backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

"Ups.. Keceplosan!" Memahami Kerja Otak di Balik Keceplosan

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    "Ups.. Keceplosan!" Memahami Kerja Otak di Balik Keceplosan

    Di tahun 1988, George H.W Bush, wakil presiden Amerika Serikat masa itu, berkata: “We’ve had some sex… uh… setbacks.” di mana ia seharusnya memberikan pidato tentang kesuksesan kebijakan pertanian yang ia rampung bersama Presiden Reagan. Lama setelah karir politiknya terukir dalam buku sejarah, hanya keceplosan tragis ini yang diingat oleh masyarakat luas tentang kepemimpinan Bush senior.

    Ada beberapa hal yang benar ingin Anda utarakan, hal-hal yang bisa “dimaafkan” saat tak sengaja kelepasan, dan ada juga hal-hal yang dapat memicu bencana jika sampai terucap kata — yang, suka tidak suka, justru sering keluar dari mulut Anda. Keceplosan. Ini adalah ketakutan terbesar dari setiap pembicara publik.  Tapi apa yang sebenarnya menyebabkan Anda suka kelepasan saat berbicara?

    Keceplosan, tanda maksud hati yang terpendam lama?

    Keceplosan, keseleo lidah, atau kelepasan adalah istilah populer yang digunakan saat ini dalam cara yang komedik ketika seseorang membuat kesalahan saat berbicara. Dalam situasi ini, temang mengobrol atau penonton seringnya “menggoda” si pembicara bahwa kesalahan bicara tersebut sebenarnya adalah apa yang sejujurnya ingin ia utarakan.

    Dalam dunia psikologi, keceplosan disebut juga dengan Freudian slip, yang menggambarkan kesalahan lisan atau memori yang diyakini terkait dengan pikiran bawah sadar. Contoh umumnya termasuk memanggil nama pasangan dengan nama mantan, mengatakan kata yang salah, atau bahkan salah mengartikan kata tertulis atau lisan. Adalah psikoanalis terkenal, Sigmund Freud, yang menggagas teori keceplosan ini.

    “Ada dua faktor yang tampaknya berperan membawa ‘maksud hati’ ke dalam pikiran sadar manusia: pertama, upaya dari perhatian, dan kedua, penentu batin yang melekat pada materi psikis,” ujar Freud dalam bukunya, The Psychopathology of Everyday Life. “Selain sekadar melupakan nama, ada situasi kelupaan lain yang dimotivasi oleh peredaman emosi,” lanjut Freud. Yaitu, keceplosan. Ia menduga bahwa pikiran atau keyakinan yang tidak dapat diterima ditahan dari kesadaran, dan momen-momen “tergelincir” inilah yang membantu Anda menyadari dan mengungkapkan isi hati Anda yang sebenarnya.

    Meski Freud menyampaikan banyak makna tersembunyi di balik alasan kita kelepasan saat berbicara, keceplosan tak lain hanyalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. Menurut Very Well, seseorang umumnya membuat satu sampai dua kesalahan untuk setiap 1.000 kata yang mereka katakan. Jumlah ini berkisar antara 7-22 keceplosan lisan rata-rata setiap hari, tergantung pada berapa banyak seseorang berbicara. Jika Freud benar, maka kita masing-masing adalah sebuah bom waktu yang menunggu untuk meledak.

    Bagaimana proses terjadinya keceplosan?

    Pakar kognitif Gary Dell, profesor linguistik dan psikologi di University of Illinois, dilansir dari Psychology Today menyatakan bahwa keceplosan lidah menunjukkan kapasitas seseorang untuk menggunakan bahasa dan komponennya. Dell berpendapat, konsep, kata-kata, dan suara saling berhubungan dalam tiga jaringan di otak — semantik, leksikal, dan fonologi — dan cara bercakap muncul dari interaksi ketiganya. Tapi sesekali, jaringan otak ini, yang beroperasi melalui proses yang disebut “aktivasi penyebaran,” sering tersandung satu sama lain (akibat konsep kata yang mirip, pelafalan yang rancu, asosiasi antar kata yang mirip, atau hanya ‘eror’ otak belaka). Hasilnya adalah keseleo lidah. Dan ini, ia percaya, adalah hal yang baik. Sebuah sistem produksi-bahasa yang rawan kesalahan memungkinkan untuk produksi kata-kata baru. Kelepasan berbicara adalah bukti utama fleksibilitas bahasa, bukti ketangkasan besar dari pikiran manusia.

    Salah satu jenis yang paling umum dari kesalahan bicara yang telah diidentifikasi oleh pakar bahasa adalah apa yang disebut “banalisasi,” penggantian kata yang dimaksudkan oleh salah satu yang salah yang lebih akrab atau sederhana. Ada juga spoonerisme (dinamakan dari pendeta Willam Archibald Spooner yang sering salah ucap), yaitu keceplosan berbicara yang mengakibatkan kita membolak-balik kata dalam kalimat akibat “aktivasi penyebaran” kata dalam otak yang balapan. Maka, jadilah “Kaya pangkal hemat” atau “Sapi suka susu saya”.

    Di tahun 1980-an, psikolog Daniel Wegner berteori bahwa sistem otak yang bertujuan untuk mencegah Anda dari keceplosan mungkin yang menjadi senjata makan tuan. Menurut teorinya, proses bawah sadar terus menjelajahi pikiran kita untuk menjaga keinginan terdalam kita tetap terkunci. Bukannya menahan pikiran itu tetap teredam, bawah sadar justru mengopernya ke otak, menyebabkan Anda untuk memikirkannya dalam keadaan sadar. Maka, hanya tinggal menghitung mundur sebelum Anda benar-benar keceplosan.

    “Ketika kita berpikir tentang sesuatu, kita mengutamakan pilihan kata yang relevan dengan topik itu; mereka sedang dipersiapkan untuk diucap oleh mulut untuk saat-saat kita membutuhkannya,” ujar Michael Motley, psikologis dari University of California Davis, dilansir dari BBC. Dengan setiap tindakan, otak harus mengedit alternatif kata dalam pikiran yang bersaing satu sama lain untuk muncul; saat proses editing gagal, keceplosan terjadi.

    Selain itu, pikiran dapat dipancing oleh umpan yang tepat waktu. Misalnya, saat makan siang bersama teman yang memakai jam tangan biru mengkilap. Anda mungkin secara tidak sadar memanggil pelayan untuk memesan “jam tangan” bukannya “sendok” karena jam tangan miliki teman makan Anda mencuri perhatian Anda. Kelepasan bicara ini, pada esensinya, tidak mewakili keinginan gelap terdalam seperti apa kata Freud, walaupun keceplosan seperti ini mungkin mengekspos sesuatu yang menangkap perhatian kita tanpa kita sendiri sadari.

    Orang yang gugup lebih rentan keceplosan, mereka yang memiliki OCD lebih kebal

    Mayoritas keceplosan lisan tidak lebih dari aktivasi jaringan kemampuan bahasa dan berbicara dalam otak yang salah. Seperti layaknya mata yang berkedut, kesalahan sistem bisa terjadi dan tidak setiap kesalahan memiliki arti mendalam.

    Tapi, setiap orang berbeda dalam kerentanan mereka terhadap keceplosan berbicara. Seperti yang dilaporkan oleh penelitian milik Donald Broadbent dari Cambridge University, dilansir dari NY Times. Beberapa bukti, misalnya, menunjukkan bahwa orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif relatif lebih kebal terhadap keseleo lidah.

    Faktor ini lebih kepada keberhasilan orang tersebut dalam memilah-milih kata dan menekan pilihan kata yang bersaing untuk muncul. Untuk memilih satu tindakan — berbicara, membuat gerakan — pikiran harus secara bersamaan menekan ragam alternatif potensi pilihan yang begitu besar. Ketika pikiran gagal untuk menekan luapan alternatif potensi tindakan, keceplosan terjadi. Mereka yang memiliki OCD, memiliki “pemrograman” yang lebih baik dalam mengendalikan tindakannya.

    Selain itu, fokus adalah faktor penting. Semakin besar perhatian yang Anda tuangkan dalam satu tindakan, semakin kecil kemungkinannya akan ada respon alternatif yang tidak diinginkan. Ketika otak tidak fokus secara optimal, tanggapan alternatif akan lebih mungkin untuk mengisi kekosongan dalam otak yang seharusnya diisi oleh apa yang kita maksudkan, sehingga kita lebih rentan keceplosan.

    Peneliti di Oxford University menemukan bahwa orang yang umumnya gugup membuat lebih banyak kesalahan berbicara. Para peneliti Oxford menafsirkan temuan ini juga dalam hal perhatian, lebih dari penyebab psikodinamik. Mereka mengusulkan bahwa kekhawatiran dari orang yang cemas dan keasyikannya tenggelam dalam diri sendiri bersaing dengan apa pun mungkin sedang ia kerjakan di tangan demi merebut perhatian otak, sehingga membuatnya rentan terhadap kelepasan.

    Terlebih lagi, seseorang yang rentan terhadap satu jenis kesalahan — seperti keceplosan — tampak sama rentannya terhadap segala macam kesalahan sepele lainnya; misalnya, tersandung saat tak ada halang rintangan apapun dan juga melupakan nama. Fakta ini, dalam pandangan peneliti, menunjuk ke sebuah faktor umum mengerahkan pengaruh di semua aspek fungsi mental. Selain itu, semakin cepat Anda berbicara, semakin besar kemungkinannya bahwa jaringan komunikasi otak dari pengolahan kata-kata sebelumnya masih ‘panas’; semakin banyak stimulasi yang dialami oleh jaringan kemampuan wicara, semakin besar peluang Anda untuk bicara keceplosan.

    Benar bahwa beberapa kasus keceplosan mungkin memang mengungkapkan pikiran dan perasaan bawah sadar dari pembicaranya, tetapi dalam banyak kasus lain, kelepasan berbicara hanya masalah salah mengingat, kesalahan bahasa, dan kesalahan remeh lainnya yang tidak perlu dikhawatirkan.

    BACA JUGA:

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan