backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Jenis-jenis Tes Depresi dan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Jenis-jenis Tes Depresi dan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis

    Depresi tidak hanya terjadi pada kalangan atau golongan usia tertentu. Hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan penyakit depresi bisa mulai terjadi pada usia remaja, yakni 15-24 tahun dengan prevalensi sebesar 6,2 persen. Pola prevalensi ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Nah, untuk mengetahui apakah Anda mengalami depresi atau tidak, Anda bisa mengikuti tes khusus dan pemeriksaan dari dokter. Yuk, cari tahu pada ulasan berikut.

    Tes untuk mendiagnosis depresi

    Depresi adalah gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus merasa sedih dan kehilangan minat pada aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Tidak hanya orang dewasa, penyakit mental ini juga bisa menyerang anak, remaja, hingga orang lanjut usia.

    Jika sudah terkena dan tidak mendapatkan perawatan, keselamatan jiwa penderitanya bisa terancam. Mereka mungkin akan terjerumus pada perilaku kompulsif yang menyebabkan kecanduan, usaha untuk melukai diri sendiri hingga percobaan bunuh diri.

    Sebagai tindakan deteksi dini dari deperesi, pemerintah telah mengembangkan tes depresi online yang bisa Anda ikuti secara mandiri. Nah, tes yang disediakan pemerintah ini umumnya terbagi menjadi dua bentuk, yakni:

    Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15)

    Geriatric depression scale 15 atau skala depresi geriatrik 15 adalah tes yang berisi kuesioner sebanyak 15 buah pertanyaan sebagai sebuah metode penapisan depresi pada orang dengan usia lanjut.

    Anda hanya perlu menjawab “iya” atau “tidak” setiap pertanyaan yang diajukan. Contoh pertanyaanya, seperti “Apakah Anda cukup puas dengan hidup Anda saat ini?” atau “Apakah Anda merasa hidup Anda hampa?”.

    Selain untuk mengetahui apakah seseorang berpotensi mengalami depresi atau tidak, tes ini juga digunakan untuk mengevaluasi keparahan penyakit yang diidap.

    Pada orang yang kesehatan mentalnya tidak bermasalah, mengisi kuesioner tidak akan memakan waktu lama. Akan tetapi, bagi orang yang memang merasa dirinya mengalami depresi, mengisi kuesioner ini mungkin membutuhkan waktu lama.

    Ketentuan dari hasil tes depresi ini adalah:

    • Total nilai 0-4, Anda dinyatakan normal.
    • Total nilai 5-9, Anda dinyatakan mengidap depresi ringan.
    • Kemudian, untuk total nilai 10-15, Anda dinyatakan mengidap depresi parah.

    Self Reporting Questionnaire 20

    Self-Reporting Questionnaire (SRQ) adalah tes berupa pengisian kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) untuk skrining gangguan mental, salah satunya depresi. Pertanyaan yang diajukan meliputi berbagai keluhan yang mungkin dialami selama 30 hari terakhir.

    Selain tes depresi, serangkaian tes diagnosis juga diperlukan

    dokter

    Mengetahui Anda mengalami depresi atau tidak, tidak hanya mengandalkan hasil tes mandiri saja. Pasalnya, Anda tidak boleh melakukan “self diagnosis” atau mendiagnosis penyakit dengan asumsi diri sendiri setelah melihat hasil tes mandiri.

    Anda perlu memastikan diri ke dokter, psikolog, atau psikiater. Lewat pemeriksaan ke ahlinya juga, Anda bisa akan mendapat mempertimbangkan apakah Anda hanya perlu minum obat-obatan untuk mengatasi depresi saja atau sekaligus menjalani psikoterapi.

    Berikut ini adalah tes pemeriksaan yang biasanya dokter rekomendasikan untuk menegakkan diagnosis depresi.

    1. Pemeriksaan fisik

    Dokter Anda mungkin melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan kesehatan Anda. Dalam beberapa kasus, depresi dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik atau mungkin sudah menyebabkan masalah kesehatan lain.

    Dilansir dari Mayo Clinic, depresi atau stres berat dapat menyebabkan penyakit jantung, obesitas, atau penyakit diabetes. Itulah sebabnya, dokter akan mengukur berat badan, tekanan darah, denyut jantung, dan kadar gula dalam tubuh.

    Jika lewat pemeriksaan, terdeteksi masalah kesehatan lain, Anda harus menjalani pengobatan kombinasi. Ini dilakukan agar salah satu penyakit tidak bertambah parah dan kualitas hidup pasien tetap membaik.

    2. Evaluasi psikiatri

    Pada tes depresi ini, dokter ahli kejiwaan akan mengenai gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku Anda. Anda juga mungkin akan diminta untuk mengisi kuesioner. Beberapa gejala depresi yang mungkin ditunjukkan dan perlu Anda laporkan pada dokter, di antaranya:

    • Terus merasakan sedih, menangis tanpa sebab, merasa hampa atau putus asa.
    • Mudah marah dan tersinggung, bahkan karena hal-hal kecil.
    • Hilang minat atau kesenangan dalam sebagian besar atau semua aktivitas normal, seperti seks, hobi, atau olahraga.
    • Timbul gangguan tidur, termasuk insomnia atau terlalu banyak tidur.
    • Sering merasa kelelahan dan kekurangan energi, sehingga tugas-tugas kecil membutuhkan usaha ekstra.
    • Depresi membuat berat badan menurun atau sebaliknya meningkat karena nafsu makan berubah.
    • Kecemasan, agitasi atau kegelisahan.
    • Kemampuan berpikir, berbicara atau gerakan tubuh jadi melambat.
    • Terpaku pada kegagalan masa lalu atau menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berharga.
    • Kesulitan berpikir, berkonsentrasi, mebuat keputusan, dan mengingat sesuatu
    • Sering memikirkan kematian secara berulang, melukai diri sendiri dan ada pikiran untuk bunuh diri.
    • Berbagai masalah fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti sakit punggung atau sakit kepala.

    Lewat tes depresi ini, dokter dapat menentukan keparahan penyakit sekaligus pengobatan yang tepat.

    3. Tes laboratorium

    Beberapa gejala yang disebutkan di atas, tidak hanya mengarah pada penyakit depresi saja. Gangguan pada suasana hati juga kerap kali menyerang orang dengan masalah tiroid. Oleh karena itu, untuk menyingkirkan masalah kesehatan ini dengan melakukan tes laboratorium, yakni tes darah.

    Tes ini akan menghitung jumlah darah atau menguji tiroid Anda untuk memastikannya berfungsi dengan baik.

    4. Pengamatan gejala dengan PPDGJ

    Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental/DSM) adalah pegangan yang digunakan oleh para profesional perawatan kesehatan di Amerika Serikat dan sebagian besar dunia sebagai panduan untuk mendiagnosis penyakit mental.

    DSM berisi deskripsi, gejala, dan kriteria lain untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan. Indonesia sendiri memiliki Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang digunakan sebagai buku panduan dalam mendiagnosis gangguan kejiwaan.

    Dokter akan mengevaluasi lebih dalam kondisi pasien dengan panduan ini untuk membantu menentukan masalah mental mana yang diidap pasien.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan