Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Keratokonus (atau keratoconus) terjadi ketika kornea semakin tipis dan lama-lama menonjol keluar, seperti kerucut. Kornea adalah permukaan mata yang bening yang cembung. Mengerucutnya kornea menyebabkan pandangan kabur dan membuat Anda semakin sensitif terhadap cahaya.
Keratokonus biasanya terjadi pada kedua mata. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang berusia 10-25 tahun. Penyakit ini berkembang pelan-pelan, bisa 10 tahun atau lebih.
Pada tahap awal, penglihatan bisa diperbaiki dengan kacamata atau lensa kontak. Lama-lama Anda butuh lensa kontak dengan material yang kaku, dikenal dengan kontak lensa rigid gas permeable (RGP) atau jenis lensa lainnya.
Kalau kondisi terus memburuk, Anda mungkin membutuhkan transplantasi kornea.
Tanda-tanda dan gejala keratokonus bisa berubah-ubah seiring perkembangan penyakit. Gejala-gejala keratokonus yang mungkin muncul adalah:
Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika ingin bertanya tentang tanda ini, konsultasikanlah kepada dokter.
Periksa ke dokter mata kalau penglihatan Anda terus memburuk, yang mungkin disebabkan oleh mata silindris (astigmatism). Dokter juga mungkin memeriksa gejala-gejala keratoconus pada pemeriksaan mata rutin Anda.
Bila Anda mempertimbangkan operasi LASIK (laser-assisted in-situ keratomileusis) dokter juga akan memeriksa tanda-tanda keratokonus sebelum memulai pembedahan.
Keratokonus terjadi karena serat-serat protein yang bertugas menahan kornea pada tempat dan bentuknya menjadi melemah. Kondisi ini bisa terjadi karena berkurangnya antikoksidan yang melindungi kornea.
Serat protein yang sangat halus di mata tersebut terbuat dari kolagen. Saat serat-serat ini melemah, bentuk dan posisi kornea pun berubah mengerecut ke luar.
Sel-sel kornea menghasilkan zat-zat sisa berbahaya, layaknya knalpot kendaraan. Biasanya, antioksidan akan melawan dan berusaha melindungi serat-serat kolagen. Namun, ketika antioksidannya kurang atau habis, kolagen pun melemah sehingga kornea menonjol ke luar.
Kondisi ini kemungkinan diwariskan dalam keluarga. Bila Anda mengalami keratokonus, periksakan juga mata putra dan putri Anda secara rutin mulai usia 10 tahun.
Kondisi ini berkembang lebih cepat pada orang dengan kondisi medis tertentu, misalnya alergi. Hal ini bisa jadi karena orang yang alergi lebih sering mengucek matanya.
Keratokonus biasanya mulai muncul pada usia remaja. Namun, bisa juga terjadi pada masa kanak-kanak atau pada usia 30 tahun. Kondisi ini mungkin saja dialami orang usia 40 tahun ke atas, tapi sangat jarang.
Perubahan kornea ini bisa terjadi secara cepat atau pelan-pelan. Pandangan Anda akan jadi kabur atau melihat bercak-bercak atau semburat cahaya putih, terutama di malam hari.
Perubahan ini bisa tiba-tiba berhenti, bisa juga terus berkembang selama berpuluh-puluh tahun. Belum ada cara memprediksi perkembangannya.
Dalam kebanyakan kasus, akhirnya kedua mata akan terpengaruh, meskipun tingkat keparahannya belum tentu sama. Namun, biasanya memang munculnya pertama kali hanya di satu sisi mata saja.
Pada kasus keratokonus yang serius, serat-serat kolagen yang rusak ini bisa menyebabkan luka berat. Kalau bagian belakang kornea sampai robek, bisa terjadi pembengkakan selama berbulan-bulan dan meninggalkan bekas luka besar.
Ada beberapa faktor risiko keratokonus, di antaranya adalah:
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter mata Anda akan memeriksa riwayat kesehatan dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan mata. Tergantung pada bentuk kornea Anda, dokter juga mungkin melakukan tes-tes berikut ini.
Pada tes ini, dokter mungkin meminta Anda untuk melihat melalui alat khusus dengan berbagai macam lensa untuk menentukan kombinasi mana yang paling membantu mempertajam penglihatan Anda. Beberapa dokter mungkin menggunakan retinoskop untuk mengevaluasi mata Anda.
Dalam tes ini dokter akan mengarahkan cahaya dengan arah vertikal pada permukaan mata. Setelahnya, dokter akan menggunakan mikroskop untuk memeriksa mata Anda. Mata Anda juga mungkin diberi obat tetes agar pupil melebar sehingga lebih mudah diperiksa.
Dalam tes ini, dokter mata akan mengarahkan cahaya melingkar ke kornea Anda dan mengukur bayangannya guna menentukan bentuk kornea.
Ada beberapa tes komputer, seperti optical coherence tomography dan corneal topography untuk merekam kornea Anda. Dari sini, dokter akan memetakan bentuk serta ketebalan kornea.
Pengobatan yang diberikan akan tergantung pada keparahan kondisi dan seberapa cepat perkembangannya.
Keratoconus yang sedang hingga berat bisa diatasi dengan kacamata atau lensa kontak. Untuk sebagian orang, kornea akan stabil lagi dalam beberapa tahun. Biasanya setelah itu Anda tidak memerlukan perawatan lanjutan.
Sementara itu, bagi beberapa orang lainnya, kornea bisa luka atau jadi susah untuk pakai lensa kontak. Dalam kasus ini, Anda mungkin butuh dioperasi.
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut pilihan pengobatan untuk mengatasi keratokunus:
Kacamata atau lensa kontak bisa memperbaiki gangguan penglihatan pada tahap awal. Namun, Anda mungkin harus sering ganti resep untuk lensanya akibat perubahan kornea.
Selain itu, lensa yang mungkin direkomendasikan dokter adalah:
Lensa kontak yang kaku atau lensa kontak sklera ukurannya harus disesuaikan dulu dengan mata Anda oleh dokter mata.
Anda juga harus rutin periksa apakah ukurannya masih sesuai atau perlu diubah lagi. Lensa kontak yang ukurannya tidak tepat bisa merusak kornea.
Anda mungkin perlu menjalani operasi jika terdapat luka pada kornea, kornea terlalu tipis, tidak bisa menggunakan lensa kontak apa pun, atau penglihatan sudah terlalu terganggu. Operasinya pun berbeda-beda, tergantung pada kondisi Anda.
Operasi bisa dilakukan dengan memasukkan semacam isian plastik kecil yang bening dan berbentuk seperti bulan sabit ke dalam kornea untuk meratakan kerucutnya dan memperbaiki bentuk kornea. Setelah itu isiannya bisa dikeluarkan lagi dari kornea. Akan tetapi, prosedur ini membuat mata Anda rentan terhadap cedera atau infeksi.
Cara lainnya, yaitu dengan transplantasi (cangkok) kornea yang juga disebut keratoplasti. Terutama bagi orang yang korneanya sudah sangat rusak atau tipis. Kornea asli Anda mungkin akan diangkat dan digantikan dengan kornea mata donor.
Biasanya prosedur ini tinggi tingkat keberhasilannya. Akan tetapi, kemungkinan komplikasinya meliputi gangguan penglihatan, mata silindris, infeksi, dan mata Anda menolak kornea baru dari donor.
Pengobatan keratokonus baru, yaitu collagen cross-linking menunjukkan bukti yang menjanjikan bagi orang dengan kondisi ini. Prosedur ini dilakukan dengan obat tetes mata khusus dan penerangan dengan sinar ultraviolet A (UVA) pada jaringan kornea.
Sayangnya, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menguji keamanan dan keampuhan teknik pengobatan yang satu ini.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar