backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bahaya dan Komplikasi yang Mengintai dari Penyakit Glaukoma

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 02/12/2020

    Bahaya dan Komplikasi yang Mengintai dari Penyakit Glaukoma

    Penyakit glaukoma merupakan sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, glaukoma menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf optik di mata sehingga bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera. Apa saja komplikasi dan bahaya yang ditimbulkan dari penyakit glaukoma? Ikuti terus penjelasan lengkapnya di bawah ini.

    Komplikasi utama dari penyakit glaukoma

    mata malas menyebabkan kebutaan

    Ketika seseorang memiliki glaukoma, hal pertama yang biasanya dikhawatirkan adalah kondisi penglihatannya seiring dengan perkembangan penyakit.

    Ya, sudah bukan rahasia lagi kalau komplikasi utama dari glaukoma adalah terganggunya penglihatan, yang bisa berujung pada kebutaan total.

    Pada mata manusia, saraf-saraf optik terdiri dari sel-sel ganglion retina. Sel-sel tersebut berperan penting dalam proses penglihatan manusia. Terdapat sekitar 1 juta sel ganglion retina di setiap mata kita.

    Glaukoma adalah penyakit yang menyerang sel-sel ganglion retina, sehingga sel-sel tersebut mati dan saraf-saraf optik mengalami kerusakan. Biasanya, kerusakan akan memengaruhi penglihatan periferal terlebih dahulu. Penglihatan periferal adalah apa yang mata manusia tangkap di bagian terluar atau pinggir mata.

    Oleh karena itu, kebanyakan pengidap glaukoma tidak menyadari komplikasi ini karena penurunan penglihatan terjadi di bagian terluar mata lebih dulu. Kondisi menurunnya penglihatan periferal ini biasanya terjadi pada glaukoma tingkat ringan dan sedang.

    Akan tetapi, pada tingkat penyakit yang lebih lanjut, kerusakan pasa penglihatan periferal akan semakin parah. Pasien mungkin mulai mengalami kesulitan dalam kegiatan yang memerlukan penglihatan periferal, seperti menyetir atau menyeberang jalan. Lambat laun, glaukoma akan menyebabkan tunnel vision, kondisi ketika pasien seperti melihat dari dalam terowongan yang gelap.

    Seberapa cepat kebutaan akan terjadi?

    Seberapa cepat pasien kehilangan seluruh penglihatannya akan tergantung pada jenis glaukoma yang dialami, waktu ditemukannya penyakit, serta pengobatan yang dijalani.

    Pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka, kebanyakan kasus rusaknya saraf optik terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama. Munculnya gejala-gejala glaukoma dan perkembangan penyakit pun cenderung lebih lambat.

    Ditambah lagi, jika pasien terdiagnosis glaukoma pada tahap awal, kemungkinan ia masih akan memiliki kemampuan penglihatan yang normal dalam waktu yang lebih lama. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pasien tidak akan mengalami komplikasi kebutaan seumur hidupnya, selama mendapatkan pengobatan glaukoma yang tepat.

    Namun, apabila glaukoma ditemukan dokter pada tahap yang sudah cukup parah, peluang pasien untuk mengalami gangguan pada penglihatannya semakin besar. Bila tidak diatasi dengan penanganan medis yang tepat, kebutaan pun mungkin saja terjadi dengan cepat dari waktu ditemukannya.

    Menurut sebuah artikel dari Middle East African Journal of Ophthalmology, situasi ketika pasien sudah mengalami kebutaan total dan tingginya tekanan bola mata tidak terkendali lagi disebut dengan glaukoma absolut. Kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma ini bersifat permanen dan tak bisa dikembalikan oleh terapi atau pengobatan apa pun.

    Namun, Anda mungkin akan tetap mendapatkan pengobatan dari dokter untuk mengurangi rasa sakit akibat tekanan bola mata yang tinggi. Selain itu, Anda mungkin juga akan mendapatkan terapi psikologis sebagai bentuk dukungan pada pasien yang kehilangan penglihatan.

    Komplikasi lainnya akibat operasi glaukoma

    Operasi katarak merupakan pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi katarak.

    Untuk mengatasi glaukoma, operasi juga kerap kali menjadi pilihan jika pengobatan lain tak membuahkan hasil. Meski begitu, operasi glaukoma juga bukan berarti tanpa risiko dan bebas efek samping.

    Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat timbul, baik sebelum, selama, maupun sesudah operasi glaukoma:

    1. Hipotoni

    Hipotoni, atau rendahnya tekanan bola mata, merupakan salah satu masalah yang berisiko terjadi pada operasi glaukoma. Tekanan bola mata yang terlalu rendah dapat terjadi karena adanya pembuangan cairan mata yang berlebihan, atau luka operasi yang tidak diatasi dengan baik.

    Jika hipotoni tidak segera ditangani, pasien berisiko mengalami masalah lainnya, seperti penumpukan cairan pada kornea, katarak, perdarahan, hingga kebutaan.

    2. Hifema

    Hifema juga termasuk dalam komplikasi yang cukup umum ditemukan pada operasi glaukoma. Hifema adalah darah yang menumpuk di bagian depan mata, tepatnya di antara iris dan kornea mata. Kondisi ini biasanya terjadi pada 2-3 hari pertama setelah operasi.

    Hifema biasanya terjadi karena adanya trauma pada saat operasi, sehingga timbul luka atau robek pada iris mata. Jika penumpukan darah akibat hifema cukup banyak, dokter akan melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan darah tersebut.

    3. Perdarahan suprakoroid

    Perdarahan suprakoroid adalah komplikasi yang sangat langka, tapi berpotensi terjadi akibat prosedur operasi glaukoma. Perdarahan terjadi  ketika pembuluh darah pada mata mengisi bilik atau celah yang ada di dekat sklera (bagian putih mata).

    Selain langka, perdarahan suprakoroid dapat mengakibatkan masalah yang fatal. Apabila terjadi selama proses operasi, pasien berisiko mengalami kebutaan. Namun, perdarahan yang timbul beberapa hari setelah operasi dapat ditangani dengan pengobatan steroid atau operasi pembedahan sklera mata.

    Itulah tadi berbagai komplikasi dari penyakit glaukoma. Agar terhindar dari komplikasi-komplikasi di atas, jagalah selalu kesehatan mata Anda dengan melakukan pencegahan glaukoma yang tepat, seperti rutin memeriksakan mata secara berkala.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Shylma Na'imah · Tanggal diperbarui 02/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan