sedang kalut memikirkan lebih baik putus atau terus bertahan karena akan harus LDR dengan kekasih, coba pertimbangkan dulu beberapa hal ini.
Sudah siap harus LDR dengan pacar?
Semakin canggih teknologi zaman sekarang, masalah jarak dan waktu seharusnya tidak lagi menjadi batu kerikil dalam kehidupan asmara Anda. Anda bisa saling melepas rindu lewat pesan teks atau videocall meski terpisah ribuan kilometer jauhnya dari si pacar. Namun, Anda mungkin juga tengah dilanda dilema bayang-bayang masalah komitmen dan saling percaya.
Maka sebelum “ketok palu” untuk putus atau lanjut terus saat harus LDR, coba, deh, tanyakan empat hal ini pada diri sendiri dan si pacar.
1. Siap sedia waktu dan materi?
Saat sudah terpisah jarak, kencan di akhir pekan sudah tidak lagi bisa jadi kebiasaan. Jangankan bertemu seminggu sekali, keinginan bertemu sebulan sekali pun belum tentu terkabulkan.
Mengatur jadwal untuk bertemu pasangan bisa Anda sesuaikan dengan jadwal masing-masing. Namun saat harus LDR yang harus Anda atur bukan hanya masalah waktu dan hari, tapi juga berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Jika jaraknya masih terhitung cukup dekat, perjalanan mungkin bisa ditempuh dengan mobil atau transportasi darat lainnya. Nah, bagaimana bila sudah beda benua dan zona waktu? Untuk menyempatkan bertemu, Anda berdua tentu harus rela menabung demi biaya perjalanan dan akomodasi selama di tempat tujuan.
2. Sanggup untuk tidak selalu nempel dengan pacar?
Selain komunikasi, apa lagi yang mendukung hubungan tetap awet tahan lama? Jawabannya adalah kedekatan satu sama lain. Semua orang tentu ingin lebih sering menghabiskan waktu bersama pasangannya. Mulai dari makan malam bersama, menonton film di bioksop, atau melakukan hal romantis lainnya.
Bagi pasangan LDR, menjalin kedekatan fisik dengan satu sama lain tentu bukan hal yang mudah. Meski bisa bertemu tatap muka secara virtual lewat ponsel, kedekatan yang dirasakan tetap akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan bertemu langsung.
Anda tidak bisa membelai rambutnya, mencium bau harum tubuhnya, atau sekadar menghapus air mata pasangan ketika ia bersedih. Satu-satunya cara untuk melepas kerinduan Anda saat itu adalah menatapnya wajahnya lekat dan mendengar suaranya yang menenangkan.
3. Punya modal sabar dan percaya yang tinggi?
Tidak semua hubungan LDR berakhir dengan perpisahan. Kunci utamanya adalah Anda dan pasangan harus sama-sama sabar dan percaya dengan satu sama lain.
Anda mungkin jadi lebih gampang curiga saat pasangan tidak menjawab chat atau menolak ajakan video call Anda sewaktu-waktu, atau malah cemburu buta dan overprotektif saat melihat si dia mengunggah foto di sosmed-nya bersama orang lain. Semua reaksi ini lumrah dan bisa saja dialami oleh orang yang kalem sekali pun, mengingat tingginya harapan untuk menghabiskan waktu bersama.
Maka untuk menghindari cekcok yang nantinya akan lebih sulit dipadamkan karena terhalang jarak dan waktu, ada baiknya Anda berdua mulai tentukan batasan atau aturan pacaran sedari awal.
4. Sudah pikirkan masa depan masing-masing?
Hubungan yang Anda rajut dengan pasangan tentu harus berkembang bukan? Artinya, Anda dan pasangan dapat berkomitmen dan membawa hubungan tersebut ke jenjang yang lebih serius. Sayangnya, LDR kerap kali membuat pandangan Anda terhadap hubungan jadi kurang realistis.
Jika memang jarak masalahnya, Anda dan pasangan harus membicarakan hal ini lebih dalam. Apakah Anda yang harus pindah mengikuti ke mana pasangan Anda pergi atau sebaliknya. Meski begitu, memilih di antara keduanya juga perlu pertimbangan yang matang baik untuk masa depan diri Anda sendiri dan masa depan pasangan.
Menjalin hubungan LDR adalah sebuah tantangan. Anda dan pasangan boleh saja menghadapi tantangan tersebut atau memilih mundur sebelum ada yang tersakiti, jika itu adalah yang sama-sama diinginkan.