backup og meta

Perbedaan Fobia dan Ketakutan Biasa yang Sering Dikira Sama

Perbedaan Fobia dan Ketakutan Biasa yang Sering Dikira Sama

Banyak orang mengira bahwa rasa takut dan fobia merupakan kondisi yang sama. Bahkan, ada beberapa mengakui ketakutannya sebagai fobia tanpa mengetahui lebih dalam tentang kondisi tersebut. Padahal, terdapat perbedaan antara fobia dan ketakutan biasa. Apa sajakah itu?

Perbedaan fobia dan ketakutan biasa

Fobia dan rasa takut merupakan dua hal yang sering kali dianggap sama, tetapi sebenarnya berbeda.

Perbedaan yang paling terlihat dari fobia dan rasa takut biasa terletak pada cara menanggapi dan bagaimana keduanya bisa muncul dalam diri Anda. Berikut ini penjelasannya.

1. Perbedaan definisi

takut berhubungan intim

Ketakutan adalah hal yang wajar dan merupakan bagian dari diri manusia.  Sejak lahir, manusia mempunyai naluri bertahan hidup yang diperlukan untuk merespons bahaya.

Perasaan tidak aman akibat hadirnya bahaya inilah yang memunculkan rasa takut pada diri seseorang. 

Meskipun bukan termasuk emosi positif, rasa takut membantu melindungi diri dengan membuat Anda lebih waspada serta lebih berhati-hati atau bersiap untuk menghadapinya.

Sementara itu, fobia adalah salah satu jenis gangguan kecemasan ketika pengidapnya merasa ketakutan terus-menerus secara berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. 

Objek yang ditakuti terkadang tidaklah berbahaya. Maka dari itu, fobia kerap dianggap sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.

2. Perbedaan gejala yang muncul

Salah satu perbedaan fobia dan ketakutan biasa adalah gejala yang timbul saat berhadapan dengan objek yang ditakuti. 

Tak hanya memengaruhi kondisi psikologis, fobia juga bisa memberikan dampak secara fisik.

Saat merasa gugup dan takut, terkadang orang-orang mengalami gejala fisik, seperti jantung berdebar-debar atau keringat dingin. 

Namun, gejala-gejala tersebut akan terasa lebih parah pada orang-orang yang memiliki fobia.

Beberapa contoh gejala fobia dari segi fisik yakni sesak napas, nyeri dada, pusing, dan mual. Bahkan, tidak sedikit juga yang sampai pingsan.

Seberapa umum fobia?

Fobia atau rasa takut yang berlebihan dan tidak masuk akal adalah kondisi yang lumrah terjadi. Sebuah studi dalam jurnal Psychological Medicine (2017) menemukan 2,6–12,5% orang di berbagai negara mengidap fobia spesifik pada suatu waktu di dalam hidupnya.

3. Perbedaan respons terhadap objek yang ditakuti

terapi ke psikolog

Respons yang muncul ketika Anda berdekatan dengan objek yang ditakuti juga akan berbeda. Pada ketakutan biasa, kondisi psikis Anda tidak akan terlalu terpengaruh.

Berhadapan dengan objek atau situasi yang menakutkan tetap bisa membuat Anda merasa tak nyaman. Namun, Anda masih bisa mengatasi rasa takut tersebut. 

Contohnya, ketika takut naik pesawat, Anda akan menenangkan diri dengan membaca buku di pesawat atau berdoa sebelum terbang.

Sementara bila Anda mengidap fobia, respons yang muncul mungkin lebih ekstrem, misalnya tubuh berkeringat, gemetar, atau menangis hebat saat penerbangan mengalami turbulensi.

Anda bisa jadi tidak mau naik pesawat sama sekali. Anda bahkan bisa saja berusaha menghindari bepergian dan membatalkan perjalanan bila tidak ada transportasi alternatif selain pesawat.

4. Fobia dapat muncul tanpa pemicu

Perbedaan lain yang cukup mencolok antara fobia dan ketakutan biasa adalah bagaimana cara kedua kondisi ini muncul.

Normalnya, ketakutan baru muncul ketika Anda berhadapan dengan objek atau situasi yang ditakuti. 

Di sisi lain, orang-orang yang fobia bisa merasa cemas berlebihan tanpa harus berhadapan dengan objek yang ditakuti.

Bahkan, dengan memikirkannya saja, seseorang dengan fobia dapat bereaksi atau mengalami gejala-gejala yang biasa terjadi ketika mereka ketakutan.

Bagaimana cara mengatasi fobia?

Selain memahami perbedaan fobia dan ketakutan biasa, Anda tentu juga perlu mengetahui cara yang tepat untuk mengatasinya.

Rasa takut berlebihan atau fobia dapat Anda atasi dengan melakukan terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT). 

Terapi ini akan membantu Anda mengidentifikasi, memahami, hingga mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan rasa takut berlebihan.

Umumnya, CBT akan digabungkan dengan terapi lain yang bisa membuat pengidap gangguan kecemasan menghadapi ketakutannya tersebut secara bertahap.

Terapi ini akan membantu Anda memahami sejauh mana Anda dapat menghadapi ketakutan serta melatih pemikiran bahwa objek atau situasi tersebut tidak semenyeramkan yang dipikirkan.

Walau hasilnya tidak instan, orang yang mengidap fobia dan menjalani CBT akan mendapatkan manfaatnya bila mereka konsisten dan disiplin selama menjalani terapi.

Kesimpulan

  • Ketakutan adalah respons wajar terhadap bahaya, sedangkan fobia adalah rasa takut berlebihan yang sering kali tidak masuk akal terhadap objek atau situasi tertentu.
  • Gejala fobia lebih parah daripada ketakutan biasa, seperti sesak napas, nyeri dada, dan pingsan saat berhadapan dengan sesuatu yang ditakuti.
  • Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi rasa takut berlebihan.
  • Terapi ini dapat membantu Anda mengidentifikasi dan memahami rasa takut tersebut serta mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan ketakutan berlebihan.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What are anxiety disorders? (2023). American Psychiatric Association. Retrieved July 5, 2024, from https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders

Phobia. (2022). Harvard Health. Retrieved July 5, 2024, from https://www.health.harvard.edu/a_to_z/phobia-a-to-z

Specific phobias. (n.d.). Anxiety and Depression Association of America. Retrieved July 5, 2024, from https://adaa.org/understanding-anxiety/additional-disorders/phobias

Fears and phobias. (n.d.). Nemours KidsHealth. Retrieved July 5, 2024, from https://kidshealth.org/en/teens/phobias.html

Wardenaar, K. J., Lim, C. C. W., Al-Hamzawi, A. O., Alonso, J., Andrade, L. H., Benjet, C., Bunting, B., de Girolamo, G., Demyttenaere, K., Florescu, S. E., Gureje, O., Hisateru, T., Hu, C., Huang, Y., Karam, E., Kiejna, A., Lepine, J. P., Navarro-Mateu, F., Oakley Browne, M., Piazza, M., … de Jonge, P. (2017). The cross-national epidemiology of specific phobia in the World Mental Health Surveys. Psychological medicine, 47(10), 1744–1760. https://doi.org/10.1017/S0033291717000174

American Psychiatric Association. DSM-5 Task Force. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5.

Versi Terbaru

11/07/2024

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

7 Langkah Bijak Menghadapi Anak yang Fobia Sosial

Unik! Ada Orang yang Fobia Ciuman. Apa Sebabnya, Ya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 11/07/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan