Bagi kebanyakan orang, cinta adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Namun, bagi orang-orang dengan philophobia, perasaan ini menjadi sesuatu yang menakutkan. Lantas, mengapa ada orang yang takut jatuh cinta? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Apa itu philophobia?
Philophobia adalah fobia terhadap cinta. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari “philos” yang berarti cinta dan “phobos” yang artinya rasa takut.
Orang yang mengalami philophobia akan merasa sangat cemas dan takut untuk membuka hati serta menerima cinta dari orang lain.
Sebagian orang mungkin memiliki keraguan atau ketakutan dalam asmara. Namun, rasa takut yang timbul tidak sampai menghalangi mereka untuk jatuh cinta pada kemudian hari.
Ini berbeda dengan pengidap fobia jatuh cinta. Ketakutan mereka sangatlah ekstrem dan tidak masuk akal, terutama saat rasa cinta mulai tumbuh dalam dirinya.
Gagasan untuk merasakan cinta membuat mereka sangat ketakutan dan cemas. Hal ini membuat mereka mustahil menjalin dan memiliki hubungan romantis yang langgeng.
Ciri-ciri orang dengan philophobia
Orang-orang dengan philophobia mungkin menunjukkan tanda dan gejala yang berbeda, tergantung dari tingkat keparahan fobia yang mereka alami.
Gejala tersebut tidak hanya muncul bila Anda sedang mulai dekat dengan lawan jenis, tapi juga saat Anda hanya memikirkan tentang jatuh cinta.
Fobia termasuk ke dalam gangguan kecemasan. Seperti jenis gangguan kecemasan lainnya, gangguan ini pun dapat menimbulkan gejala emosional serta fisik.
Secara umum, beberapa ciri emosional pada orang yang punya rasa takut berlebihan terhadap cinta adalah sebagai berikut.
- Sering menjauh dan menghindari kontak dengan lawan jenis.
- Memiliki rasa takut dan cemas yang tidak masuk akal terhadap cinta.
- Mudah merasa panik saat mulai merasakan ketertarikan dengan orang lain.
- Memilih untuk tidak menjalin hubungan asmara sama sekali.
Sementara itu, beberapa gejala fisik yang berkaitan dengan philophobia adalah sebagai berikut.
- Pusing.
- Mulut kering.
- Detak jantung cepat dan tidak beraturan.
- Kesulitan bernapas dengan tenang.
- Mendadak mual dan ingin muntah.
- Badan gemetar atau tremor yang ekstrem.
- Keluar keringat berlebih saat tidak melakukan aktivitas berat.
Orang-orang yang memiliki fobia biasanya sadar dengan gejala fobia yang mereka rasakan. Akan tetapi, mereka tidak mampu mengendalikan perasaannya tersebut.
Penyebab philophobia
Philophobia termasuk ke dalam jenis fobia spesifik atau sederhana yang membuat seseorang memiliki rasa takut berlebihan terhadap benda, situasi, maupun kegiatan tertentu.
Rasa takut untuk jatuh cinta dapat muncul akibat peristiwa traumatis, pengalaman tidak menyenangkan saat masa kanak-kanak, dan bahkan faktor genetik.
Berikut merupakan beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda untuk mengalami fobia ini.
1. Hubungan tidak harmonis sebelumnya
Philophobia bisa berkembang setelah Anda mengalami trauma dalam hubungan sebelumnya, seperti perceraian orang tua pada anak-anak atau perselingkuhan pada orang dewasa.
2. Takut ditolak atau ditinggalkan
Adanya perasaan takut akan penolakan atau sakit hati karena ditinggal orang tersayang bisa menyebabkan kecemasan terhadap kemungkinan yang sama pada masa mendatang.
3. Mengidap fobia lainnya
Cukup wajar bila Anda memiliki lebih dari satu jenis fobia. Orang yang fobia jatuh cinta bisa juga takut pada komitmen (gamophobia) atau takut disakiti orang tersayang (pistanthrophobia).
4. Faktor genetik dan keturunan
Dikutip dari Cleveland Clinic, risiko fobia lebih tinggi pada wanita. Gangguan ini juga mungkin berkaitan dengan perubahan gen yang membuat seseorang lebih rentan mengalami fobia.
Komplikasi philophobia
Mintalah bantuan ahli kesehatan mental bila Anda makin terbebani dengan gangguan mental ini. Jika tidak ditangani, fobia jatuh cinta bisa meningkatkan risiko komplikasi, seperti: - isolasi sosial,
- depresi dan gangguan kecemasan,
- penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, hingga
- pikiran atau keinginan untuk bunuh diri.
Penanganan philophobia
Fobia berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari orang yang memilikinya. Meski begitu, kondisi ini tetap bisa disembuhkan dengan perawatan yang tepat.
Pilihan perawatan fobia spesifik bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Hal ini dapat melibatkan terapi psikologi, obat-obatan, hingga perubahan gaya hidup.
1. Terapi psikologi
Terapi kognitif perilaku dan terapi desensitisasi merupakan dua jenis terapi psikologi yang paling sering disarankan untuk orang yang mengalami fobia.
Ahli kesehatan mental, termasuk psikolog atau psikiater, akan mengajak Anda mengenali dan mengatasi akar masalah yang menyebabkan munculnya rasa takut berlebihan untuk jatuh cinta.
Selain itu, Anda juga akan diminta untuk menghadapi sumber ketakutan secara bertahap, misalnya dengan beberapa langkah berikut ini.
- Terapis akan mengajarkan Anda cara melakukan teknik relaksasi untuk mengatasi gejala yang muncul, seperti meditasi dan pernapasan dalam.
- Secara bertahap, terapis akan memaparkan Anda mengenai gagasan akan jatuh cinta.
- Jika Anda sudah bisa menghadapi ketakutan, terapis akan mendorong Anda untuk merasa nyaman dan menerima cinta dalam kehidupan nyata.
2. Pemberian obat-obatan
Dalam beberapa kasus, psikiater atau dokter spesialis kejiwaan akan meresepkan obat-obatan untuk mengatasi fobia yang disertai dengan gangguan lain, misalnya depresi dan kecemasan.
Penggunaan obat antidepresan dan antiansietas ini bertujuan untuk meredakan gejala sehingga Anda bisa merasa nyaman selama beraktivitas.
3. Perubahan gaya hidup
Umumnya, Anda juga akan disarankan untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat, misalnya dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara rutin.
Anda juga akan diminta untuk mencari dukungan orang terdekat, termasuk teman dan keluarga, untuk membantu Anda menghadapi ketakutan.
Philophobia bukanlah akhir bagi Anda untuk merasakan cinta yang tulus. Perawatan yang tepat bisa membuka pintu untuk hubungan yang lebih berarti ke depannya.
Kesimpulan
- Philophobia adalah perasaan takut berlebihan dan tidak masuk akan pada jatuh cinta.
- Kondisi ini mungkin disebabkan oleh pengalaman traumatis, ketakutan untuk ditolak atau ditinggal pasangan, hingga fobia lainnya.
- Penanganan terhadap rasa takut berlebih untuk jatuh cinta melibatkan berbagai pendekatan, termasuk terapi psikologi, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup.
- Jika Anda mengalami serangan panik dan kecemasan terus-menerus akibat takut jatuh cinta, sebaiknya berkonsultasilah dengan psikolog atau psikiater.